Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Definisi Operasional Penelitian, (C) Populasi dan Teknik

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. untuk melihat perbedaan (kepercayaan diri) ditinjau dari jenis kelamin.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITTIAN. kepuasan kerja dengan komitmen organisasi. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:

1. Variabel bebas (X) : Dukungan sosial teman sebaya. 1. Variabel terikat (Y) : Kemampuan bersosialisasi. 1. Kemampuan Bersosialisasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah model korelasional (Newman, 2000). Maksud korelasional dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh.

BAB III METODE PENELITIAN

diri dengan kepuasan hidup, dimana lansia yang memiliki kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Operasional Variabel Penelitian, (c) Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian, (B) Defenisi operasional penelitian, (C) Populasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel variabel yang diteliti yaitu kompensasi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN. data-data numeral atau angka-angka. Menurut Arikunto (2004) bahwa penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi obyek pengamatan penelitian dan sebagai faktor-faktor yang berperan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, yaitu Penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, maka baik buruknya suatu hasil penelitian sebagian tergantung pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB III METODE PENELITIAN. mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. gejala, baik statistik deskriptif maupun statistik infrensial. Menurut Sugiyono

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian, (C) Subjek penelitian, (D) Teknik Pengambilan Data (E)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Dalam bab ini, akan diuraikan pokok-pokok bahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan di bahas enam hal yang meliputi, identifikasi variabel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau

BAB III METODE PENELITIAN. (C). Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (D). Metode. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu. menggunakan angka-angka untuk menyimpulkan hasil penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

Transkripsi:

1 Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan Laili Alfita Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Pradina Willi Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan berfikir positif dengan makna hidup pada pasien penyakit kanker di RSUD Dr. Pirngadi Medan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Teknik pengambilan data menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Skala yang digunakan adalah skala berfikir positif menurut Albrecht (1980) yang berjumlah 32 aitem, sedangkan makna hidup menurut Frankl (1992) yang berjumlah 54 aitem. Reliabilitas skala berfikir positifr bt = 0,935, reliabilitas skala makna hidupr bt = 0,928. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi Product Moment digunakan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dengan menggunakan SPSS versi 18,0. Hasil analisis diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara berfikir positif dengan makna hidup, dimana r xy = -0,038 ; p= 0.000< 0,010. Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah berfikir positif tergolong tinggi sebab nilai rata-rata empirik yang diperoleh yaitu 112.942 lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik yaitu 77.5 dengan selisih yang melebihi nilai SD atau SB yang besarnya 9,116, sedangkan makna hidup juga tergolong tinggi sebab nilai rata-rata empirik yang diperoleh yaitu 157.134 lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik yaitu 115 dengan selisih yang melebihi nilai SD atau SB yang besarnya 15,321. Dari hasil penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dinyatakan diterima. Kata Kunci: Berfikir Positif, Makna Hidup, Pasien Kanker PENDAHULUAN Setiyartomo (2004), mengatakan bahwa dalam berbagai penelitian psikologis telah menunjukkan pentingnya kebermaknaan hidup sebagai faktor yang berpengaruh kuat terhadap kesehatan fisik, kepercayaan diri, kebahagiaan seseorang, dan kesehatan mental. Kondisi psikologis yang dialami seperti perasaan tidak berdaya, putus asa, depresi, marah dan sedih yang dapat menghilangkan tujuan dan motivasi seseorang, dapat menghilangkan makna hidup dan dapat menghambat seseorang untuk mendapatkan kebahagiaan. Hal ini memberikan penjelasan bahwa pasien tersebut telah menemukan makna dalam penyakitnya, mereka tahu apa yang seharusnya dilakukan dalan kondisi tersebut. Dalam kondisi sakit mereka masih mampu mengambil sikap yang positif, mengarahkan pemikirannya pada hal-hal yang positif. Sesuai dengan

