III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Nopember 2011, dilakukan di

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

III. METODOLOGI. Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

III. METODELOGI PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Perlak uan Uji Persiapan Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan Chlorella sp. dan waktu kontak) dan empat kali ulangan untuk masingmasing

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

II. BAHAN DAN METODE

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

III. METODE PENELITIAN A.

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

Bab III Bahan dan Metode

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

II. BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Nopember 2011, dilakukan di Laboratorium Fitoplankton, divisi pakan hidup, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. 3.2. Bahan Dan Alat 3.2.1. Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah ; fitoplankton Nannochloropsis sp., molase, urea, TSP, alkohol 70 %, pupuk conwy, aquabidest, aquadest, air laut steril, dan air tawar steril. 3.2.2. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7 ; Tabel 6. Alat-alat yang digunakan untuk kultur Nannochloropsis sp. selama penelitian Nama Alat Ukuran/ Kegunaan Ketelitian Tabung kaca 3 L Sebagai wadah uji kultur Nannochloropsis sp. Beaker glass 100 ml Untuk mengambil bahan uji Nannochloropsis sp. Tabung Reaksi 10 ml Sebagai wadah sampel untuk menghitung kepadatan Nannochloropsis sp. 36

Kertas Saring 10 µm Untuk menyaring Nannochloropsis sp. Timbangan - Untuk menimbang bahan bahan pupuk Botol gelap 500 ml Untuk wadah larutan pupuk Stirer - Sebagai pengaduk dalam pembuatan larutan pupuk Biuret 25 ml Mengambi llarutan pupuk Pipet tetes 1 ml Untuk mengambil bahan uji Haemocytometer 10 4 sel/ml Untuk menghitung Kepadatan Nannochloropsis sp. Mikroskop - Untuk mengamati Kualitas Nannochloropsis sp. Hand counter - Sebagai alat bantu Menghitung kepadatan Nannochloropsis sp. Lampu TL 20 watt Sebagai sumber cahaya dalam pemeliharaan Nannochloropsis sp. Batu aerasi, selang, dan aerator (Hi-Blower) - Untuk aerasi media pemeliharaan Nannochloropsis sp. Cartridge filter - Untuk menyaring air media UV - Untuk mensterilkan air media 37

Tabel 7. Alat yang digunakan untuk pengukuran kualitas air Nama Alat Ukuran/Ketelitian Kegunaan Termometer 1 C Mengukur suhu air DO meter 0,01 mg/l Mengukur O2 terlarut Spektrophotometer Mg/L Mengukur ammonia ph meter - Mengukur ph Refraktometer 1 Mengukur salinitas air Luxmeter Lux Mengukur Intensitas Cahaya 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap dengan 7 perlakuan dan masing masing dalam 4 ulangan. Rancangan ini digunakan karena satuan yang homogen, dalam arti keragaman antar satuan percobaannya kecil (Steel dan Torrie, 1995). Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian molase dengan dosis yang berbeda dalam media urea 30 ppm dan TSP 10 ppm. Dosis urea dan TSP yang digunakan berdasarkan uji coba yang sudah dilakukan BBPBL Lampung dan dosis tersebut yang biasa digunakan untuk kultur Nannochloropsis sp. di Divisi Pakan Alami, Balai Besar Pemgembangan Budidaya Laut Lampung. Perlakuan dosis molase perlakuan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yaitu sebagai berikut : Perlakuan A B C : Molase 0 ppm : Molase 3 ppm : Molase 5 ppm 38

D E F G : Molase 7 ppm : Molase 10 ppm : Molase 12 ppm : Conwy Tata letak wadah penelitian hasil pengacakan dapat dilihat pada Gambar 3. A1 D4 E2 C1 G3 B2 F4 B3 F1 G1 A4 D1 E3 C4 G2 C3 D3 B1 F3 A2 E4 F2 A3 D2 E1 C2 B4 G2 Gambar 3. Tata letak wadah uji selama penelitian 3.4. Pelaksanaan penelitian 3.4.1. Persiapan Persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dimulai meliputi bahan, persiapan alat, pembuatan media kultur, dan pelaksanaan penelitian. a. Persiapan media dan peralatan uji Persiapan media dan peralatan meliputi sterilisasi media kultur seperti air laut dan alat, dengan cara : 39

