BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

TINDAK TUTUR PADA UNGKAPAN BAK TRUK DI SEPANJANG JALAN RINGROAD SOLO-SRAGEN TINJAUAN: PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali

II. LANDASAN TEORI. Implikatur percakapan, lazim disebut implikatur, adalah implikasi pragmatis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF DALAM DIALOG FILM PUNK IN LOVE KARYA ODY C HARAHAP NASKAH PUBLIKASI

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA NOVEL TRILOGI KARYA AGUSTINUS WIBOWO

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

INTERSEKSI JENIS-JENIS TINDAK TUTUR PADA KOMIK KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA. Edo Setiawan

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

II. LANDASAN TEORI. semantik atau ilmu makna. Dalam banyak hal penggambaran relasi-relasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan komunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki perangkat-perangkat yang menyaratkan terjadinya suatu proses komunikasi, salah satunya tindak tutur antara penutur dan lawan tutur. Komunikasi sempurna akan terbentuk apabila ada pesan yang dikirim oleh penutur dan pesan yang diterima oleh lawan tutur serta timbal balik dari kedua belah pihak. Berbahasa merupakan aktivitas sosial. Kegiatan berbahasa akan terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya, seperti pada kegiatan sosial lainnya. Didalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari adanya kaidahkaidah yang mengatur tindakan, penggunaan bahasa, dan interpretasiinterpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat mengandung prinsip adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tidak tepat apa yang dimaksud oleh penutur (Venhaar, 2001:16). Hal ini berkaitan dengan strategi untuk membuat mitra tutur melakukan dan tidak melakukan sesuatu sesuai dengan isi ujaran yang disampaikan penutur. Apabila tindak tutur yang digunakannya berupa kalimat yang unik, seorang penutur berusaha menyesuaikan tuturannya dengan kontekskonteks yang dimaksud, yaitu mitra tutur, tujuan, dan situasi tutur. Sebagai contoh, untuk meminta tuan rumah agar segera menyuguhkan minuman, sementara tamu 1

2 sudah lama menunggu dan kehausan, tamu ini dapat menyampaikan permintaannya dalam beberapa pilihan tuturan: (1) Minta minum, dong! (2) Saya kehausan, nih. (3) Cuaca seperti ini enaknya minum apa, ya...? (4) Hawanya panas, ya? Bikin haus. (5) Dari tadi saya disini sepertinya ada yang kurang. Secara fungsional, contoh-contoh kalimat di atas memang digunakan untuk meminta dan bersifat imperatif. Kalimat (1) merupakan tuturan yang bersifat lugas, langsung, jelas, dan menjawab modus kalimat. Kalimat (2), (3), (4), dan (5) merupakan tuturan tidak langsung karena bentuk kalimat yang dijumpai adalah kalimat interogatif dan kalimat deklaratif. Fenomena kebahasaan seperti pada kalimat di atas dapat ditemukan dalam semua bahasa, tidak terkecuali dalam Bahasa Korea. Meskipun dalam Bahasa Korea terdapat cara tersendiri dalam menyampaikan kalimat tidak langsung, yaitu berdasarkan tata bahasa yang ada, kalimat interogatif juga merupakan salah satu cara menyampaikan kalimat tidak langsung. Ini merupakan realitas bersama yang dimiliki oleh setiap bahasa dan digunakan oleh penutur bahasa. Tuturan penutur tidak selalu sesuai dengan apa yang tersurat dalam tuturan, tetapi ada maksud lain dibalik tuturan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari

3 sering terjadi peristiwa seperti itu. Hal ini dikarenakan penutur tidak ingin mengatakan secara langsung apa yang ingin disampaikan atau dimaksudkan oleh penutur dengan berbagai alasan. Terdapat berbagai cara yang digunakan untuk menyampaikan maksud tuturan secara tidak langsung, salah satunya dengan menggunakan kalimat interogatif. Kalimat interogatif merupakan modus kalimat yang digunakan untuk menanyakan sesuatu dan mengharapkan jawaban dari lawan tutur. Namun demikian, dalam prakteknya di kehidupan sehari-hari kalimat interogatif tidak hanya digunakan untuk menanyakan sesuatu, tetapi memiliki maksud lain dibalik tuturan interogatif tersebut. Fenomena penggunaaan kalimat interogatif dengan adanya maksud lain dibalik tuturan interogatif tersebut menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut. Serial film Hello Jadu ( 안녕자두야!) Season 1 adalah serial animasi Korea Selatan tahun 2011. Serial film ini diadaptasi dari serial komik yang terbit pada tahun 1997 dan berjumlah 40 episode. Serial ini dibintangi Choi Jadu dan ceritanya berpusat pada petualangan Jadu yang biasanya melibatkan keributan dan kerusakan. Karakter lain yang sering muncul dalam serial ini adalah teman-teman dan keluarganya. Serial Hello Jadu menceritakan kehidupan sehari-hari Jadu yang penuh kegembiraan dan masalah-masalah yang muncul akibat ulahnya. Penulis memilih serial film Hello Jadu karena percakapan yang ditampilkan dalam film ini dekat dengan percakapan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan menggunakan

