BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Kesimpulan disusun berdasarkan pembahasan pada enam fokus penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

BAB I PENDAHULUAN. menghantarkan pendidikan menuju kemajuan adalah konsep dan. pengembangan kurikulum yang jelas di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. CIPP. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pada penelitian ini sasaran

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

BAB V PENUTUP. tentang peningkatan pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama. Insani Kediri, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

VISI Menjadi Lembaga Pendidikan Islam Terkemuka di Indonesia dalam rangka mewujudkan Generasi Beriman dan Berilmu pengetahuan.

PENGKOMPARASIAN SEKOLAH MAJU, SEKOLAH INTERNASIONAL, SEKOLAH KONVENSIONAL, SEKOLAH ALAM, DAN SEKOLAH TERPADU MATA KULIAH: PENDIDIKAN KOMPARATIF

BAB V PENUTUP. Pendidikan Agama Islam hendaknya tujuan pengajaran PAI diarahkan: 1) Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efesian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara besar dan memiliki beragam kebudayaan, suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANAN BUKU KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR GUMPANG KARTASURA TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di. bidang pendidikan Nasional dan merupakan bagian integral dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III KONDISI OBJEK PENELITIAN. A. Selintas Tentang SMA Muhammadiyah 1 Palembang. 1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 1 Palembang

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. oleh organisasi masyarakat atau yayasan yang berbadan hukum 1. Sekolah

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Strategik LP Ma arif NU Kabupaten Kudus Periode menurut

POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SMA Ar-Risalah beralamat Jl. Aula Muktamar no.2 kota kediri,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah daya upaya manusia untuk berkembang lebih maju, baik

BAB V PEMBAHASAN. menganalisa data-data yang sudah terkumpul. Hal itu dilakukan agar dapat

BAB VI PENUTUP. Kegiatan Keagamaan terhadap Akhlakul Karimah Siswa di MTsN. Aryojeding Rejotangan Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan hasil

tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB V PEMBAHASAN. Dinar Amanu dapat diketahui bahwa terdapat beberapa sumber daya insani

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut

Leader Class sebagai Solusi Krisis Kualitas Kepemimpinan. di Indonesia

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ikhtiar untuk melahirkan insan yang beretos kerja profesional dengan

BAB I PENDAHULUAN. guru dalam menjalankan tugas mengajar kesehariannya dituntut untuk

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan sikap dan

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup manusia. kearah kearifan ( wisdom), pengetahuan ( knowledge), dan etika ( conduct).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Latar Belakang Berdirinya SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU. Oleh Rochmat Wahab Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga merupakan salah satu aset terpenting yang nantinya akan membentuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru MIS Sembungjambu Bojong

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

K. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SDLB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan, penelitian ini

MODEL PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH MANDIRI 1

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

2. Keadaan Fisik Sekolah

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Gedung Pusgiwa FMIPA UI Depok

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Kesimpulan disusun berdasarkan pembahasan pada enam fokus penelitian yang diajukan, yaitu latar belakang didirikannya SMPIT, perencanaan kurikulum SMPIT, proses pelaksanaan kurikulum SMPIT, perencanaan kesiswaan SMPIT, proses pelaksanaan kegiatan kesiswaan SMPIT, dan sistem evaluasi pembelajaran SMPIT. 1. Latar belakang berdirinya SMPIT Standar cambridge yang diterapkan di SMPIT Ar-Raihan belum seluruhnya terlaksana. Hanya mata pelajaran Bahasa Inggris yang sementara ini berdasarkan standar cambridge. Hal ini disebabkan oleh kemampuan SDM yang masih terbatas. Disamping itu, belum semua guru di Ar-Raihan memenuhi standar kualifikasi pendidik. Namun demikian, animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SMPIT Ar-Raihan cukup tinggi. Hal ini disebabkan fasilitas/sarana dan prasarana di sekolah tersebut cukup memenuhi standar. Sementara di SMPIT Fitrah Insani, belum semua idealisme guru terpenuhi secara baik. Hal ini terkendala dengan sarana dan prasarana sekolah yang masih terbatas serta belum semua guru memenuhi kualifikasi pendidik. Kondisi tersebut mengakibatkan animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SMPIT

