BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI PUZZLE TERHADAP TINGKAT DEMENSIA LANSIA DI WILAYAH KRAPAKAN CATURHARJO PANDAK BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental yang meneliti tentang sebab-akibat dengan menggunakan satu

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk reasoning (berpikiran beralasan), problem solving (pemecahan masalah), dan

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

pengurangan, perkalian dan pembagian. Pada hakikatnya, pelajaran matematika pada jenjang lanjut dikarenakan ketidaksiapan anak dalam

Demensia. DEMENTIA / Indonesian Copyright 2016 Hospital Authority. All rights reserved 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT LANSIA DI PANTI WERDHA KARYA KASIH MONGONSIDI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Usia Harapan Hidup Indonesia

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and Beare, 2007). Beberapa tanda dan gejala demensia hampir tidak kelihatan dan tidak jelas, namun tanda gejala secara umum yaitu bingung, mulai lupa, kehilangan kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari dan sering menyendiri ( Anonim, 2010). Tanda dan gejala tersebut dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pada bagian-bagian otak. Menurut Oktaviani (2011) otak dibagi menjadi beberapa bagian yaitu otak besar, otak kecil, batang otak dan sistem limbik.otak besar mempunyai bagian yang paling besar dalam otak.otak besar tersebut berfungsi sebagai dalam semua aktifitas intelektual seperti berpikir, mengingat dan membayangkan.otak besar dibagi lagi menjadi 2 yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kanan akan berfungsi dalam kemampuan emosional sedangkan otak kiri berfungsi dalam logika, rasio, kemampuan baca tulis dan matematika. Beberapa ahli menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat intelegensi. Menurut Sangkanparan (2010) dan Nadesul (2011) otak tengah berpengaruh pula pada kondisi ini dimana neurotransmitter yang harus disambungkan ke bagian otak lain mengalami penurunan sehingga informasi 1

2 yang akan diberikan juga mengalami pengurangan. Pada penderita demensia, awalnya bagian memori dan intelegensi yang akan terganggu yaitu pada otak besar bagian kiri dan bagian frontal juga temporal. Namun, lama kelamaan sel-sel bagian otak lain akan mengalami gangguan bahkan akan terjadi kematian sel otak. Gangguan pada otak ataupun kematian sel otak pada penderita demensia diakibatkan oleh penurunan fungsi organ yang merupakan perubahan yang terjadi pada lansia.gangguan pada otak yang terjadi yang dapat menimbulkan demensia bisa menimbulkan efek bagi penderita bila tidak ditangani. Dampak yang ditimbulkan bagi penderita bila tidak ditangani diantaranya terjadi perubahan perilaku pada lansia tersebut seperti melupakan dirinya sendiri, memusuhi orang-orang disekitarnya, dan sering berkeluyuran pada malam hari sehingga mudah hilang (Brooker, 2009; Carpenito, 2009).Jumlah penderita demensia meningkat seiring dengan beberapa faktor dan angka harapan hidup yang meningkat pula. Di seluruh dunia, 35,6 juta orang memiliki demensia, dengan lebih dari setengah (58 %) yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahun, ada 7,7 juta kasus baru. Jumlah ini akan berlipat ganda pada 2030 dan lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2050 (WHO, 2012). Berdasarkan data Deklarasi Kyoto tahun 2004, tingkat prevalensi dan insidensi demensia di Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang Di Indonesia sendiri prevalensi demensia adalah 606.100

