PENGARUH KOMBINASI Azolla microphylla DENGAN Lemna polyrrhiza DAN LEVEL PROTEIN TERHADAP KONSUMSI PAKAN SERTA PERTUMBUHAN ITIK PEKING

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Ika Rostika dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 32-41, September 2014

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

Dimas Prihatno dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): , September 2014

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Fita Septiana Sari dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): , September 2013

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ENTOK (Muscovy duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Ade Trisna*), Nuraini**)

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): , November 2016

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

Potensi Nutrisi Tepung Azolla microphylla dalam Memperbaiki Performan Itik Manila (Cairina moschata)

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN ENTOK (MUSCOVY DUCK) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu Rizki

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 24 Juli 2014 di kandang

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

Substitusi Ransum Jadi dengan Roti Afkir Terhadap Performa Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Umur Starter Sampai Awal Bertelur

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

PENGARUH TINGKAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN ENTOK LOKAL (Muscovy Duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN. W. Tanwiriah, D.Garnida dan I.Y.

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

EVALUASI PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA ITIK PEDAGING YANG DIBERI LEVEL AMPAS TAHU YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH ROTI TAWAR SEBAGAI PENGGANTI JAGUNG TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI ITIK HIBRIDA

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

Transkripsi:

PENGARUH KOMBINASI Azolla microphylla DENGAN Lemna polyrrhiza DAN LEVEL PROTEIN TERHADAP KONSUMSI PAKAN SERTA PERTUMBUHAN ITIK PEKING THE INFLUENCE OF COMBINATION OF Azolla microphylla WITH Lemna polyrrhiza AND PROTEIN LEVEL TOWARD THE FEED COMSUMPTION AND THE PEKING DUCKS GROWTH Barizah*, Sri Suhermiyati, dan Sigit Mugiyono Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto * izahizul@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengkaji interaksi kombinasi Azolla microphylla denganlemna polyrrhiza pada level protein yang berbeda terhadap konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai 13 April 2013 di Experimental Farm, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Rancangan penelitian menggunakan Pola Faktorial 4x3, dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai faktor pertama adalah kombinasi Azolla microphylla (a) denganlemna polyrrhiza (l) dan faktor kedua level protein (p). Faktor pertama terdiri dari al 0 : tanpa kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, al 1 : kombinasi 15% Azolla microphylla dan 5% Lemna polyrrhiza, al 2 : kombinasi 10% Azolla microphylla dan 10% Lemna polyrrhiza, al 3 : kombinasi 5% Azolla microphylla dan 15% Lemna polyrrhiza. Faktor kedua terdiri dari p 1 : pakan dengan protein 16%, p 2 : pakan dengan protein 18%, p 3 : pakan dengan protein 20%. Perlakuan terdapat 12 kombinasi, setiap satu unit perlakuan diulang tiga kali dandiisi tiga ekor, sehingga jumlah itik Peking unsexing sebanyak 108 ekor. Data hasil penelitian dianalisis variansi untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05), penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza maupun level protein dalam pakan perlakuan masing-masing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Hasil penelitian rataan konsumsi pakan berkisar antara 3.399,63 ± 161,11 sampai dengan 3.699,19 ± 115,41 g/ekor dan rataan pertumbuhan berkisar antara 866,45 ± 253,85 sampai dengan 1.112,02 ± 184,31 g pada itik Peking. Kesimpulan pemberian kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza dalam pakan dengan protein 16, 18, dan 20% relatif sama pada konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking umur empat sampai delapan minggu. Kata Kunci :Azolla microphylla, Lemna polyrrhiza, Level Protein, Konsumsi Pakan,Pertumbuhan, dan itik Peking ABSTRACT The research aimed to examinethe interaction of the combination of Azolla microphylla with Lemna polyrrhiza at different level of protein on feed comsumption and the Peking ducks growth. The research was carried out from 16th of March until 13th of April 2013 at the Experimental Farm, Animal Science Faculty, Jenderal Soedirman University Purwokerto. This research used 4x3 Factorial Design, with a Completly Randomized Design (CRD). The first factor was the combination of Azolla microphylla (a) withlemna polyrrhiza (l) and the second factor was protein level (p). The first factor consisted of al 0 : no combination 8