1. Air laut disaring dengan 3 tahap penyaringan, yaitu dengan saringan 10 µm, 5 µm, dan 1 µm yang befungsi untuk menyaring partikel atau bahan organik. 2. Air laut yang telah disaring dengan cartridge filter disterilisasi kembali dengan sinar ultra violet 3. Setelah itu air laut hasil penyaringan direbus sampai mendidih. 4. Air/media kultur yang telah steril dimasukkan ke dalam wadah uji Selanjutnya dilakukan sterilisasi peralatan uji yang meliputi ; 1. Peralatan uji di cuci dengan sabun dan dibilas air tawar sampai bersih 2. Setelah itu disemprot dengan alkohol 70 % 3. Peralatan aerasi seperti selang dan batu aerasi direbus sampai mendidih. 4. Peralatan gelas seperti pipet, tabung reaksi, gelas ukur, petridish, dan erlehmeyer disterilisasi dengan alat autoclave atau oven b. Penyediaan bahan uji Penyediaan Bahan uji meliputi pembuatan larutan pupuk dan kultur Nannochloropsis sp. Pupuk yang digunakan pada skala laboratorium ini terbuat dari bahan kimia PA (pro analis) dengan dosis pemakaian 1 ml pupuk untuk 1 liter volume kultur. Jenis dan formula pupuk adalah yang sudah umum digunakan yaitu Conwy atau Walne s medium (tabel 9). Untuk memudahkan pemakaiannya, terlebih dahulu dibuat stok pupuk cair. Pupuk Conwy umum digunakan untuk fitoplankton Chlorophycea atau fitoplankton yang berwarna hijau. Air yang digunakan dalam pembuatan pupuk adalah aquades atau air tawar steril yang ditempatkan dalam gelas ukur 1000 ml. Bahan-bahan kimia yang 40

digunakan ditimbang dan dilarutkan satu-persatu secara berurutan ke dalam gelas ukur. Trace metal dan vitamin dibuat tersendiri untuk mempermudah pemakaiannya (Tabel 10). Setelah seluruh bahan larut sempurna, pupuk cair disimpan dalam botol gelap dan siap digunakan. Komposisi dan bahan-bahan pembuatan larutan pupuk dapat dilihat pada Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10. Tabel 8. Komposisi larutan Pupuk perlakuan No. Bahan Dosis (ppm) 1. Urea 30 2. TSP 10 3. Molase 3-12 Tabel 9. Komposisi Pupuk Untuk Kultur Nannochloropsis sp. Skala Laboratorium (Borowitzka, 1988) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Bahan Kimia EDTA NaH2PO4.2H20 FeCl3.6H20 H3BO3 MnCl2 NaNO3 Na2SiO3.9H20 Trace Metal Solution * Vitamin Aquades sampai Nama Pupuk Conwy/Walne 45 gram 20 gram 1,5 gram 33,6 gram 0,36 gram 100 gram - 1 ml 1 ml 1000 ml Keterangan : Stock Larutan pupuk Conwy 1000 ml digunakan untuk kultur Nannochloropsis sp. Sebanyak 1000 liter * Komposisi trace metal solution dapat dilihat pada tabel 10. 41

Tabel 10. Komposisi Trace Metal Solution No. Bahan Kimia Nama Pupuk Conwy/Walne 1. 2. 3. 4. 5. 6. ZnCl2 CuSO4.5H2O ZnSO4.7H2O CoCl2.6H2O (NH4)6.MO7O24.4H20 Aquabides sampai 2,10 gram 2,00 gram - 2,00 gram 0,9 gram 100 ml Cara pembuatan Larutan Pupuk adalah sebagai berikut: 1. Bahan bahan Kimia untuk pembuatan larutan pupuk ditimbang. 2. Bahan bahan kimia yang telah ditimbang sesuai dengan takaran dimasukkan satu persatu sesuai dengan urutan ke dalam gelas ukur yang telah berisi aquabides, lalu diaduk dengan alat stirer. 3. Setelah teraduk rata dan bahan bahan kimia benar benar larut, ditambahkan Aquabidest sampai menjadi 1 liter 4. Larutan pupuk ditempatkan dalam botol gelap. 3.4.2. Persiapan Bibit Nannochloropsis sp. Prosedur Penyiapan bahan uji Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut: a. Kultur media agar Bibit Nannochloropsis sp. yang digunakan dalam penelitian berasal dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Bibit Nannochloropsis sp. 42

