Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Isak Ritonga Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 4 Medan Surel :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IX-3 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DI SMP NEGERI 1 PAYUNG T.P. 2015/2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indoneia melalui Metode DRTA (Directed Reading Thingking Activity) Yamini 1

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MANAIKA PADA MATERI PARAFRASE PUISI SISWA KELAS 6 B SDN SEMBORO 01 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK MEMAHAMI ISI BACAAN MELALUI MEDIA TEKS BACAAN DI KELAS VI SDN KENDALBULUR II TULUNGAGUNG

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

Frita Devi Asriyanti Dosen STKIP PGRI Tulungagung

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume I, Nomor 2, Hal , November 2016

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Fahmiati SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Rosita Christina Haloho Guru Fisika SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATIONUNTUK MENINGKATKAN SIKAP BELAJAR SISWAKELAS VIII-1PADA MATA PELAJARAN IPS SMPNEGERI 1PAYUNG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PKN KELAS V SDS MUHAMMADIYAH HUTABANGUN

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

Oleh: ENUNG KARNENGSIH NIP

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTROMING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII-B

PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN

Transkripsi:

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : Rizkiandriani21@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama dua siklus dengan dua kali pertemuan (KBM) setiap siklusnya. Dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IX-1 yang berjumlah 33 siswa. Data aktivitas siswa pada Siklus I antara lain menulis dan membaca (45%), bekerja (24%), bertanya sesama teman (11%), bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak relevan dengan KBM (14%). Data aktivitas siswa pada Siklus II antara lain menulis dan membaca (26%), bekerja (47%), bertanya sesama teman (17%), bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Group Investigasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kata kunci : Group Investigation, Aktivitas Belajar, Pembelajaran Kooperatif PENDAHULUAN Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting dan strategis dalam proses komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seseorang akan mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, dengan pihak lain sesuai konteks dan situasinya. Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah memiliki fungsi dan peran strategis dalam melahirkan generasigenerasi masa depan yang terampil berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, para peserta didik diajak untuk berlatih dan belajar berbahasa melalui aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan memiliki keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, kelak mereka diharapkan menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan membaca. Dengan menguasai keterampilan membaca, peserta didik akan mampu memahami 51

beragam teks atau bacaan. Keterampilan membaca akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan generasi cerdas yang gemar membaca. Selain itu, keterampilan membaca juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan membaca juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk membaca. Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan membaca di kalangan siswa SMP, khususnya membaca cepat, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai telah gagal dalam membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus. Yang lebih memprihatinkan, ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan bahwa tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka diajari berbicara, membaca, dan menulis oleh guru (Depdiknas 2004:9). Sementara itu, hasil observasi empirik di lapangan juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Keterampilan membaca siswa SMP berada pada tingkat yang rendah; pemahaman akan teks masih sulit dipahami. Demikian juga keterampilan membaca siswa kelas IX-1 SMP 1 Kecamatan Bangun Purba. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru, hanya 20% (7 siswa) dari 33 siswa yang dinilai sudah terampil membaca cepat. Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam bercerita, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh di lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang gemar membaca. Masyarkat umum yang masih belum mengedapan anaknya untuk membaca. Orang tua masih sedikit yang memfasilitasi bacaan untuknya membaca. Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan membaca bagi siswa SMP. Pada umumnya, guru bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung monoton dan membosankan. Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin keterampilan bercerita di kalangan siswa SMP akan 52

terus berada pada aras yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat bercerita. Sebagai upaya mengembangakan pemahaman peneliti dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dan penguasaan teori belajarnya ditengah upaya memperbaiki aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa maka desain yang paling tepat adalah menerapkan pembelajaran kooperatif dalam penelitian tindakan kelas. Karena dengan penelitian tindakan kelas akan dapat dianalisis kelemahan, kesesuaian, dan kelebihan peneliti dalam menerapkan pembelajaran kooperatif. Salah satu tipe yang memadai dari model pembelajaran kooperatif adalah Group investigation atau yang biasa disebut dengan GI. Pada model pembelajaran GI, guru menyiapkan terlebih dahulu masalah untuk sekelompok siswa pada jenjang kemampuan tertentu. Siswa menghadapi masalah yang kemudian diarahkan kepada menemukan konsep atau prinsip. Karena siswa secara bersama-sama menemukan konsep atau prinsip, maka diharapkan konsep tersebut tertanam dengan baik pada diri siswa yang pada akhirnya siswa menguasai konsep atau prinsip yang baik pula. Sehingga keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran dapat di tangani dengan baik. Untuk kepentingan penyelidikan dalam proses pembelajaran, maka penerapan model selayaknya didampingi oleh perangkat pembelajaran yang memadai pula. Salah satu perangkat pembelajaran yang mendukung terarahnya aktivitas belajar siswa dan membantu proses penemuan konsep adalah lembar kerja siswa (LKS). Sehingga dalam penelitian ini akan digunakan LKS untuk mengoptimalkan penerapan model pembelajaran dalam kelas. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat diidentifikasi permasalahan yang relevan terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bangun Purba diantaranya: (1)Pembelajaran belum mengupayakan penanganan aktivitas belajar siswa dengan baik, (2) Pembelajaran kooperatif sering memunculkan sikap negatif saling melempar tanggung jawab atau mendominasi kelompok, (3) Guru memandang secara keliru bahwa pembelajaran kooperatif menyusahkan sehingga lebih memilih pembelajaran konvensional, (4).Keterbatasan pemahaman guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif secara praktis. Berdasarkan indentifikasi masalah, rumusan masalah adalah (1) Apakah penerapan model 52

