BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN jiwa dengan kenaikan 1,49% per tahun. 1 Upaya pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana permasalahan keluarga adalah permasalahan sosial yang berarti

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Islam praktik keluarga berencana di perbolehkan dengan syarat bukan penghalang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

Lampiran 1 Sebaran contoh menurut komponen pengambilan keputusan berdasarkan jenis kelamin dan bidang pangan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ISTRI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI VASEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR ARTIKEL ILMIAH FRESADITA NORA KHOTIMA G2A007082

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ISTRI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI VASEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Di lingkup kelurahan Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PASCASALIN PADA IBU MENYUSUI

FAKTOR DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI. Andik Setiyono, Siti Novianti RINGKASAN

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI

BAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah

ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)DI KELURAHAN CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian Dalam penelitian ini distribusi variabel respon yang di ambil adalah gambaran dari sampel yang antara lain terdiri pengetahuan PUS, sikap PUS dan penggunaan alat kontrasepsi yang di jelaskan dalam tabel-tabel berikut ini : a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Pengetahuan Baik 35 77.8 Cukup 6 13.3 Kurang 4 8.9 Berdasarkan tabel. 4.1 di atas distribusi pengetahuan responden menunjukkan bahwa dari 45 responden, responden yang pengetahuan Baik sebanyak 35 orang (77.8%), responden yang pengetahuan Cukup sebanyak 6 orang (13.3%), dan responden yang pengetahuan Kurang sebanyak 4 orang (8.9%). 34

35 b. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Sikap Baik 29 64.4 Cukup 13 28.9 Kurang 3 6.7 Berdasarkan tabel. 4.2 di atas distribusi sikap responden menunjukkan bahwa ada 45 responden. Responden yang sikap Baik sebanyak 29 orang (64.4%), responden yang sikap Cukup sebanyak 13 orang (28.9%), dan responden yang sikap Kurang sebanyak 3 orang (6.7%). c. Distribusi Responden Berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi KB Ya 29 64.4 Tidak 16 35.6 Berdasarkan tabel. 4.3 di atas distribusi sikap responden menunjukkan bahwa ada 45 responden. Responden yang menggunakan KB sebanyak 29 orang (64.4%), responden yang tidak menggunakan KB sebanyak 16 orang (35.6%).

36 d. Distribusi Respenden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.4 Distribusi Respenden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan 43 95.6 Laki-Laki 2 4.4 Berdasarkan tabel. 4.4 diatas distribusi responden jenis kelamin perempuan berjumlah 43 orang (95.6%) dan laki-laki berjumlah 2 orang (4.4%). e. Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi Respenden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan IRT 38 84.4 Honor 4 8.9 Swasta 1 2.2 Dagang 2 4.5 Berdasarkan tabel 4.5 diatas pekerjaan responden IRT jumlah 38 orang (84.4%), honor berjumlah 4 orang (8.9%), swasta 1 orang (2.2%), dan dangang 2 orang (4.5%).

37 f. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.6 Distribusi Respenden Berdasarkan Umur Kelompok Umur 20-25 18 40 26-30 14 31.1 31-35 13 28.9 Berdasarkan tabel 4.5 distribusi responden berumur 20-25 tahun berjumlah 18 orang (40%), responden berumur 26-30 tahun berjumlah 14 orang (31.1%), dan responden berumur 31-35 tahun berjumlah 13 orang (28.9%). 2. Analisis Hubungan antara variabel a. Analisis hubungan variabel pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penggunaan alat kotrasepsi. Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Responden dengan penggunaan alat kontrasepsi Penggunaan KB Pengetahuan Ya Tidak Total n % Baik 27 77.1 8 22.9 35 100 Cukup 2 33.9 4 66.7 6 100 Kurang 0 0 4 100 45 100 29 64.4 16 35.6 45 100 χ2 P value 12.248 0.002

38 Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Uji statistic Chi Square, maka diperoleh nilai P. value 0.002 < α 0.05 dengan nilai ini dijelaskan bahwa ada Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penggunaan alat kontrasepsi. Dengan penjelasan berarti H0 diterima. b. Analisis hubungan variabel sikap Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penggunaan alat kontrasepsi. Tabel 4.8 Hubungan Sikap Responden dengan penggunaan alat kontrasepsi Penggunaan KB Sikap Ya Tidak Total n % n % n % Baik 22 75.9 7 24.1 29 100 Cukup 6 46.2 7 53.8 13 100 Kurang 1 33.3 2 66.7 3 100 29 64.4 16 35.6 45 100 χ2 P value 4.815 0.09 Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Uji Chi Square, maka diperoleh P.value 0.09 > 0.05 maka dari hasil analisis tersebut di jelaskan bahwa tidak terdapat Hubungan Sikap Pasangan Usia Subur dengan penggunaan alat kontrasepsi. Dengan penjelasan ini maka H0 ditolak. 4.2 Pembahasan Idealnya, penggunaan alat kontrasepsi terlebih pada pasutri (pasangan suami istri) merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita, sehingga metode yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami istri tanpa