4 bahasa yang mudahdipahami penonton. Dalam serial ini juga terdapat tuturan interogatif yang memiliki maksud tersirat didalamnya. Tuturan interogatif tersebut menarik perhatian peneliti untuk dianalisis. Oleh karena itu, peneliti memilih serial Hello Jadu! Season 1 sebagai objek material dalam penelitian. Penelitian ini juga menggunakan kajian pragmatik sebagai objek formal. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur interogatif yang digunakan dalam film Hello Jadu? b. Prinsip kesopanan apa saja yang ada dalam tindak tutur interogatif pada film Hello Jadu? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah percakapan-percakapan yang mengandung tindak tutur interogatif dalam serial Hello Jadu episode 1,3,19, dan 22. Episode-episode tersebut dipilih sebagai data penelitian karena percakapan dalam episode-episode tersebut mengandung tindak tutur yang cukup untuk diteliti. 1.4 Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur permintaan interogatif dalam film Hello Jadu. b. Mengetahui prinsip kesopanan dalam tindak tutur interogatif pada film Hello Jadu.

5 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat berguna untuk perkembangan penelitian terhadap bentuk tindak tutur interogatif dalam Bahasa Korea. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan tentang bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tindak tutur interogatif khususnya dalam tutur Bahasa Korea. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini, antara lain Skripsi berjudul Tindak Tutur Imperatif dalam film Baby and Me ( 아기와나 ) Kajian Pragmatik karya Luluk Nihayati, mahasiswi jurusan Bahasa Korea yang ditulis tahun 2013. Skripsi tersebut membahas jenis-jenis tindak tutur dan maksimmaksim yang ada dalam tuturan perintah pada film Baby and Me, serta faktorfaktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk tindak tutur tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat 12 kalimat perintah, 3 kalimat imperatif yang mengekspresikan permintaan, dan 4 kalimat imperatif yang mengekspresikan peringatan dari 19 kalimat perintah yang ditemukan dalam film Baby and Me. Skripsi berjudul Tindak Tutur Permintaan Deklaratif dalam Serial Komik Cedric: Kajian Pragmatik karya Lilis Nurhayati, mahasiswi jurusan Sastra Roman yang ditulis tahun 2008. Skripsi tersebut membahas bentuk-bentuk tindak tutur permintaan deklaratif dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

6 bentuk-bentuk tindak tutur tersebut dalam serial komik Cedric. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat beberapa bentuk permintaan deklaratif, diantaranya bersifat asertif, komisif, direktif, dan ekspresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk-bentuk permintaan deklaratif yaitu, usia peserta tutur, watak penutur, emosi penutur saat tindak tutur dilakukan, dan tingkat keakraban antarpeserta tutur. Penelitian ini menggunakan kalimat interogatif sebagai data. Data yang digunakan tersebut merupakan kalimat dalam Bahasa Korea. Data diambil dari serial film berbahasa Korea sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya. 1.7 Landasan Teori Beberapa teori dan konsep yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian adalah sebagai berikut. a. Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari pengaruh konteks dalam menerangkan suatu kalimat (Lee, 2006:197). Konteks memiliki memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud penutur dalam berinteraksi dengan lawan tutur. George Yule dalam bukunya Pragmatics menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Cabang ilmu ini lebih banyak berhubungan dengan analisis maksud tuturan daripada makna kata terpisah dari kata atau frase yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