3 orang dengan insiden 191.400 orang (Access Economics, 2006). Pada tahun 2020 diprediksikan prevalensi demensia meningkat menjadi 1.016.800 orang dengan insidensi sebanyak 314.100 orang (Alzheimer s Disease International, 2006). Prevalensi cidera di bagian kepala di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebesar 16,4%. 2 tahunsetelahcedera kepala masihterdapat gangguan kognitif,tingkah lakuatau emositermasuk problem daya ingat padasebesar74 % (KMKRI, 2010). Menurut data-data diatas prevalensi dan insidensi demensia dapat diatasi dengan berbagai penatalaksanaan yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi. Menurut BPOM (2015) penatalaksanaan demensia dengan obat-obatan yang digunakan untuk menangani demensia antara lain rivastigmin digunakan untuk terapi demensia ringan hingga menengah. Bukti yang mendukung penggunaan obat terkait dengan kemampuan obat dalam meningkatkan fungsi kognitif.donepezil merupakan penghambat asetilkolinesterase yang bersifat sementara, galantamin adalah penghambat asetilkolinesterase yang bersifat sementara dan memiliki aktivitas agonis reseptor nikotinik.penghambat asetil kolinesterase dapat menyebabkan efek kolinergik yang tidak diinginkan, yang berhubungan dengan dosis. Oleh karena itu, obat sebaiknya dimulai pada dosis rendah dan ditingkatkan sesuai dengan respons dan toleransi pasien Sedangkan untuk terapi yang bisa digunakan untuk demensia adalah terapi music, terapi brain gym dan terapi puzzle. Berdasarkan hasil penelitian Raglio (2010), terapi musik ini dapat memperlambat penurunan kognitif atau pun daya ingat pada lansia, mempertahankan identitas diri, mengenali lingkungan,

4 mengontrol emosi mental dan gangguan perilaku penderita demensia. Terapi musik ini dapat berupa memainkan alat music dan bernyanyi.terapi musik ini efektif untuk penderita demensia. Kemudian untuk terapi brain gym, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dkk (2014) brain gym ini efektif juga dilakukan bagi penderita lansia karena dengan gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan secara teratur dapat merangsang semua bagian otak untuk bekerja sehingga dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif pada penderita demensia.brain gym ini dilakukan secara teratur selama 15 menit dalam waktu 3 minggu.selanjutnya menurut beberapa penelitian, tidak hanya terapi music dan terapi senam otak saja yang dapat memperlambat onset demensia tetapi juga terapi puzzle. Penelitian yang dilakukan oleh Hee-Young et. al (2011) mengatakan bahwa ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperlambat penurunan fungsi kognitif lansia dengan demensia seperti dengan terapi seni, latihan, merangsang kognitif (puzzle), dan terapi realita. Kegiatan-kegiatan tersebut terutama kegiatan merangsang kognitif (puzzle) yang dilakukan selama 30 menit sehari dapat memperlambat perkembangan demensia dan penurunan fungsi kognitif lansia.latihan kognitif tersebut akan merangsang otak dengan cara menyediakan stimulasi yang memadai untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif otak yang tersisa. Otak akan bekerja saat mengambil, mengolah, dan menginterpretasikan gambar

5 atau informasi yang telah diserap, serta otak bekerja dalam mempertahankan pesan atau informasi yang didapat. Menurut Yudha (2007) puzzleadalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar yang bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran dan membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu puzzle juga dapat digunakan untuk permainan edukasi karena dapat mengasah otak dan melatih kecepatan pikiran dan tangan. Berbagai macam bentuk puzzle dapat digunakan untuk melatih dan merangsang otak diantaranya puzzle konstruksi yang identik berbentuk balok-balok berwarna warni, puzzle logika yang berbentuk potongan gambar yang harus diselesaikan dan puzzle lantai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pillai et.al (2011) mengatakan bahwa puzzle dengan jenis crossword puzzleatau pun jenis lainnya dapat digunakan untuk memperlambat onset penurunan fungsi kognitif pada lansia. Data sensus Amerika Serikat melaporkan bahwa 14-16% lansia yang melakukan crossword puzzle setidaknya seminggu 2x atau lebih mengalami penurunan onset demensia. Penelitian Stern (2009) mengatakan bahwa melakukan latihan kognitif seperti membaca dan latihan otak dengan gerakan atau dengan puzzle dapat menunda onset berkembangnya demensia menjadi lebih parah. Dengan terapi puzzle, bagian-bagian otak yang dirangsang akan sedikit demi sedikit bekerja dan membuka jalan oksigen, nutrisi dan suplai darah ke otak untuk menunda keparahan demensia. Berdasarkan survey pendahuluan dan skrinning yang telah peneliti lakukan di wilayah desa Krapakan ditemukan terdapat 44 lansia yang mengalami