pembelajaran kooperatif tipe Group investigation dapat meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IX-1 SMP Negeri 1 Bangun Purba T.A. 2014/2015? (2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation dapat meningkatkan hasil belajar meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IX-1 SMP Negeri 1 Bangun Purba T.A. 2014/2015? Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai adalah (1) Untuk megetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok cara mengubah sajian grafik, tabel atau bagan menjadi uraian melalui kegiatan membaca intensif di kelas IX-1 SMP Negeri 1 Bangun Purba T.A. 2014/2015. (2) Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok cara mengubah sajian grafik, tabel atau bagan menjadi uraian melalui kegiatan membaca intensif di kelas IX-1 SMP Negeri 1 Bangun Purba T.A. 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan SMP Negeri 1 Bangun Purba yang beralamat di Jalan SM. Raja Kecamatan Bangun Purba.. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015 selama 6 (bulan) bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan Juli 2015. Pengambilan data dilaksanakan selama 4 (empat) KBM yang dibagi dalam 2 (dua) Siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-1 SMP Negeri 1 Bangun Purba yang berjumlah 33 siswa. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Awal Kondisi awal siswa IX-1 yang menyangkut hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mempertegas indentifikasi tersebut dilaksanakan Pretes. Data Pretes menunjukkan nilai terendah 50 dan tertinggi 75 dengan rata-rata 61 dan KKM 70 sehingga ketuntasan belajar secara kalsikal 24,2 %. Atau kemampuan awal siswa sangat rendah mengindikasikan bahwa siswa tidak membaca buku di rumah untuk materi yang akan dipelajari di sekolah. 53

Hasil Penelitian Siklus I Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas dilakukan pada saat siswa bekerja dalam kelompok diskusi. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap kegiatan belajar mengajar (KBM). Hasil observasi aktivitas siswa disajikan dalam tabel 1. Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I No Aktivitas Skor Proporsi 1 Menulis dan membaca 19 45% 2 Mengerjakan LKS 10 24% 3 Bertanya pada teman 4,5 11% 4 Bertanya pada guru 3 7% 5 Yang tidak relevan 6 14% Jumlah 42,5 100% Setelah berakhirnya pelaksanaan Siklus I diadakan tes hasil belajar siswa yang selanjutnya disebut formatif I. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel 2. Tabel Deskripsi Data Formatif I Nilai Frekuensi Rata-rata 50 11 75 18 100 4 70 Jumlah 33 Merujuk pada Tabel 2 Siswa dengan nilai terendah (50) sebanyak 11 siswa dan yang mendapat nilai tertinggi ( 100 ) sebanyak 4 orang. nilai rata-rata 70 dengan KKM 70 jumlah siswa tuntas 22. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, walaupun rata-rata kelas mencapai 70 karena siswa yang memahami materi yang telah disampaikan hanya sebesar 66,6% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe group investigation. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran Siklus II yang dirasa perlu. Hasil Penelitian Siklus II Aktivitas siswa pada Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan Siklus I. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus II disajikan pada tabel 3. Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II No Aktivitas Skor Proporsi 1 Menulis dan membaca 10,25 26% 2 Mengerjakan LKS 18,75 47% 3 Bertanya pada 6 17% 54

4 5 teman Bertanya pada guru 3,5 7% Yang tidak relevan 1,5 4% Jumlah 4 100% Diakhir Siklus II diberikan tes hasil belajar sebagai Formatif II dengan jumlah soal 4 item. Data Formatif II disajikan dalam Tabel 4. Tabel Deskripsi Data Formatif II Nilai Frekuensi Rata-rata 50 2 75 14 100 17 86 Jumlah 33 Merujuk pada Tabel Siswa dengan nilai terendah (50) sebanyak 2 siswa dan yang mendapat nilai tertinggi (100) sebanyak 17 orang. nilai rata-rata 86 dengan jumlah siswa tuntas 31. Hal ini menunjukkan siswa mulai memahami penjelasan guru. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Siklus II secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memahami materi yang telah disampaikan sebesar 93,9% mencapai persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigasi dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa, selain itu aktivitas guru juga semakin baik. Hasil ini dapat dilihat perbandingan antara Siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan kualitas pada aktivitas belajarnya dari Siklus I ke Siklus II. Aktivitas kerja naik dari 24% menjadi 47%, kondisi ini sudah lebih baik dan menuju yang diharapkan karena seharusnya aktivitas diskusi atau kerja lebih dominan, sementara aktivitas menulis dan membaca dalam posisi kedua ( 45%) dan masih cukup tinggi meskipun sudah turun dari Siklus I ( 26%), bertanya pada guru dari 7% tetap 7% menunjukkan ketergantungan pada guru sudah menurun walupun hanya sedikit. Dan aktivitas bertanya pada teman naik dari 11% menjadi 17%, hal ini terlihat dari ada kedekatan yang terjalin antara siswa, yakni pada saat siswa sedang berkoordinasi mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki saat mereka berdiskusi kelompok. Sedangkan aktivitas yang tidak relevan turun sedikit dari 14% menjadi 4%. Sehingga terjadi perbaikan aktivitas belajar selama dua siklus penelitian. Kemudian hasil belajar mengalami peningkatan dilihat dari data kemampuan awal menunjukan tidak seorang siswapun mendapat nilai diatas KKM sehingga ketuntasan 24,2% dengan rata-rata 61. Pada Formatif I menunjukkan, 11 dari 33 siswa tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70, siswa yang telah tuntas sebanyak 55