Azolla microphylla and Lemna polyrrhiza, al 1 : combination 15% Azolla microphylla and 5% Lemna polyrrhiza, al 2 : combination 10% Azolla microphylla and 10% Lemna polyrrhiza, al 3 : combination 5% Azolla microphylla and 15% Lemna polyrrhiza. The second factor consisted of p 1 : feed protein16%, p 2 : feed protein 18%, p 3 : feed protein 20%. So there were 12 combinations of the treatments. Each treatment was replayed three times, every research unit was filled with 3 heads,thereforethere were108 unsexed Peking ducks. The results data of this reserach were analyzed by using variance analysis. The results of variance analysis show that the interaction of the combination of Azolla microphylla and Lemna polyrrhiza at the different protein levels did not influence the feed consumption and the Peking ducks growth (P>0.05). Based on the results of the research, the feed consumptions ranged from 3,399.63 ± 161.11 up to 3,699.19 ± 115.41 g/head and justifies the growth ranged from 866.45 ± 253.85 up to 1,112.02 ± 184.31 g for Peking ducks aged four to eight weeks. The conclusion of this research is, the privision of combination of Azzolla Microphylla and Lemna Polyrrhiza does not influence the duck peking growth at age four to eight weeks that got the feed protein levels 16%, 18% and 20%. Keywords : Azolla microphylla, Lemna polyrrhiza, Level Protein, feed comsumption, growth,and Peking duck PENDAHULUAN Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil daging yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik adalah lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan ayam ras sehingga pemeliharaannya tidak banyak menanggung resiko. Daging itik merupakan sumber protein yang bermutu tinggi, karena itu pengembangannya diarahkan kepada produksi daging yang banyak dan cepat, sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen. Daging itik saat ini mulai banyak peminatnya, hal ini bisa dilihat dengan banyaknya rumah makan yang menyediakan menu daging itik. Daging itik dapat berasal dari itik betina afkir atau itik jantan yang sengaja dibesarkan untuk pedaging. Itik Peking merupakan jenis itik import, yang mempunyai bobot badan paling tinggi diantara jenis itik lokal yang berkembang di Indonesia. Itik Peking mempunyai bulu berwarna putih dengan kondisi paruh dan kaki berwarna kuning, bentuk tubuh yang sangat besar sehingga mudah dibedakan dengan jenis lokal yang berwarna putih. Seekor itik Peking dapat mencapai bobot 4,5 kg sampai dengan 5 kg pada umur 12 minggu, hal ini wajar karena itik Peking memang dikenal rakus, sehingga biaya pakan seekor itik Peking selama pemeliharaan tergolong sangat tinggi. Biaya pakan merupakan biaya tertinggi dari total biaya produksi. Perbaikan kualiatas pakan dan efisiensi penggunaan pakan harus ditingkatkan, sehingga ternak mampu menampilkan produksi yang maksimum serta keuntungan secara ekonomis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengefisiensikan biaya pakan yaitu dengan memanfaatkan bahan pakan yang murah serta dapat mencukupi kebutuhan pakan sepanjang tahun. Selain murah dan kontinyu, syarat bahan pakan yang baik untuk diberikan pada ternak adalah memenuhi nutrien meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral, serta energi yang tinggi, tidak beracun, dan bukan sebagai bahan pokok pangan. Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza merupakan gulma air yang ketersediaannya sangat banyak dan tidak dimanfaatkan, tetapi memiliki nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak.hasil analisis proksimat Azolla microphylla dalam bahan kering di 9