dimurnikan dengan menginokulasikan ke dalam media agar. Mula-mula bacto-agar ditimbang sebanyak 1,5 gram dan dilarutkan dalam 100 ml air laut, kemudian dipanaskan sampai mendidih dan larutan agar menjadi jernih. Selama pemanasan berlangsung, larutan agar selalu diaduk agar tidak terjadi penggumpalan. Setelah mendidih larutan bacto-agar tersebut diangkat dan setelah agak dingin ditambahkan pupuk sesuai dengan jenis Nannochloropsis sp. yang akan diinokulasi. Selanjutnya larutan dituangkan ke dalam cawan petri yang sudah steril dengan ketebalan 3 5 mm. Penumbuhan inokulum Nannochloropsis sp. dalam media agar dengan metode gores menggunakan jarum ose yang sebelumnya telah dibakar dengan lampu bunsen agar steril. Untuk mencegah kontaminasi dengan mikroorganisme lain, cawan petri yang telah ditanami bibit Nannochloropsis sp. disegel atau ditutup dengan selotip, kemudian diletakkan di rak kultur yang disinari dengan lampu TL. Cawan petri diletakkan dalam keadaan terbalik untuk mencegah terjadinya penetesan embun dari bagian tutup ke media agar yang bisa mengganggu pertumbuhan Nannochloropsis sp. b. Kultur Di Media Cair Tahap selanjutnya adalah pemindahan bibit Nannochloropsis sp. dari media agar ke media cair. Koloni yang tumbuh dan berkembang di media agar dipindahkan dengan menggunakan jarum ose ke dalam tabung reaksi yang berisi air laut steril dan telah diberi pupuk. Sebelum dipindahkan, Nannochloropsis sp. diamati di bawah mikroskop untuk mengetahui kemurniannya. Tabung reaksi yang telah berisi bibit Nannochloropsis sp. ditempatkan dalam rak tabung reaksi dan diletakkan pada rak 43

kultur yang dilengkapi dengan lampu TL. Selama masa kultur tabung reaksi dikocok sesering mungkin, minimal 3 kali sehari dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pengendapan dan untuk difusi udara. Bibit Nannochloropsis sp. dalam tabung reaksi yang telah tumbuh dan meningkat kepadatannya (mencapai 20 x 10 4 sel/ml), dipindahkan ke erlemeyer volume 100 250 ml. Nannochloropsis sp. di panen setelah 7 hari kultur. 3.4.3. Pelaksanaan penelitian 3.4.3.1. Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan dosis molase yang tepat dalam media uji Nannochloropsis sp., tahapan tersebut yaitu : 1. 9 buah tabung kaca volume 3 liter diisi air laut dengan salinitas 28 ppt. 2. Bibit Nannochloropsis sp. dimasukkan dalam wadah kultur. Kepadatan awal tebar dihitung dengan rumus (Villegas 1995) : V1 x N1 = V2 x N2 Keterangan : V1 = volume Bibit Nannochloropsis sp. dalam biakan murni (ml) N1 = kepadatan bibit Nannochloropsis sp dalam biakan murni (sel/ml) V2 = volume media kultur Nannochloropsis sp. yang dikehendaki (ml) N2 = kepadatan awal Nannochloropsis sp. yang dikehendaki (sel/ml) 3. Bibit Nannochloropsis sp. yang sudah disaring dimasukkan ke dalam wadah kultur dengan kepadatan 5 x 10 6 sel/ml. 44