39 mengesampingkan hak reproduksi masing-masing. Selain itu, Indonesia telah lama melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan gender dalam KB dan kesehatan reproduksi. Melalui peningkatan partisipasi pria dalam program KB diharapkan dapat mrningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak, menurunkan angka kematian ibu dan bayi, mencegah infeksi saluran reproduksi serta penyakit menular seksual, termasuk HIV-AIDS. Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga, kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penggunaan alat kotrasepsi di Desa Buhu Kec. Tibawa Tahun 2012, adapun distribusi penggunaan alat kotrasepsi menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menggunakan alat kotrasepsi sebanyak 29 orang (64.4%) sedangkan yang tidak menggunakan alat komtrasepsi sebanyak 16 orang (35.6%). Maka pembahasan sesuai variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

40 1. Pengetahuan Berdasarkan tabel 4.1 pada hasil penelitian di atas dari jumlah responden sebanyak 45 responden. Dari jumlah 45 responden terdapat responden yang berpengetahuan baik sebanyak 35 orang (77.8%), responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (13.3%), dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (8.9%). Pengetahuan tentang alat kotrasepsi harus di miliki oleh setiap Pasangan Usia Subur (PUS) bukan hanya salah satu pasangan saja. Dengan demikian dalam menggunakan alat kotrasepsi setiap PUS mengetahui segala sesuatu tentang alat kotrasepsi. Dari hasil penelitian tersebut di atas pengetahuan responden sangat berpengaruh terhadap penggunaan alat kontrasepsi melihat data analisis jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 35 orang (77.8%) yang telah menggunakan alat kontrasepsi ini menunjukkan bahwa responden telah menjadi aseptor dengan menggunakan alat kontrsepsi yang tidak memberikan efek samping bagi aseptor itu sendiri. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian dari Tri Suci Dewi Wati pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Astri Dewi Masyitoh tahun 2012 dari hasil analisis menunjukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi yang baik 68%,

41 sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi yang cukup adalah sebanyak 32%. Responden yang memilihan alat kontrasepsi dengan tepat adalah sebanyak 77,8%, sedangkan responden yang lain memilih dengan tidak tepat adalah sebanyak 22,2%. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai significancy sebesar 0,018 (p 0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,000.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi dengan ketepatan pemilihan alat kontrasepsi di kelurahan Tamantirto Kasihan Bantul dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah. 2. Sikap Berdasarkan tabel. 4.2 diatas distribusi sikap responden menunjukkan bahwa ada 45 responden dengan jumlah responden yang sikap Baik sebanyak 29 orang (64.4%), responden yang sikap Cukup sebanyak 13 orang (28.9%), dan responden yang sikap Kurang sebanyak 3 orang (6.7%). Dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan diharapkan bagi PUS memiliki sikap yang optimal agar tidak salah dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan dan siap menjadi aseptor serta mengetahui efek yang akan timbulkan oleh alatkontrasepsi yang digunakan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Tri Sri Dewi Wati pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi. Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu dan

42 sikap dapat bersikap positif dan negatif. Apabila bersifat positif, maka cenderung akan melakukan tindakan mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Sebaliknya bila sikap negatif maka cenderung akan melakukan tindakan menjauhi, menghindari, menbenci dan tidak menyukai objek tertentu. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosional memegang peranan penting. Sehingga diharapkan jika sikapnya baik terhadap kontrasepsi maka keinginannya untuk ikut menjadi aseptor menjadi meningkat. Hal ini juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan karena pada umumnya responden yang memiliki sikap baik maka pengetahuannya tentang kontrasepsi pun baik. Dari hasil penelitian Snarti, Nur Hasanah, dan Dhiana Setyorini pada tahun 2009 mengemukakan bahwa 79% suami tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dengan banyak pengalaman pribadi seseorang akan mempunyai suatu sikap terhadap sesuatu hal, baik positif maupn negatif tergantung pengalaman yang ia dapatkan.