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fak. Peternakan Unsoed (2011) menunjukkan bahwa kandungan protein kasar sebanyak 23,28%, serat kasar 15,25%, lemak kasar 3,3%.Gross energi sebanyak 2000 kkal/kg (Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak Fak. Peternakan Unsoed, 2011). Analisis mineral Ca 0,45% dan P 0,16% (Lab. Hortikultura Fak. Pertanian Unsoed, 2011).Hasil analisis proksimat Lemna polyrrhiza dalam bahan kering di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fak. Peternakan Unsoed (2012) menunjukkan bahwa kandungan protein kasar sebanyak 13,2%, serat kasar 11,49%, lemak kasar 5,38%.Berdasarkan Leng (1999) Lemnapolyrrhiza memiliki phospor dan mineral makro, Vitamin A, dan Vitamin B. Itik Peking akan tumbuh dengan optimalapabila didukung pemenuhan nutrien yang cukup guna pemenuhan laju pertumbuhan. Itik Peking memiliki kebutuhan protein 22% dan EM 2900 kkal/kg pada starter, serta protein 16% dan EM 3000 kkal/kg pada grower (Ketaren, 2002). Hasil penelitian Sukirno (2009) menunjukkan pengaruh sangat nyata pada pemberian level protein 18% dan 20% didalam ramsum Tiktok. Berdasarkan kandungan nutrien dari Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, maka dipergunakan kombinasi tersebut dengan level protein yang berbeda dalam ransum dapat dijadikan bahan penelitian yang bertujuan sebagai salah satu alternatif pemanfaatan bahan pakan untuk menurunkan konversi pakan dan meningkatkan pertumbuhan pada usaha pemeliharaan itik Peking, sehingga dapat menekan biaya pakan dari total produksi. METODE Materi penelitian yang digunakan adalah itik Peking unsexed umur tiga minggu sebanyak 108 ekor. Bahan dan peralatan yang digunakan meliputi : a) kandang ukuran 75 x 75 x 60 cm (p = 75 cm, l = 75 cm, t = 60 cm), b) kandang petak 36 buah, c) Tempat pakan dan minum masing-masing 36 buah lengkap dengan peralatannya, d) pakan perlakuan terdiri dari komsentrat, jagung giling, bekatul, ampas tahu, minyak sayur, mineral B12, kapur/limestone, Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza. Metode penelitian adalah eksperimental menggunakanrancangan pola Faktorial 4x3 dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah kombinasi Azolla microphylla (a) dengn Lemna polyrrhiza (l)dan faktor kedua level protein (p). Setiap unit perlakuan diulang 3 kali, masing-masing unit penelitian diisi tiga ekor, sehingga terdapat 12 Kombinasi perlakuan meliputi : 1. al 0 p 1 = Kombinasi Azolla microphylla 0% denganlemna polyrrhiza 0% + Ransum kadar protein 16% 2. al 1 p 1 = Kombinasi Azolla microphylla 15% denganlemna polyrrhiza 5% + Ransum kadar protein 16% 3. al 2 p 1 = Kombinasi Azolla microphylla 10% denganlemna polyrrhiza 10% + Ransum kadar protein 16% 4. al 3 p 1 = Kombinasi Azolla microphylla 5% denganlemna polyrrhiza 15% + Ransum kadar protein 16% 5. al 0 p 2 = Kombinasi Azolla microphylla 0% denganlemna polyrrhiza 0% + Ransum kadar protein 18% 10