7 Tipe cabang ilmu ini juga melibatkan penafsiran tentang maksud tuturan seseorang dalam suatu konteks khusus dan pengaruhnya terhadap perkataan tersebut. Diperlukan suatu pertimbangan cara penutur mengatur hal yang ingin dikatakannya sesuai dengan lawan tutur, tempat, waktu, dan situasi. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hubungan antara bahasa dan konteks merupakan dasar dalam pemahaman pragmatik. Pemahaman yang dimaksud adalah memahami maksud penutur, lawan tutur, dan partisipan yang melibatkan konteks. Tanpa konteks akan sulit untuk dapat memaknai makna eksternal bahasa dan maksud tuturan penutur dan lawan tutur. b. Tindak Tutur George Yule (1996: 92) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics mengungkapkan bahwa sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur, yaitu deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Penutur harus memiliki peran dan konteks khusus untuk menampilkan suatu deklarasi yang tepat. Contohnya: a. Priest : I now pronounce you husband and wife. (Sekarang saya menyebut Anda berdua suami-istri) b. Refree : You re out! (Anda keluar!) c. Jury Foreman : We find the defendant guilty. (Kami menyatakan terdakwa besalah)

8 Pada saat menggukan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan dalam mendeskripsikan sesuatu. Contohnya: a. The earth is flat. (Bumi itu datar) b. Chomsky didn t write about peanuts. (Chomsky tidak menulis tentang kacang) c. It was a warm sunny day. (Suatu hari cerah yang hangat) Pada saat menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis. Jenis tindak tutur ini digunakan penutur dengan menyesuaikan kata-kata dan perasaannya. Contohnya: a. I m really sorry. (Sungguh, saya minta maaf) b. Congratulation! (Selamat!) d. Oh, yes, great, mmmm ssahh. (Oh, yah, mmmm aahh)

9 Pada saat mengggunakan ekspresif penutur menyesuakan kata-kata dengan dunia (perasaannya) Direktif adalah jenis tindak tutur yang digunakan untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindakan ini meliputi perintah, permohonan, dan pemberian saran. Jenis tindak tutur ini digunakan penutur dengan menyesuaikan dunia dan kata (lewat pendengar). Contohnya: a. Gimme a cup of coffee. Make it black. (Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi yang pahit.) b. Could you lend me a pen, please? (Dapatkah Anda meminjami saya sebuah pena?) c. Don t touch that! (Jangan menyentuh itu!) Pada saat menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengaran). Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, dan penolakan. Contohnya: a. I ll be back. (Saya akan kembali) b. I m going to get it right next time. (Saya akan membetulkannya lain kali) d. We will not do that.

10 (Kami tidak akan melakukan itu) Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata (lewat penutur). Kelima fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya terangkum dalam tabel berikut. Tipe tindak tutur Arah penyesuaian P= Penutur X= Situasi tutur Deklarasi Kata mengubah dunia P menyebabkan X Representatif Kata disesuaikan dengan dunia P meyakini X Ekspresif Kata disesuaikan dengan dunia P merasakan X Direktif Dunia disesuaikan dengan kata P menginginkan X Komisif Dunia disesuaikan dengan kata P memaksudkan X c.jenis-jenis Tindak Tutur Tabel 1. Lima fungsi umum tindak tutur (mengikuti Searle 1979) Wijana (1996:4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tindak langsung, tindak tutur literal dan tidak literal.

11 1. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (declarative), kalimat tanya (interrogative) dan kalimat perintah (imperative). Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengadakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak memohon dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direct speech). Misalnya seorang Ibu mengatakan kepada anak perempuannya yang berambut panjang, diungkapkan dengan Rambutmu sudah panjang. Kalimat tersebut mengandung arti yang sebenarnya dan bertujuan untuk menyatakan informasi secara langsung. Tindak tutur tak langsung (indirect speech act) ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya seorang ibu menyuruh anaknya mengambil sapu, diungkapkan dengan Upik, sapunya dimana? Kalimat tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan sapu. 2. Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

12 Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak literal (non-literal speech act) adalah tindak tutur yang dimaksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan kalimat (a) s.d. (d) berikut. (a) Penyanyi itu suaranya bagus. (b) Suaramu bagus, (tapi tak usah nyanyi saja). (c) Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu. (d) Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi. Aku mau belajar. Apabila kalimat (a) diutarakan untuk memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan, kalimat (a) merupakan tindak tutur literal, sedangkan (b) merupakan tindak tutur tidak literal karena penutur memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus dengan mengatakan tak usah nyanyi saja. Demikian pula karena penutur benar-benar menginginkan lawan tutur untuk mengeraskan (membesarkan) volume radio untuk dapat secara lebih mudah mencatat lagu yang diperdengarkannya, kalimat (c) adalah tindak tutur literal. Sebaliknya, karena penutur sebenarnya menginginkan lawan tutur mematikan radionya, tindak tutur dalam (d) adalah tindak tutur tidak literal. Dengan tindak tutur literal dan tak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut: 1. Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) 2.Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act)