6 demensia. 19 lansia mengalami demensia ringan, 17 lansiamengalami demensia sedang dan 8 lansia mengalami demensia berat. Latar belakang masalah dan beberapa penelitian tersebut mengarahkan peneliti untuk mengetahui pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Adakah pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat demensia sebelum pemberian terapi puzzle pada kelompok eksperimen lansia demensia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul b. Mengetahui tingkat demensia sesudah pemberian terapi puzzle pada kelompok eksperimen lansia demensia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul c. Mengetahui tingkat demensia sebelum pemberian terapi puzzle pada kelompok kontrol lansia demensia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul

7 d. Mengetahui tingkat demensia setelah pemberian terapi puzzle pada kelompok kontrol lansia demensia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul e. Mengetahui pengaruh terapi puzzle dengan tingkat demensia lansia D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Lanjut Usia Terapi puzzle ini diharapkan membantu lansia dalam mempertahankan memori (daya ingat) lansia demensia dan mencegah hilangnya memori pada lansia yang belum mengalami demensia. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan terapi ini bisa dijadikan salah satu referensi untuk lebih mengembangkan terapi alternatif lainnya. 3. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu informasi dan referensi masyarakat dalam membantu dan menangani masalah demensia lansia. E. Penelitian Terkait Berdasarkan pengetahuan peneliti, peneliti belum menemukan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang Pengaruh Terapi Puzzle terhadap Tingkat Demensia Lansia. Namun ada beberapa penelitian yang hampir serupa yang pernah dilakukan seperti berikut: 1. Danawati Safitri, M Syukri, Desni Yuniarni (2014) meneliti tentang Peningkatan Kemampuan Daya Ingat Melalui Permainan Puzzle Pada

8 Anak Usia 5-6 Tahun. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.subjek penelitian adalah 1 orang guru dan 20 anak. Hasil penelitian setelah dianalisis data yaitu peningkatan kemampuan daya ingat melalui permainan puzzle pada anak usia 5-6 tahun berkembang sangat baik yaitu 75%-80%. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan peneliti yaitu alat yang digunakan (puzzle). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah subjek penelitian ini adalah anak-anak sedangkan subyek pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah lansia. Tempat penelitian pada penelitian ini berada di TK sedangkan tempat penelitian yang akan peneliti lakukan adalah di wilayah desa Krapakan. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode deskriptif sedangkan metode penelitian yang akan peneliti lakukan adalah quasy eksperimental dengan design penelitian pre and post test with control. Sample pada peneitian ini adalah anak-anak TK dengan jumlah 20 anak dan 1 guru, sedangkan sample penelitian yang akan peneliti lakukan adalah 17 lansia yang akan diberi perlakuan dan 17 lansia yang tidak diberi perlakuan. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dengan total sampling. 2. Rochmad A.S, Wahyuningsih S, dan Ari S (2014) meneliti tentang Pengaruh Senam Otak Terhadap Tingkat Kognitif Lansia Demensia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Penelititan ini menggunakan quasy eksperiment dengan pre and post test without control dengan tekhnik total sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel dimana jumlah

9 sampel sama dengan jumlah populasi. Sampel dalam penelitian ini 15 orang. Penelitian ini menggunakan kuisioner MMSE (Mini Mental Statuse Examination). Analisis uji statistic ini menggunakan paired t sample. Hasil penelitian ini menunjukkan t hitung (8,500) > t table (6,714) dan p value (0,000) < α (0,05), sehingga Ho ditolak yaitu ada pengaruh senam otak terhadap tingkat kognitif lansia demensia. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu kuisioner yang akan digunakan yaitu dengan Mini Mental Status Examination, teknik pengambilan sample yaitu dengan total sampling dan metodenya denganquasy eksperiment. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah tempat penelitian, rancangan penelitian, dan sample. Tempat yang akan peneliti lakukan adalah di wilayah desa Krapakan, sedangkan tempat yang ada pada penelitian ini adalah di PSTW Darma Bakti Kasih Surakarta. Rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dengan pre and post tes with control sedangkan rancangan penelitian ini dengan pre and post test without control. Sample pada penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dengan 17 lansia diberi perlakuan dan 17 lansia yang tidak diberi perlakuan.