6. al 1 p 2 = Kombinasi Azolla microphylla 15% denganlemna polyrrhiza 5% + Ransum kadar protein 18% 7. al 2 p 2 = Kombinasi Azolla microphylla 10% denganlemna polyrrhiza 10% + Ransum kadar protein 18% 8. al 1 p 2 = Kombinasi Azolla microphylla 5% denganlemna polyrrhiza 15% + Ransum kadar protein 18% 9. al 0 p 3 = Kombinasi Azolla microphylla 0% denganlemna polyrrhiza 0% + Ransum kadar protein 20% 10. al 1 p 3 = Kombinasi Azolla microphylla 15% denganlemna polyrrhiza 5% + Ransum kadar protein 20% 11. al 2 p 3 = Kombinasi Azolla microphylla 10% denganlemna polyrrhiza 10% + Ransum kadar protein 20% 12. al 3 p 3 = Kombinasi Azolla microphylla 5% denganlemna polyrrhiza 15% + Ransum kadar protein 20% Ransum pada penelitian mengandung Energi Metabolis 2900 samapi 3000 kkal/kg dengan protein pakan 16%, 18%, dan 20%. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan dan pertumbuhan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis variansi dan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Hasil penelitian itik Peking umur 4 sampai 8 minggu dari masing-masing perlakuan yang diberi pakan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein yang berbeda tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Konsumsi Pakan Itik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (g/ekor) Perlakuan p 1 p 2 p 3 Rataan SD al 0 3.669,05 3.627,75 3.580,99 3.625,93 44,06 al 1 3.522,01 3.661,25 3.699,19 3.627,48 93,29 al 2 3.689,20 3.399,63 2.651,53 3.246,79 535,45 al 3 3.652,46 3.477,37 3.480,34 3.536,72 100,24 Rataan 3.633,18 3.541,50 3.353,01 SD 75,62 123,85 476,13 Keterangan : al 0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza, al 1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al 2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al 3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p 1 : pakan dengan protein 16%, p 2 : pakan dengan protein 18%, p 3 : pakan dengan protein 20%. Rataan konsumsi pakan itik Peking Umur 4 sampai 8 minggu berkisar antara 3.399,63 ± 161,11 sampai dengan 3.699,19 ± 115,41 g/ekor.hasil penelitian lebih tinggi dari penelitian Saleh et al., (2006) yang menggunakan itik Peking umur delapan minggu yaitu dengan rataan 11

2.796,20 g/ekor sampai 3.141,68 g/ekor tetapi lebih rendah dari hasil penelitiannya Roeswandy (2006) dengan rataan5.053,09 g/ekor sampai 5.155,33 g/ekor pada itik Peking. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05), penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza maupun level protein dalam pakan perlakuan masing-masing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa konsumsi pakan itik sebagian besar tergantung pada strain, suhu kandang, fase produksi dan kandungan energi pada ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi energi metabolis (Tabel 2) berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada itik Peking umur empat sampai delapan minggu. Hasil yang diperoleh relatif sama yaitu berkisar antara 9.756,93 sampai 10.846,81 kkal/kg/ekor. Konsumsi pakan pada itik sangat dipengaruhi kandungan energinya. Konsumsi pakan akan meningkat apabila ternak diberi ransum dengan kandungan energi yang rendah dan sebaliknya akan menurun apabila diberi ransum dengan kandungan energi yang tinggi, karena unggas mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan energinya (Anggorodi, 1985). Sesuai dengan hasil penelitiannya Iskandaret al., (2001), jumlah konsumsi pakan pada perlakuan yang diberi ransum dengan kandungan energi metabolis 2.936 kkal/kg/ekor sebanyak 4.375 g. Jumlah konsumsi pakan yang mengandung energi metabolis 2.625 kkal/kg/ekor didalam ransum sebanyak 7.500 g. North (1984) dalam Tanwiriah (2007) menyatakan bahwa konsumsi pakan diantaranya dipengaruhi oleh palatabilitas pakan dan tingkat energi didalam ransum. Tabel 2. Rataan Konsumsi Energi Metabolisdan Serat KasarItik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (kkal/kg/ekor) Kombinasi Perlakuan Energi Metabolis Serat Kasar al 0 p 1 10.846,81 ± 171,645 217,94±3,446 al 1 p 1 10.376,55 ± 1.039,285 272,95±27,340 al 2 p 1 10.842,93 ± 558,738 278,17±14,338 al 3 p 1 10.613,33 ± 333,144 269,19±8,453 al 0 p 2 10.606,83 ± 694,751 225,28±14,752 al 1 p 2 10.662,28 ± 478,274 286,31±12,846 al 2 p 2 9.756,93 ± 462,380 259,73±12,307 al 3 p 2 9.921,97 ± 426,082 259,06±11,123 al 0 p 3 10.466,89 ± 582,355 225,24±12,534 al 1 p 3 10.817,17 ± 337,477 274,85±8,576 al 2 p 3 10.547,09 ± 658,593 264,37±16,509 al 3 p 3 9.929,77 ± 1.036,178 245,37±25,603 12