13 3.Tindak tutur langsung tidak literal (direct non literal speech) 4. Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect non literal speech act) d. Kalimat Interogatif Berdasarkan modusnya, kalimat dalam sebuah tuturan dibagi menjadi empat jenis. Sementara itu, secara konvensional para ahli bahasa membagi kalimat dalam tindak tutur menjadi tiga, yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif. Kalimat deklaratif merupakan kalimat yang isinya hanya meminta pendengar dan yang mendengar untuk menaruh perhatian saja, tidak melakukan apa-apa sebab maksud penutur hanya untuk memberitahukan saja. Kalimat interogatif adalah kalimat yang isinya meminta pendengar atau orang yang mendengar memberi jawaban secara lisan. Jadi, yang diminta bukan hanya perhatian, namun juga jawaban. Kalimat imperatif adalah kalimat yang isinya meminta pendengar atau yang mendengar melakukan tindakan sesuai dengan tuturan yang diminta. Wijana (1996:30) mengatakan bahwa pemfungsian kalimat secara konvensional akan membentuk tuturan langsung, sedangkan pemfungsian kalimat secara non konvensional akan membentuk tuturan tidak langsung. Kalimat interogatif secara konvensional digunakan untuk menanyakan sesuatu dan meminta jawaban dari pertanyaan itu. Seperti pada contoh berikut ini. (1) Sebaiknya saya melanjutkan bekerja atau kembali sekolah? (2) Mereka bekerja sama dengan penduduk?

14 Jika konteks kalimat di atas penutur bermaksud untuk meminta jawaban kepada lawan tutur, maka kalimat jawaban dari kalimat (1) adalah Lanjutkan bekerja atau Kembalilah ke sekolah, sedangkan kalimat jawaban dari kalimat (2) adalah Ya, mereka bekerja sama dengan penduduk atau Tidak, mereka tidak bekerja sama dengan penduduk. Kalimat interogatif yang berfungsi secara non konvensional digunakan tidak hanya untuk menanyakan suatu hal atau meminta jawaban, tetapi dapat digunakan untuk menyuruh, meyakinkan pendengar, mengekspresikan perasaan, dan sebagainya. Seperti pada contoh kalimat berikut ini. (3) Apakah kamu tidak ingin tinggal sebentar lagi? Jika kalimat di atas diucapkan seseorang kepada temannya yang meminta ijin pulang berkunjung ke rumah padahal Ia sedang sendirian, bisa jadi maksud kalimat interogatif yang diucapkan penutur bermaksud untuk meminta temannya menemaninya lebih lama lagi. Kalimat interogatif secara konvensional digunakan untuk menanyakan sesuatu dan meminta jawaban dari pertanyaan itu, namun dalam kehidupan berbahasa sehari-hari sering digunakan dengan maksud dan tujuan yang berbeda. Dalam Bahasa Korea, pemakaian kalimat interogatif untuk fungsi secara non konvensional sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. e. Prinsip Kesopanan

15 Berbicara tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersifat tekstual, tetapi sering pula berhubungan dengan persoalan yang bersifat interpersonal. Retrorika interpersonal pragmatik membutuhkan prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan memiliki sejumlah maksim, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. 1. Maksim kebijaksanaan Maksim kebijaksanaan adalah maksim yang menggariskan setiap peserta tutur meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain. Contohnya: (a) Datang ke rumah saya! (b) Kalau tidak keberatan sudikah kiranya Anda datang ke rumah saya? Tuturan (b) lebih sopan dan meminimalkan kerugian bagi orang lain jika dibandingkan dengan tuturan (a). 2. Maksim kemurahan Maksim kemurahan atau kedermawanan adalah maksim yang mewajibkan peserta tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri. Contohnya: (a) Anda harus meminjami saya mobil. (b) Saya akan meminjami Anda mobil.