4. Pupuk UREA dengan dosis 30 ppm dan TSP 10 ppm dimasukkan kedalam masing masing wadah uji 5. Molase perlakuan dimasukkan berturut-turut dengan dosis 1, 10 dan 15 ppm ke dalam wadah kultur dengan ulangan 3 kali. 6. Perlakuan diberi aerasi dan diletakkan pada rak kultur, yang diberi pencahayaan dari 2 buah lampu TL 40 watt dengan intensitas cahaya berkisar 2750 3500 lux dan ditempatkan pada ruang AC 7. Dilakukan penghitungan kepadatan populasi Nannochloropsis sp. perlakuan setiap hari sampai terjadi penurunan populasi 8. Dari hasil data kepadatan Nannochloropsis sp. uji pendahuluan yang terbaik, ditentukan dosis molase perlakuan yang tepat. Hasil dari penelitian pendahuluan selama 8 hari kultur diperoleh hasil pada dosis molase 1 ppm kepadatan Nannochloropsis sp. mencapai 55 juta sel/ml pada hari ke 7, pada dosis 10 ppm didapatkan hasil 82 juta sel/ml pada hari ke 6, dan dosis 15 ppm didapatkan hasil 67 juta sel/ml pada hari ke 7. Penentuan dosis terbaik yaitu 10 ppm dengan kepadatan Nannochloropsis sp. paling tinggi yaitu 82 juta sel/ml. Dari hasil penelitian pendahuluan dapat diketahui pemberian dosis molase yang ditambahkan dalam kultur Nannochloropsis sp. adalah > 1 ppm < 15 ppm. 3.4.3.2. Penelitian utama Tahapan awal adalah persiapan bibit Nannochloropsis sp. yang akan digunakan dalam penelitian utama meliputi : 45

1. Bibit Nannochloropsis sp. dikultur pada wadah kultur volume 2 liter dengan kepadatan sebanyak 5 x 10 6 sel/ml. 2. Bibit Nannochloropsis sp. dibiakkan dengan media Urea (30 ppm) dan TSP (10 ppm) sehingga Nannochloropsis sp. dapat beradaptasi dengan media tersebut. 3. Hasil kultur, dikembangkan lagi dengan melakukan kultur pada media yang sesuai dengan perlakuan yaitu penambahan molase dengan dosis 3, 5, 7, 10, dan 12 ppm. 4. Hasil kultur digunakan sebagai bibit Nannochloropsis sp. untuk penelitian. Adapun tahapan penelitian utama adalah sebagai berikut : 1. Tabung kaca (toples) volume 3 liter sebanyak 27 buah diisi dengan air laut salinitas 28 ppt. 2. Bibit Nannochloropsis sp. yang sudah disaring dengan kertas saring dimasukkan dalam wadah kultur supaya sel- sel yang mati tidak terbawa dalam kultur. Kepadatan awal inokulum (KAI) adalah 5 x 10 6 sel/ml. 3. Pupuk UREA dengan dosis 30 ppm dan TSP 10 ppm dimasukkan kedalam masing masing wadah uji 4. Sebagai perlakuan, molase dimasukkan berturut-turut dengan dosis 1, 10 dan 15 ppm ke dalam wadah kultur dengan ulangan 4 kali. 5. Perlakuan diberi aerasi dan diletakkan pada rak kultur, yang diberi pencahayaan dari 2 buah lampu TL 40 watt dengan intensitas cahaya berkisar 2750 3500 lux dan ditempatkan pada ruang AC 46

6. Dilakukan penghitungan kepadatan populasi Nannochloropsis sp. perlakuan setiap hari sampai terjadi penurunan populasi (selama 11 hari kultur) 7. Selama pengujian dilakukan pengamatan pertumbuhan, yang meliputi penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp. 8. pada awal dan akhir penelitian ( 11 hari ) dilakukan pengukuran kualitas air. 9. Dilakukan analisis proksimat pada akhir penelitian untuk mengetahui kandungan gizi Nannochloropsis sp. pengujian. 3.5. Pengamatan Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Pengamatan pertumbuhan Nannochloropsis sp. dilakukan setiap hari selama awal penelitian hingga populasi mencapai titik tetinggi (maksimal) dan sampai terjadi penurunan kepadatan Nannochloropsis sp. pada akhir penelitian. Karakteristik pertumbuhan Nannochloropsis sp. yang diamati adalah doubling time (waktu generasi), laju pertumbuhan relatif, kandungan klorofil, dan waktu maksimum saat mencapai puncak populasi. Waktu maksimum menentukan lamanya waktu pemanenan. Karakteristik pertumbuhan Nannochloropsis sp. terbaik adalah yang menghasilkan laju pertumbuhan yang tertinggi, doubling time yang singkat serta memiliki kandungan gizi (protein, karbohidrat, dan lemak) yang tinggi. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan menghitung populasi Nannochloropsis sp. untuk mengetahui kepadatan puncak populasi, yaitu pada saat jumlah populasi Nannochloropsis sp. berada pada titik tetinggi selama penelitian (Suminto dan Hirayama, 1997). Juga diketahui kepadatan akhir populasi, yang dilakukan pada saat akhir penelitian (Laven and Sorgeloos, 1996). Penghitungan 47