Fitrah Insani kurang. Namun demikian, semangat pengelola dan dewan guru SMPIT Fitrah Insani untuk terus menjadikan sekolah sebagai penanaman nilainilai keislaman yang integral lebih tinggi dibandingkan di SMPIT Ar-Raihan. Jadi masyarakat cenderung berpandangan bahwa sekolah yang memiliki fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan yang lebih baik masih menjadi pilihan dibandingkan dengan sekolah lain yang memiliki tujuan yang sama 2. Perencanaan kurikulum SMPIT Kedua sekolah terteliti, yaitu SMPIT Ar-Raihan dan SMPIT Fitrah Insani adalah sekolah yang memiliki prospek yang baik. Namun sementara ini, kedua sekolah terteliti belum terbuka dan belum memanfaatkan steakholder dengan optimal. Disamping itu, manajemen yang berlaku di SMPIT Ar-Raihan cenderung sentralistik dengan kondisi yang tidak jauh berbeda di SMPIT Fitrah Insani. Hal yang berbeda dari kedua sekolah terteliti adalah bahwa SMPIT Fitrah Insani merupakan anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang memiliki jaringan secara nasional sebagai sarana untuk sharing dan mengembangkan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia. Sementara SMPIT Ar-Raihan tidak/belum menjadi bagian dari jaringan tersebut. Jadi, sebagai sekolah rintisan, kedua sekolah terteliti dapat berkembang secara baik dengan syarat: 1) mengoptimalkan peran steakholder dalam perencanaan kurikulum, 2) menggunakan manajemen yang lebih terbuka dalam pengelolaan sekolah, dan 3) meningkatkan kerjasama yang baik antar sekolah Islam terpadu. 3. Proses pelaksanaan kurikulum SMPIT

Kedua sekolah terteliti, yaitu SMPIT Ar-Raihan dan SMPIT Fitrah Insani melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pembelajaran. Kedekatan antara guru dan siswa di kedua sekolah tersebut sangat baik sehingga motivasi siswa untuk belajar cukup tinggi. Hal yang berbeda dari kedua sekolah terteliti adalah bahwa pembelajaran melalui e-learning dan penguasaan Bahasa Inggris di SMPIT Ar-Raihan lebih baik dibandingkan dengan di SMPIT Fitrah Insani. Sementara pelaksanaan kegiatan pendampingan (di Ar-Raihan dengan istilah halaqoh) dan tahfizul Quran di SMPIT Fitrah Insani berjalan lebih baik dibandingkan dengan di SMPIT Ar- Raihan. Pembelajaran yang selalu mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai keislaman, pelaksanaan kegiatan pendampingan dan halaqoh, dan pembiasaan ibadah sholat duha, sholat zuhur dan ashar berjamaah di masjid di kedua sekolah terteliti menunjukkan bahwa pendidikan karakter di kedua sekolah terteliti dapat terlaksana dengan baik. 4. Perencanaan kesiswaan SMPIT Kedua sekolah terteliti belum merencanakan kegiatan kesiswaan dengan optimal. Perencanaan kegiatan kesiswaan cenderung bersifat top down. Walaupun seluruh siswa diberi kebebasan memilih bentuk kegiatan siswa sesuai minat masing-masing, tetapi pilihan tersebut tetap dibatasi karena fasilitas yang terbatas, baik terbatas dari sisi sarana dan prasarana maupun terbatas dari sisi tutor/ pendamping. Perencanaan yang cenderung top down, keterbatasan sarana dan prasarana, dan keterbatasan tutor/pendamping kegiatan kesiswaan berakibat pada

kurang optimalnya pelaksanaaan kegiatan kesiswaan. Maka sekolah yang baik seharusnya memenuhi delapan standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan. 5. Proses pelaksanaan kegiatan kesiswaan SMPIT Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua sekolah terteliti pada fokus pelaksanaan kegiatan kesiswaan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan kesiswaan di SMPIT Ar-Raihan belum optimal walaupun fasilitas memadai. Hal ini disebabkan oleh tutor/pembimbing lifeskill di sekolah tersebut masih merangkap guru mata pelajaran. Disisi lain, pelaksanaan kegiatan kesiswaan di SMPIT Fitrah Insani berjalan lebih terorganisir, terutama kegiatan pendampingan, tahfizul Quran, khat, dan bela diri. Kondisi demikian berimpilikasi pada proses pelaksanaan kegiatan kesiswaan di kedua sekolah terteliti. Fasilitas yang memadai di SMPIT Ar-Raihan tapi terbatas pada tutor/pendamping, dan tutor/pendamping yang memadai di SMPIT Fitrah Insani tapi terbatas pada fasilitas, belum dapat menghantarkan para siswa di sekolah terteliti menjadi siswa berprestasi yang membanggakan. 6. Sistem evaluasi pembelajaran SMPIT Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua sekolah terteliti pada fokus evaluasi pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran di kedua sekolah teteliti sesuai dengan standar penilaian pendidikan dari sisi bentuk-bentuk pelaksanaan evaluasi, yaitu ulangan harian, ulangan mid semester, dan ujian akhir sekolah. Bahkan kedua sekolah terteliti memasukkan tugas-tugas yang dikerjakan siswa sebagai komponen penilaian yang dilaporkan kepada orang tua siswa. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar orang tua