16 Tuturan (b) yang memaksimalkan kerugian untuk diri sendiri lebih sopan dibandingkan tuturan (a). 3. Maksim penerimaan Maksim penerimaan atau pujian adalah maksim yang menuntut peserta tutur untuk memaksimalkan rasa hormat atau pujian kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Contohnya: (a)masakanmu sungguh enak. (b) Masakan apa ini, rasanya kok tidak karuan? Tuturan (b) dianggap tidak sopan apabila dibandingkan dengan tuturan (a). Jika seorang penutur mengatakan (b), maka Ia akan terkesan sombong dan tidak menghargai orang lain. 4. Maksim kerendahan hati Maksim kerendahan hati menuntut peserta tutur untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan memimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Contohnya: (a) Ah, saya tidak sepandai itu. (b) Ya, saya memang pandai. Kalimat di atas merupakan dua tanggapan yang berbeda apabila ada seseorang yang kepandaiannya. Tanggapan (a) dinilai lebih sopan dibandingkan tanggapan (b). 5. Maksim kecocokan

17 Maksim kecocokan adalah maksim yang menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Contohnya: (a)+ Pertunjukannya sangat menarik, ya? - Tidak, sangat membosankan. (b) + Pertunjukannya sangat menarik, ya? - Ya, bagus sekali. Berbeda dengan dialog (a) yang terkesan kurang sopan, dialog (b) merupakan contoh dialog yang sopan dan mematuhi maksim kecocokan. 6. Maksim kesimpatian Maksim kesimpatian adalah maksim yang mengharuskan peserta tutur untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan bicara. Contohnya: (a) Saya sangat menyesal mendengar bahwa kucingmu mati. (b) Saya sangat menyesal mendengar tentang kucingmu. (c) Saya senang sekali mendengar tentang kucingmu. Ucapan (a) dinilai sopan apabila dibandingkan dengan ucapan (c). Namun demikian, tetap ada keengganan untuk mengucapkan belasungkawa karena dengan menyebut isi proposal X (dalam ucapan belasungkawa), sebenarnya telah diucapkan suatu keyakinan yang tidak sopan. Oleh karena itu, ucapan (b) lebih disukai dari ucapan (a).

18 Maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, dan maksim kerendahan hati adalah maksim yang berskala dua kutub karena berhubungan dengan keuntungan atau kerugian diri sendiri dan orang lain. Sementara itu, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian adalah maksim yang berskala satu kutub karena berhubungan dengan penilaian buruk, baik penutur terhadap dirinya sendiri atau orang lain. Dalam kaitannya dengan maksim berskala dua kutub, maksim kebijaksanaan dan maksim kemurahan adalah maksim yang berpusat pada orang lain, dan maksim penerimaan dan maksim kerendahan hati adalah maksim yang berpusat pada diri sendiri. 1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak catat. Data penelitian diperoleh dengan mendownload video dan mendengarkan percakapan dalam serial Hello Jadu Season 1 kemudian mencatat percakapan yang mengandung tindak tutur interogatif. Setelah itu, dipilih episode 1, 3, 19, dan 22 yang mengandung tindak tutur interogatif. Episode-episode tersebut dipilih karena dalam episode-episode tersebut terdapat dialog-dialog yang beragam antara orang tua dan anak, guru dan murid, serta dialog antar teman sebaya. Selain itu, dalam episode ini terdapat data yang cukup untuk dianalisis pada penelitian ini. 1.6.2 Metode Analisis Data

19 Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual penentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:49). Teknik yang digunakan yaitu teknik pilah unsur tertentu dengan jenis penentu daya pilah pragmatis. Daya pilah pragmatis adalah daya pilah yang menggunakan mitra wicara sebagai penentu (Kesuma, 2007: 54). Data dipilah untuk memudahkan analisis agar data yang sama tidak teranalisis dua kali. Selanjutnya data diidentifikasi untuk mengelompokkan data berdasarkan bentuk lingualnya dan strategi yang dilakukan dalam tindak tutur interogatif. Masing-masing bentuk dihubungkan dengan latar belakang pemakainya untuk mengetahui alasan penggunaan kalimat interogatif tersebut. Selanjutnya data hasil penelitian disajikan dalam bentuk skripsi. 1.9 Sistematika Penyajian Penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua dan ketiga berisi analisis data. Bab keempat berisi simpulan dan saran penelitian.

20