kepadatan sel Nannochloropsis sp. menggunakan alat Haemacytometer model Neubreur dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100-400 kali. Penghitungan dilakukan setiap hari, dimulai dari hari pertama sampai kepadatan sel menurun. Sampel yang diamati sebanyak 3 kali ulangan, dengan jumlah sampel 100 ml. Estimasi penghitungan jumlah sel menurut Fatuchri (1985) adalah sebagai berikut : (a) Dalam 400 kotak (bila kepadatan rendah) Jumlah sel x 10 4 /ml =...sel/ml (b) Dalam beberapa kotak yang dipilih secara acak (bila kepadatan tinggi) Rata rata jumlah sel perkotak x 400 x 10 4 /ml =...sel/ml Hasil dari data kepadatan populasi dihitung laju pertumbuhan spesifik. Laju pertumbuhan spesifik diukur berdasarkan jumlah populasi pada awal penelitian hingga hari dimana jumlah populasi mencapai titik tetinggi (maksimal) (Suminto dan Hirayama, 1997). Pengukuran kandungan klorofil dilakukan dengan metoda Carl J. Lorenzen ( Danakusuma, 1985) dengan cara ; - Ditakar sampel Nannochloropsis sp. ke dalam gelas ukur sebanyak 200 ml - Disaring dengan kertas saring, whatman GF/C diameter 4.7 cm, diameter pori pori 1,2 mikron dengan tebal 0,26 mm dengan pompa vakum - Di potong potong dengan gunting kertas saring yang telah berisi endapan Nannochloropsis sp. dan dilarutkan dengan aceton 90 % kedalam centrifuge tube sebanyak 10 20 cc dan diamkan selama 30 menit - Diputar dengan alat centrifuge selama 5 10 menit dengan putaran ± 3000 rpm 48

sehingga timbul endapan dan cairan jernih berfluoresensi kuning - Dimasukkan cairan tersebut ke cuvette spektrofotometer, diperiksa dengan 750 nm dan 665 nm. Sebagai blanko digunakan aceton 90 %. Penghitungan : Chl-a (mg) = Keterangan : AxKx ( 665o 665a) xv VfxI A = Koofisien absorbsi chlorofil, yaitu 11,0 K = Faktor reduksi pada absorbance karena konsentrasi klorofil, yaitu 1.7 : 0.7 = 2,43 665o = Absorban sebelum acidifikasi 665a = Absorban sesudah acidifikasi V = Volume aceton 90 % (ml) yang dipakai untuk ekstraksi Vf = Banyaknya sampel air (liter yang difilter) I = Panjang (path length) dari cuvette spectrofotometer (cm) 3.6. Pengamatan kandungan gizi Pengamatan kandungan gizi dilakukan dengan melakukan analisa proksimat. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan protein, karbohidrat, dan lemak. Penentuan kadar lemak dengan Metode Soxhlet (SII 2453-90), penentuan kadar Karbohidrat dengan penetapan kadar glukosa standar untuk, dan penentuan kadar protein dengan Metode Semi mikro Kjedahl. Analisa dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Fakultas Perikanan IPB, Bogor, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Unila dan laboratorium Tekhnologi Hasil Pertanian Politehnik Negeri Lampung (THP Polinela). 49

3.7. Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Sebagai data pendukung maka dilakukan pengukuran beberapa parameter fisika kimia, seperti suhu, ph, salinitas, DO, ph, dan NH3. 1. Suhu Suhu media pemeliharaan di ukur dengan menggunakan thermometer. Thermometer di masukkan ke dalam air selama kurang lebih dua menit kemudian pembacaan nilai suhu dilakukan pada saat thermometer masih berada di dalam air agar nilai suhu yang terukur tidak dipengaruhi oleh suhu udara. Pembacaan nilai suhu sampai menunjukkan nilai yang konstan (Hutagalung dkk, 1997). 2. Salinitas Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat Hand Refractometer. Refraktometer dikalibrasi dengan akuades sampai skala 0 ppt. Pengukuran salinitas dilakukan dengan cara meneteskan sampel air media pemeliharaan pada prisma refraktometer dengan menggunakan pipet tetes. Nilai yang tertera pada skala refraktometer menyatakan salinitas air laut (Hutagalung dkk, 1997). Oksigen Terlarut Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan DO meter, yaitu dengan cara memasukkan salah satu elemen DO meter ke dalam air sampel, kemudian ditunggu beberapa saat untuk memperoleh kisaran kandungan oksigen terlarut dalam air sampel (Hutagalung dkk, 1997). 50