Rataan 10.449,04 ±631,633 256,54±25,639 Keterangan : al 0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza, al 1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al 2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al 3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p 1 : pakan dengan protein 16%, p 2 : pakan dengan protein 18%, p 3 : pakan dengan protein 20%. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan salah satunya adalah kandungan serat kasar didalam ransum. Semakain tinggi serat kasar maka konsumsi pakan cenderung menurun karena ransum yang berserat tinggi bersifat amba, sehingga mempercepat penuhnya tembolok (NRC, 1994). Pada penelitian ransum yang digunakan mengandung serat kasar 5,94 sampai 7,82%. Hastuti (2005), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kandungan serat kasar 15% didalam ransummasih dapat ditolelir untuk pakan itik. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05), penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza memberikan pengaruh nyata (P<0,05) dan level protein dalam pakan perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi serat kasar itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi serat kasar (Tabel 2) pada itik Peking umur empat sampai delapan minggu diperoleh hasil yang berbeda yaitu berkisar antara 217,94 sampai 278,17 g/ekor. Tingkat konsumsi pakan akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Nutrien yang dikonsumsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein pada tingkat tertentu (Zain 2011). Pertumbuhan Pengukuran pertumbuhan dilakukan berdasarkan bobot badan pada akhir penelitian dikurangi bobot badan awal penelitian.hasil penelitian berdasarkan data pertumbuhan absolut itik Peking umur 4 sampai 8 minggu yang diberi pakan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein yang berbeda tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Pertumbuhan Itik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (g) Perlakuan p 1 p 2 p 3 Rataan SD al 0 1.033,49 1.112,02 1.059,30 1.068,27 40,03 al 1 866,45 1.034,75 1.044,63 981,94 100,14 al 2 1.038,57 958,15 993,79 996,84 40,30 al 3 987,71 926,67 889,99 934,79 49,36 Rataan 981,56 973,19 996,93 SD 80,07 55,59 76,62 13

Keterangan : al 0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, al 1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al 2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al 3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p 1 : pakan dengan protein 16%, p 2 : pakan dengan protein 18%, p 3 : pakan dengan protein 20%. Rataan pertumbuhan itik Peking Umur 4 sampai 8 minggu berkisar antara 866,45 ± 253,85 sampai dengan 1.112,02 ± 184,31 g. Hasil penelitian lebih tinggi dari penelitian Saleh et al., (2006) yang menggunakan itik Peking umur delapan minggu yaitu dengan rataan 971,52 g sampai 1.071,24 g tetapi lebih rendah dari hasil penelitiannya Roeswandy (2006) dengan rataan 1.394 g sampai 1.488 g pada itik Peking. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada pertumbuhan itik peking. Penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza maupun level protein dalam pakan perlakuan masing-masing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan salah satunya adalah konsumsi pakan. Zain (2011) menyatakan bahwa tingkat konsumsi pakan akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Nutrien yang dikonsumsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein pada tingkat tertentu. Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan selain konsumsi pakan adalah jenis dan bangsa ternak, jenis kelamin, tipe ternak, dan manajemen pemeliharaan (Kardaya, 2005).Konsumsi pakan yang tidak berbeda antar perlakuan, maka pertumbuhan pun menjadi tidak perbeda (Tabel 3). Sesuai dengan pernyataan Soeharsono (1976) bahwa konsumsi pakan erat kaitannya dengan pertumbuhan. Salah satu yang mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan adalah terpenuhinya kebutuhan protein. Hasil analisis variansi konsumsi protein berbeda nyata (P<0,05) pada level protein.hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein (Tabel 4) itik Peking umur empat sampai delapan minggu berbeda yaitu berkisar antara 579,37 sampai 746,87 g/ekor. Tabel 4. Rataan Konsumsi Protein Itik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (g/ekor) Perlakuan p 1 p 2 p 3 Rataan SD al 0 594,75 670,41 731,24 665,47 68,38 al 1 579,72 661,22 746,87 662,60 83,58 al 2 595,81 615,33 730,31 647,15 72,68 al 3 585,85 624,19 682,84 630,96 48,85 Rataan 589,03 633,58 722,82 SD 7,65 24,34 27,71 Keterangan : al 0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, al 1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al 2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 14

