PERAN PUSJATAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006

BERBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN ASBUTON PADA PERKERASAN JALAN BERASPAL

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN WARM MIXED ASPHALT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

TEKNOLOGI CORRUGATED-MORTAR BUSA PUSJATAN (CMP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

BAB I PENDAHULUAN. bakar batubara untuk pemanas agregat adalah AMP yang umumnya menggunakan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT LITBANG JALAN DAN JEMBATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. energi yang besar dan dampak samping terhadap lingkungan. Maka WMA dan CMA

PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Cape Buton Seal (CBS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI TAMBALAN CEPAT MANTAP SEBAGAI SOLUSI CEPAT PENANGANAN KERUSAKAN JALAN BERLUBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 110KEP/BSN/ 12/2008 /12/2005 TENTANG PENETAPAN 52 (LIMA PULUH DUA) STANDAR NASIONAL INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

Pure Crete Base jalan

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkerasan jalan adalah suatu bagian dari jalan yang diperkeras dengan lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

TKS 4406 Material Technology I

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : , Maret 2015

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

DAFTAR PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TAHUN 2008

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA FILLER ASBUTON DALAM CAMPURAN MORTAR HOT ROLLED ASPHALT. Oleh : Erwin Wisnu Wardana Ragil Purwanto

PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

SPESIFIKASI UMUM DAFTAR ISI DIVISI I UMUM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

Transkripsi:

PERAN PUSJATAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR NASIONAL

OUTLINE 1. Tupoksi Pusjatan 2. Produk dan Teknologi Pusjatan 3. Penerapan Teknologi Baru

1. TUPOKSI PUSJATAN

TUPOKSI PUSJATAN PERMEN PUPR NO.15/PRT/M/2015 Penyusunan kebijakan teknis, program, & anggaran litbang bidang jalan dan jembatan Pelaksanaan litbang, pelayanan uji lab. dan lapangan, sertifikasi, inspeksi, kalibrasi, dan adtek bid.jalan & jembatan Pemantauan, evaluasi & pelaporan hasil litbang bid.jalan & jembatan Pelaksanaan urusan peningkatan kapasitas SDM litbang di bid.jln & jembatan Pelaksanaan pengelolaan sarana kelitbangan Pelaksanaan urusan keuangan, ketatausahaan, dan umum Penyiapan penyusunan standar dan pedoman Pelaksanaan diseminasi & kerjasama litbang di bid.jalan & jembatan Penyelenggaraan pangkalan data & pengembangan konsep sistem data teknis jalan & jembatan

TUPOKSI BINA MARGA PERMEN PUPR NO.15/PRT/M/2015 Perumusan kebijakan di bid.penyelenggaraan jln sesuai dg ketentuan per-uu-an Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan jalan nasional Pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan konektivitas yg menjadi prioritas nasional Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bid. penyelenggaraan jln Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bid. penyelenggaraan jln Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bid. penyelenggaraan jln Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Marga Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri PUPR

IRISAN TUSI PUSJATAN DG BINA MARGA Kebijakan (litbang) bid. Jln&jmbtn Penyusunan norma, standar & pedoman Adtek / bimbingan teknis & supervisi Evaluasi&pelaporan PUSJATAN Pelaksanaan urusan peningkatan SDM litbang bid.jln&jmbtn Pelaksanaan pengelolaan sarana kelitbangan Pelaksanaan urusan keuangan, ketatausahaan&umum Pelaksanaan diseminasi&kerjasama litbang Penyelanggaraan pangkalan data KONSEP BINA MARGA Pelaksanaan kebijakan di bidang konektivitas yang menjadi prioritas nasional Pelaksanaan administrasi Dirjen BM Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan oleh Menteri PUPR

BUSSINESS PROCESS PUSJATAN TUJUAN PUSJATAN

20% 30% Prototipe / Integrasi Prototipe

KERJASAMA PUSJATAN DENGAN BINA MARGA Tahun Anggaran 2015 Sebagai narasumber dalam adtek Tahun Anggaran 2016 Advis Teknis Jembatan Kritis Penanganan Keruskan Badan Jalan Bujangga, Kabupaten Berau Kaltim Rencana Flyover utk Perlintasan Kereta Api di Brebes

2. PRODUK DAN TEKNOLOGI PUSJATAN

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016 Deskripsi Teknologi: Teknologi hasil litbang yang dapat memberikan informasi kondisi jembatan, apakah jembatan tersebut memerlukan tindakan atau belum memerlukan tindakan pada bagian kritis. Keunggulan: + Memberikan informasi kondisi jembatan secara cepat + Paket all in one: 10 alat sensor, logger 32 channel, power supply, VSAT communication system + Garansi 1 tahun

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016 WMA ECO-NUSKA Deskripsi Teknologi: Merupakan aspal dengan campuran hangat yang dapat digunakan hingga lalu lintas berat. Keunggulan: 1. Kualitas setara dengan kualitas Hot Mix Asphalt, bahkan bisa lebih baik. 2. Temperatur pencampuran 140-145 C, temperatur pemadatan 120-135 C (lebih rendah dari Hot Mix Asphalt). 3. Penggunaan bahan bakat lebih hemat dibanding Hot Mix Asphalt. 4. Memiliki daya rekat dan ketahanan terhadap air yang lebih tinggi. 5. Sifat aspal pada perkerasan lebih awet. 6. Mereduksi polusi selama proses pencampuran di AMP WMA ZEOLIT Deskripsi Teknologi: Pemanfaatan zeolit sebagai bahan aditif untuk campuran hangat. Keunggulan: 1. Temperatur pencampuran 130-135 C, sedangkan temperatur pemadatan 110-120 C (lebih rendah dari Hot Mix Asphalt). 2. Sifat aspal pada perkerasan lebih awet. 3. Mereduksi emisi hingga 54%

TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016 Deskripsi Teknologi: CMP merupakan teknologi jembatan flyover yang mengkombinasikan penggunaan teknologi baja bergelombang dengan mortar busa untuk timbunan pendekat jembatan. Keunggulan: + Biaya konstruksi lebih murah 40% + Waktu konstruksi lebih cepat 50% + Meminimalkan ganguan lalu lintas saat instalasi + Masa layan dapat melebihi 100 tahun + Mengurangi penggunaan tiang fondasi + Tebal struktur baja bergelombang lebih tipis + Tidak membutuhkan konstruksi dinding penahan Cocok untuk perlintasan kereta api, persimpangan jalan yang membutuhkan bentang yang panjang. Sudah diterapkan pada simpang Antapani Kota Bandung untuk mengatasi kemacetan.

KONSEP APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG UNTUK JALAN LINTAS ATAS Konsep aplikasi CSS sebagai JALAN LINTAS KONVERSI MODEL JEMBATAN KE MODEL CSS KONVERSI MODEL ini menghemat lebar bentang, penggunaan beton & kebutuhan kedalaman fondasi

Clustering Product Bidang Perkerasan Aspal Lapis Beraspal Pondasi Kelas A Bahan Bakar AMP Aditif Pondasi Kelas B Bahan Stabilisasi Agregat Tanah Dasar Lain-lain

ASPAL Aspal Pen 60/70 Aspal Modifikasi Aspal Buton Aspal Emulsi Cutback Asphalt Aspal Karet Aspal keras konvensional (PG 58) hasil pemrosesan dari minyak bumi Aspal yang telah dimodiifikasi dengan bahan lain untuk meningkatkan kinerja, umumnya bahan tambah yg digunakan adalah SBS Aspal Batu Buton dan varian nya (Asbuton Pracampur, Campuran Panas Asbuton dll) aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi Aspal cair yang dihasilkan dengan cara melarutkan aspal keras dalam pelarut minyak bumi dengan proporsi tertentu Aspal keras yang dimodifikasi dengan karet alam untuk meningkatkan kinerja nya

BAHAN TAMBAH/ADITIF Antistripping Bahan tambah yang digunakan untuk meningkatkan kelekatan aspal dan agregat Warm Mix Bahan tambah yg digunakan untuk menurunkan temperatur pencampuran dan pemadatan Peremaja Bahan tambah yang digunakan untuk meremajakan (rejuvenating) aspal yg telah menua (ageing)

Agregat Agregat Standar Agregat yang memenuhi persyaratan spesifikasi Agregat Sub Standar Agregat yg tidak memenuhi persyaratan spesifikasi (Batu karang/kapur)

Bahan Bakar AMP Bahan Bakar Standar Bahan bakar AMP standar yang umum digunakan adalah minyak tanah atau solar Batu Bara Gas dari Cangkang Sawit Batu bara dapat digunakan sebagai bahan bakar pada AMP dengan cara gasifikasi Cangkang sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar pada AMP dengan cara gasifikasi

Bahan Stabilisasi Bahan Stabilisasi Bersemen Bahan tambah yang digunakan pada tanah yang telah distabilisasi dengan semen untuk mencegah retak Bahan Stabilisasi Berbasis Kimia Bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi tanah

Lain-lain Zeolit Bahan tambah yang digunakan untuk menurunkan temperatur pencampuran dan pemadatan pada campuran panas RAP (Recycle Asphalt Pavement) Hasil milling lapis beraspal, dapat digunakan sebagai material lapis pondasi atau bahu jalan

3. PENERAPAN TEKNOLOGI BARU

SE PENERAPAN TEKNOLOGI SURAT EDARAN Menteri PUPR NOMOR 03/SE/Db/2016 Tentang Prosedur persetujuan penggunaan teknologi baru/komplek/non standar dan/atau spek.khusus di lingk. Dirjen BM Butir E. Tahapan Persetujuan Penggunaan Teknologi Baru/Komplek/Non Standar 4) Untuk proses persetujuan penggunaan teknologi baru, pengusul perlu melampirkan : a. Bukti teknis (skala lab/skala lapangan) b. Metode desain (struktural/material) c. Metode pelaksanaan d. Utk pabrikan didukung good manufacturing practice e. Spesifikasi produk f. Analisa harga satuan 7) Apabila SNI sudah ada, maka dapat langsung diterapkan. Penambahan dapat dilakukan jika terdapat hal-hal yang belum diatur dalam SNI; 8) Apabila teknologi baru/komplek/non standar tersebut belum ada dalam SNI, pedoman dan manual, maka tetap dapat diterapkan dengan catatan sebagai berikut : a. Pengaturan teknis bersifat interim b. Dilakukan dalam rangka pembelajaran dan penyempurnaan SNI, pengaturan pedoman dan manual teknis c. Dilakukan monitoring dan evaluasi dalam penerapannya untuk penyempurnaan proses standardisasi teknologi tersebut

TERIMA KASIH