3. ph Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan alat ph meter. Mula mula ujung elektroda dibilas dengan akuades, kemudian dimasukkan dalam larutan penyangga untuk kalibrasi. Kontrol pada ph meter diatur sampai terbaca ph larutan penyangga. Ujung elektroda dibilas kembali dengan akuades, lalu dimasukkan ke dalam air sample sampai beberapa saat sampai skala menunjukkan angka yang konstan. Nilai yang terbaca menunjukkan nilai ph (Hutagalung dkk, 1997). 4. Amoniak Pengukuran kadar amoniak dalam air laut dilakukan menggunakan spektofotometer dengan metode spektrofotometrik yang didasarkan pada pembentukan senyawa indifenol berwarna biru. 1. Pembuatan Reagen - Larutan pereaksi A 1,5 g fenol (C6H5OH) dan 0,02 g (Na2Fe(CN)5NO.2H2O) dinatrium nitroprusid dihidrat dilarutkan dalam 50 ml air suling bebas amoniak, lalu disimpan dalam botol gelap dan dimasukkan dalam refrigerator. - Larutan pereaksi B 20 g kristal natrium sitrat (C6H5Na3O7.2H2O) dan 1,1 g NaOH dilarutkan dalam 40 ml air suling bebas amoniak. Setelah larut, tambahan 1,5 ml natrium hipoklorit (NaClO). Kemudian di encerkan menjadi 50 ml dengan air suling bebas amoniak dan disimpan dalam botol gelap. 51

2. Prosedur Analisis - Contoh air sebanyak 10 ml disaring dengan kertas saring yang berukuran pori 0,45 µm dan di masukkan dalam tabung gelas, lalu ditambahkan 0,5 ml larutan pereaksi A, lalu dikocok dengan hati-hati selanjutnya ditambahkan 0,5 ml larutan pereaksi B, lalu dikocok dengan hati-hati. - Tabung gelas ditutup dengan parafilm dan di simpan di tempat gelap selama 24 jam. - Absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm (Hutagalung dkk, 1997). 3.8. Pengumpulan dan Analisa Data 3.8.1. Pengumpulan data Data yang diambil dalam penelitian ini adalah pengamatan pertumbuhan dan kandungan gizi Nannochloropsis sp. selama 11 hari. Pengamatan tersebut meliputi kepadatan puncak populasi, dan kepadatan akhir populasi, dan laju pertumbuhan spesifik serta dilakukan analisa proksimat yang meliputi kadar protein, lemak dan karbohidrat. Karakter pertumbuhan Nannochloropsis sp. dianalisis dengan Kurva pertumbuhan mikroalga yang dibuat berdasarkan data yang didapatkan persatuan waktu. Dari data tersebut dapat dihitung waktu generasi (generated/doubling time) dan pertumbuhan relatif berbagai jenis mikroalgae hasil kultur. Rumus pendugaan waktu generasi ( Stevenson, 1986 dalam Kurniastuty dan Julinasari, 1995) adalah : t G 3, 3 LogWt LogWo 52

Keterangan : G : generated time t : waktu dari Wo ke Wt (jam) Wt : jumlah sel setelah waktu t (sel/ml) Wo : jumlah sel awal (sel/ml) 3,3 : konstanta Menurut Fogg et al. (1975), laju pertumbuhan spesifik (k) dihitung dengan rumus : Keterangan : lnwt - lnwo k T k Wt Wo T = Laju Pertumbuhan spesifik = Jumlah sel setelah waktu t (sel/ml) = Jumlah sel awal ( sel/ml) = Waktu dari Wo ke Wt (hari) 3.8.2. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk mengetahui pengaruh pemberian molase dengan dosis yang berbeda pada media urea dan TSP terhadap pertumbuhan maksimum, laju pertumbuhan, waktu penggandaan, dan kandungan gizi Nannochloropsis sp. maka data dianalisis menggunakan One Way Analysis of Varian (ANOVA) dan uji lanjut Beda Nyata terkecil pada selang kepercayaan 99 % (Steel dan Torrie, 1995). Parameter kualitas air dianalisa secara deskriptif. 53