10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al 3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p 1 : pakan dengan protein 16%, p 2 : pakan dengan protein 18%, p 3 : pakan dengan protein 20%. Namun demikian, dengan konsumsi protein yang berbeda, tidak menghasilkan pertumbuhan yang berbeda karena konsumsi serat kasar (Tabel 2) yang tinggi. Ditambahkan oleh Tanwiriah et. al., (2007) ransum yang berprotein dan berenergi cukup mempunyai daya cerna yang baik apabila didalam ransum tidak ada faktor pembatas seperti serat kasar, racun, dan lain-lain sehingga akan menunjang pertumbuhan. SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking umur empat sampai delapan minggu yang diberi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada taraf yang berbeda dan level protein yang bebeda relatif sama. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih disampaikan kepada Ir. Roesdiyanto, MP selaku ketua proyek, dan temanteman satu tim penelitian serta rekan-rekan angkatan 2009 Unsoed. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hastuti, D. 2005. Retensi Nitrogen dan Masa Protein Daging Itik Tegal Jantan yang Diberi Ransum dengan Aras Serat Kasar Berbeda. PS. Nutrisi dan Makanan Ternak. Iskandar, S., V. S. Nugraha., D. M. Suci., dan A. R. Setiyoko. 2001. Adaptasi Biologis Itik Jantan Muda Lokal terhadap Ransum Berkadar Dedak Padi Tinggi. Lokarya Nasional Unggas Air. Makalah Penunjang (Poster). Kardaya. 2005. Pengaruh penaburan Zeolitt pada Lantai Litter terhadap Persentase dan Komponen Non Karkas Ayam pedaging pada Kepadatan Kandang yang Berbeda. Jurnal Peternakan. Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Riau. Ketaren. P. P. 2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. Wartozoa Vol. 12, No. 2. Leng, R. A. 1999. Duckweed: A Tiny Aquatic Plant With Enormous Potential For Agriculture And Environtment. Animal Production and Health Div; University of Tropical Agriculture Foundation. Pnom Pehn (Cambodia). National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. The 9 th Ed. Natioonal Academic Press. Washington D.C., USA. Roeswandy. 2006. Pemanfaatan Lumpur Sawit Fermentasi Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Karkas Itik Peking Umur 8 Minggu. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.2, No.2, Agustus 2006. Saleh, E., T. Hestiwahyuni., dan G. P. Suragih. 2006. Pemberian Tepung Bawang Putih (Allium sativum L.) dalam Ransum terhadap Performan Itik Peking Umur 1-8 Minggu. 15

Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 3. Soeharsono. 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Universitas Padjajaran. Bandung. Sukirno. 2009. Pengaruh Pemberian Level Protein yang Berbeda terhadap Efisiensi Protein Hasil Persilangan Itik dan Entok (Tiktok Umur 2-7 Minggu. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Tanwiriah, W., D. Garnida., dan I. Y. Asmara. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum Terhadap Performan Entok (Muscovy duck) pada Periode Pertumbuhan. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung. Zain, B. 2011. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Daun Katuk, Minyak Ikan Lemuru, dan Vitamin E terhadap Performans dan Kualitas Daging Ayam Broiler. Jurnal Sains Peternakan. Vol. 6, No.2: 89-96. 16