22 siswa atau 66,6%. Sehingga pembelajaran Siklus I dikatakan gagal memberi ketuntasan secara klasikal karena kurang dari 85 %. Kendala pada Siklus I yang ditindaklanjuti di Siklus II telah menunjukkan peningkatan yang berarti dalam perolehan skor. Dimana siswa yang tuntas mengalami kenaikan, dari 22 siswa di Siklus I menjadi 31 siswa yang tuntas di Siklus II, jadi sekitar 93,9% telah tuntas. Karena ketuntasan klasikal telah melampaui 85% maka KBM Siklus II dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa samapai pada ketuntasan klasikal yang diharapkan. Dengan demikkian penguasan pembelajarn Bahasa Indonesia siswa telah meningkat selama dua siklus penelitian. Peningkatan hasil belajar sehingga tuntas klasikal pada Siklus II ini diperoleh dari tindakan perbaikan pada Siklus II diantaranya : 1. Pembelajaran diskusi lebih di tekankan, diberikan lebih banyak kesempatan siswa melaksanakan bagian ini dari pada bagian lain. 2. Mendesain LKS pada bagian analisis dengan kalimat dan teknik yang lebih memudahkan siswa mencapai pada kesimpulan. 3. Pembimbingan pada masing-masing kelompok dibatasi oleh waktu yang telah ditetapkan merata untuk semua kelompok. 4. Guru menganalisis kembali kemampuan penerapan model dan materi ajar dengan memperkirakan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi siswa dan jalan keluar langsung yang dapat ditempuh ditengah KBM berlangsung. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan gaya mengajar terbuka merupakan upaya pembenahan gaya mengajar guru. Pembenahan yang diupayakan antara lain model pembelajaran klasikal, yang cenderung dilaksanakan tanpa variasi dibenahi menjadi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Pembenahan ini dilaksanakan dengan strategi pembelajaran terbuka, yaitu menjamin rasa aman, nyaman dan senang dalam pembelajarannya serta guru selalu menarik dan memelihara minat belajar siswa. Beberapa tindak mengajar tersebut merupakan tindakan guru yang merupakan kunci keberhasilan atau memberikan hasil yang memuaskan dan dipandang memberikan kontribusi yang cukup bagi keberhasilan usaha meningkatkan hasil belajar. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan penyampaian materi melalui diskusi sehingga siswa berpikir induksi, perencanaan pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan baik. Hal itu ditunjukkan oleh hasil evaluasi pelaksanaan tindakan kelas yang dilaporkan terdahulu. Tindakan belajar dan mengajar seperti telah dilaporkan pada evaluasi tindakan kelas, tindakantindakan guru tersebut memenuhi teori 56

dalam menciptakan kondisi belajar yang kreatif. KESIMPULAN Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan: 1. Perbandingan Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis dan membaca (45%), bekerja (24%), bertanya sesama teman (11%), bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak relevan dengan KBM (14%). Dan data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain menulis dan membaca (26%), bekerja (47%), bertanya sesama teman (17%), bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4%). Sehingga pembelajaran berhasil memperbaiki aktivitas belajar siswa dalam dua siklus. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan ketuntasan pembelajaran siswa, terbukti dari hasil tes siswa ketuntasan pembelajaran siswa. Pada Siklus I rata-rata nilai tes 70 dengan ketuntasan pembelajaran sebesar 66,6% dan pada Siklus II rata-rata nilai tes 86 dengan ketuntasan pembelajaran naik menjadi 93,9%, sehingga berhasil memberikan ketuntasan hasil belajar secara klasikal. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi., (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineksa Cipta, Jakarta. Aunurrahman., (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta Bandung, Bandung. Majid, A., (2009), Perencanaan Pembelajaran, Rosda, Bandung. Sukidin, dkk., (2002), Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan Cendekia, Surabaya. Sukmadinata, (2001), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Remeja Rosdakarya, Bandung. Syah, M., (2003), Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Remaja Rosdakarya, Bandung. Tim Abdi Guru., (2007), Bahasa Indonesia Untuk SMP Kelas IX, Erlangga, Jakarta. Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta 57

58