mengetahui kemampuan anaknya yang sebenarnya. Penilaian yang demikian berarti telah melaksanakan prinsip-prinsip penilaian, yaitu: sahih, terbuka, akuntabel, objektif, adil, sistematis, dan terpadu. B. Implikasi Keberadaan Sekolah Islam Terpadu akan memberikan peluang kepada peserta didik untuk memiliki pemahaman Islam yang integral, yaitu pemahaman Islam yang tidak memisahkan antara ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu keislaman, karena sumber ilmu pada hakekatnya adalah satu, yaitu Allah swt. Proses pembelajaran yang senantiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-nilai keislaman dapat meningkatakan kesadaran peserta didik akan pengenalan yang mendalam terhadap dirinya. Dengan demikian peserta didik dapat mengenal pencipta dirinya dan pencipta semua makhluk yang ada, sehingga mereka dapat menyadari posisi dirinya dihadapan sang pencipta dan dihadapan makhluk yang lainnya. Kesadaran demikian dapat melahirkan sifat jujur, rasa berterima kasih, bertanggung jawab dan amanah, cinta damai, saling menghormati dan saling menghargai. Kesadaran inilah yang sangat diharapkan terjadi di dunia pendidikan kita. Pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah Indonesia dapat benar-benar terwujud melalui Sekolah Islam Terpadu. Pendidikan karakter tersebut dapat dilaksanakan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui kegiatankegiatan kesiswaan. Kesimpulan tersebut memberikan implikasi terhadap pengelola sekolah, siswa, dan orang tua siswa. Secara rinci, implikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Penerapan kurikulum Islam terpadu berimplikasi pada bertambahnya upayaupaya pengelola sekolah untuk senantiasa meningkatkan kemampuan manajerial dan skill pembelajaran bagi para guru. Proses pembelajaran yang memadukan materi pelajaran dan nilai-nilai keislaman membutuhkan pengetahuan yang memadai, baik pengetahuan tentang materi pelajaran maupun materi keislaman. Oleh karena itu pelatihan peningkatan SDM pengelola sekolah harus senantiasa dilakukan secara berkala. 2. Bagi siswa, penerapan kurikulum Islam terpadu hendaknya menjadi motivasi untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya. Penerapan kurikulum Islam tepadu mendorong siswa untuk mengoptimalkan potensi aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. 3. Bagi orang tua, penerapan kurikulum Islam terpadu berarti memberi tambahan alternatif pendidikan yang berbasis karakter. Sekolah Islam Terpadu membekali peserta didik dengan wawasan global dan berlandaskan keimanan, sehingga orang tua tidak khawatir dengan anaknya. C. Saran Saran disampaikan kepada beberapa pihak yang terkait dengan manajemen kurikulum dan kesiswaan, yaitu penyelenggara sekolah yang sejenis dan peneliti bidang ilmu manajemen pendidikan. 1. Penyelenggaraan sekolah sejenis. Penyelenggara sekolah sejenis diharapkan: a. Lebih intensif menggalang dukungan stakeholder, baik pemerintah maupun swasta.

b. Lebih intensif dalam meningkatkan kompetensi pendidik melalui pelatihan atau studi banding ke sekolah sejenis yang telah berhasil c. Lebih intensif menjalin kordinasi dan kerjasama antar sekolah sejenis untuk saling sharing informasi dan pengalaman. d. Lebih intensif melakukan kajian tentang pengelolaan kurikulum dan pengelolaan kesiswaan. 2. Peneliti bidang ilmu manajemen pendidikan. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan karena belum berhasil mengungkap beberapa permasalahan manajemen kurikulum dan manajemen kesiswaan yang lain, diantaranya : a. Standar kompetensi guru Sekolah Islam Terpadu. b. Pola penggabungan beberapa model kurikulum yang ideal. c. Model pengelolaan kegiatan pengembangan diri siswa yang ideal.