BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Rokok adalah produk yang berbahaya dan adiktif yang berisi 4000 bahan kimia dimana 68 diantaranya karsinogenik. Zat berbahaya dalam rokok antara lain tar, karbonmonoksida, sianida, arsen, formalin, dan nitrosamine. Dan rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Berdasarkan PP No.19 tahun 2003, diketahui bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Di Indonesia kematian 20% penduduk laki-laki dan 12% penduduk wanita akibat penyakit terkait rokok (Eriksen, 2012). Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke tiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari sepertiga pelajar dilaporkan mulai terbiasa merokok. Ada tiga diantara sepuluh pelajar menyatakan pertama kali merokok pada usia dibawah 10 tahun. Prevalensi perokok remaja Indonesia yang berusia 13-15 tahun
mengalami peningkatan dari 12,6% di tahun 2006 menjadi 20,3% pada tahun 2009. Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan adanya peningkatan persentase perokok aktif hingga mencapai 67% pada remaja laki-laki, dan 2,7% pada remaja perempuan dari jumlah penduduk. Konsumsi rokok di Indonesia menempati peringkat 4 di dunia dan peringkat 2 di Asia. Indonesia menempati peringkat 4 setelah Cina, Amerika Serikat, dan Rusia (Eriksen, 2012). Prevalensi perokok di Indonesia adalah 57,2 % pada laki laki dan 5,1% pada perempuan (Riset Kesehatan Dasar, 2010). Prevalensi siswa remaja yang merokok di Indonesia adalah 1 banding 10 siswa ( 12,6 % ), dengan rincian prevalensi remaja laki-laki 24,5 %, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan yaitu 2,3 %. Dan dari siswa yang saat ini merokok, ternyata sekitar 7 dari 10 siswa ( 75,9 % ) ingin berhenti merokok (Aditama et al., 2008). Hasil Rikesdas 2010 pada penduduk berumur 15 tahun keatas sebanyak 177.926 responden menunjukkan secara nasional jumlah perokok di Indonesia mencapai 34,7%, sedangkan jumlah perokok di Bali masih dibawah rata-rata yaitu sebesar 31,0% dan masuk ke dalam kategori provinsi keempat dengan jumlah konsumen rokok terendah secara nasional. Para perokok di Bali yang memiliki kecenderungan mengkonsumsi rokok pada jumlah 1 10 batang. Jumlah perokok di Bali yang mengkonsumsi rokok 1 10 batang rokok per hari sebanyak 67,8% menduduki peringkat ketiga terendah setelah Maluku (69,0%) dan Nusa Tenggara Timur (68,7%). Adapun salah satu kabupaten di Bali yaitu Kabupaten Klungkung dengan jumlah remaja merokok di peringkat ketiga (Bali Tobacco Control Initiative). Pelajar setingkat SMA dapat dikatakan sebagai usia remaja, oleh karena itu istilah remaja adalah istilah yang umum yang ada dikalangan dunia pendidikan. Masa ini merupakan masa peralihan dari anak ke usia dewasa, sehingga akan rentan terhadap masalah dan konflik. Pada masa ini juga terjadi perubahan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa dan mereka sedang mengalami masa peralihan. Remaja yang sudah kecanduan merokok umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk merokok dan cenderung lebih sensitif terhadap efek dari nikotin (Kandel dalam Baker, 2004). Remaja perokok kemudian semakin meningkatkan konsumsi rokoknya saat tubuh remaja perokok menginginkan nikotin. Rasa sensitif terhadap nikotin tersebut juga akan mempengaruhi otak. Abdullah (2010) mengatakan bahwa apabila rokok dikonsumsi sejak usia dini akan berpengaruh terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prasadja (2008), penumpukan nikotin tersebut akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap motivasi belajar remaja. Pengaruh merokok pada remaja atau pelajar tentu tidak akan menimbulkan efek positif dan lebih banyak merugikan, selain buruk bagi kesehatan merokok di usia remaja juga akan menimbulkan masalah di dalam pendidikan dan ekonomi keluarga perokok, 75 % atau 3/4 keluarga Indonesia memiliki pengeluaran untuk rokok. Pelajar setingkat SMA dapat dikatakan sebagai usia remaja, oleh karena itu istilah remaja adalah istilah yang umum yang ada dikalangan dunia pendidikan Remaja yang sudah kecanduan merokok umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk merokok dan cenderung lebih sensitif terhadap efek dari nikotin (Kandel dalam Baker, 2004). Remaja perokok kemudian semakin meningkatkan konsumsi rokoknya saat tubuh remaja perokok menginginkan nikotin. Merokok tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan, tetapi berpengaruh juga terhadap perilaku belajar siswa di sekolah. Perilaku merokok identik dengan halhal yang cenderung negatif. Kepuasan saat merokok memberikan efek kebebasan, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya motivasi untuk belajar dan cenderung melakukan hal-hal negatif yang mengakibatkan timbulnya hal-hal negatif saat berada
di dalam ataupun diluar sekolah. Menurunnya motivasi belajar akan berpengaruh pada prestasi akademik yang di capai siswa. Akses terhadap pendidikan sangat terhambat karena rokok, rerata IQ remaja yang merokok lebih rendah di bandingkan remaja tidak merokok. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik siswa di SMA N 2 Semapura, dimana sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut menjadi sekolah negeri yang diminati oleh siswa yang memiliki potensi dan prestasi akademik yang bersaing dengan sekolah negeri lainnya di Kabupaten Klungkung. Alasan itulah yang mendorong peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Proporsi perokok remaja di Indonesia secara umum cukup tinggi. Hal tersebut juga terjadi di Bali. Pengaruh merokok pada remaja atau pelajar tentu tidak akan menimbulkan efek positif dan lebih banyak merugikan, selain buruk bagi kesehatan merokok di usia remaja juga akan menimbulkan masalah di dalam pendidikan dan ekonomi keluarga perokok. Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik siswa. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah ada pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar siswa di SMAN 2 Semarapura? 2. Apakah ada pengaruh paparan asap rokok terhadap prestasi akademik siswa di SMAN 2 Semarapura?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik di SMAN 2 Semarapura. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar di SMAN 2 Semarapura. b. Untuk mengetahui pengaruh paparan asap rokok terhadap prestasi akademik siswa di SMAN 2 Semarapura. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa besar pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik di SMAN 2 Semarapura, serta data yang diperoleh dapat dijadikan masukan awal untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Dinas Pendidikan Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik siswa di SMA N 2
Semarapura, dan sebagai bahan untuk mencegah perilaku merokok pada remaja. 2. Bagi Sekolah Dapat memberikan informasi dan lebih memberikan pendidikan pengetahuan mengenai pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik siswa di SMA N 2 Semarapura. 3. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik siswa di SMA N 2 Semarapura. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dibidang epidemiologi yang menganalisa pengaruh paparan asap rokok terhadap perilaku belajar dan prestasi akademik siswadi SMAN 2 Semarapura.