2 penuturan Frankl yang mendukung pernyataan ini bahwa kebermaknaan hidup sebagai keadaan yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri (Frankl, 2003). Melalui pemusatan perhatian pada aspek yang positif dari suatu keadaan atau situasi yang sedang dihadapi akan membantu individu untuk menghadapi situasi yang mengancam atau menimbulkan stress, sehingga dia mampu memberi reaksi dalam segala peristiwa yang terjadi secara positif. Orang yang berpikir positif tidak akan menilai sesuatu secara sederhana, tetapi akan memahami secara mendalam baru kemudian menetapkan penilaian, dan tidak terpengaruh oleh penilaian orang lain, tetapi selalu memikirkan lebih jauh dan mendalam kemudian mengambil keputusan. Hal ini membuat seseorang memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang lebih besar dalam menyikapi masalah, kemudian mengubahnya menjadi positif (El-Bahdal, 2010). KAJIAN PUSTAKA Positive thinking with the meaning of life Frankl (2003) mengungkapkan bahwa kebermaknaan hidup adalah keadaan yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri. Kemudian Hanik (2004) menambahkan bahwa dalam kebermaknaan hidup terdapat dua arti dasar yaitu, kebermaknaan lebih merujuk pada interpretasi terhadap pengalaman atau hidup pada umumnya, dan kebermaknaan lebih merujuk pada tujuan-tujuan dan motivasi-motivasi yang membuat individu memiliki respek terhadap pengalamannya atau hidupnya. Makna hidup mempunyai arti yang berbeda pada setiap individu tergantung dari sudut pandang mana ia melihatnya dan mengartikannya. Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Frankl (1996), dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar yakni:

3 a. Kebebasan berkehendak (the freedom to will) b. Hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) c. Makna hidup (the meaning of life). Banyak ahli yang telah meneliti tentang keberadaan hidup dan memberikan pengertian mengenai makna hidup. Setiap individu mempunyai keinginan untuk meraih hidup bermakna, seperti yang dikemukakan Frankl (dalam Bastaman, 1996) bahwa dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun kehidupan ini selalu mempunyai makna, di mana hidup secara bermakna merupakan motivasi utama setiap orang. Dalam batasbatas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih dan menemukan makna dan tujuan hidupnya. Makna dan tujuan hidup merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Rasa penuh makna tersebut tercapai ketika subjek merasa telah menyesuaikan diri secara memadai dengan tata nilai yang menjadi kerangka orientasi hidupnya (Koeswara, 1992). Berdasarkan penelitian Crurabaugh dan Maholick (dalam Koeswara, 1992) seseorang yang merasa hidupnya bermakna mampu menggunakan mekanisme pertahanan secara memadai dibanding dengan subjek yang kurang bermakna hidupnya. Makna hidup sebagaimana dikonsepkan oleh Frankl (dalam Bastaman, 1996) memiliki karakteristik, yaitu: a. Makna hidup itu sifatnya unik, personal dan temporer. b. Makna hidup itu spesifik dan konkrit c. Makna hidup memberi pedoman dan arah Sedangkan aspek-aspek kebermaknaan hidup menurut Frankl (1992) didukung oleh: tujuan hidup, kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna atau kepuasan hidup, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup. Positive thinking with the meaning of life cancer disease in patients Albrecht (1980), mengatakan bahwa dalam berpikir positif tercakup hal-hal sebagai berikut, yaitu harapan yang positif, afirmasi

4 diri, pernyataan yang tidak menilai dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kecenderungan berpikir seseorang akan sangat mempengaruhi kondisi kejiwaannya. Oleh karena itu, berpikir positif mempunyai pengaruh yang positif terhadap kondisi psikologis, daya tahan terhadap stres, dan kesehatan fisik. Pasien yang mampu berpikir positif akan lebih mampu menemukan makna dalam hidupnya, karena memiliki keyakinan kuat atas keinginannya, termasuk sembuh dari penyakit yang diderita. Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa kecenderungan berpikir seseorang (positif atau negatif) akan membawa pengaruh terhadap penyesuaian diri dan kehidupan psikisnya (Lazarus & Lazarus, 1978). Seseorang yang berpikir positif akan memandang peristiwa yang dialami maupun keadaan dirinya dari sisi yang positif. Seseorang yang berpikir positif akan memandang peristiwa yang dialami maupun keadaan dirinya dari sisi positif sehingga ia akan melakukan tindakan yang positif kemudian kebermaknaan hiduplah yang didapat. Frankl (dalam Schultz, 1995), berdasarkan pengalaman hidupnya mengemukakan bahwa individu yang mengubah pola berpikir ke arah yang positif dan menyenangkan, maka kesakitan, ketakutan, penderitaan akan hilang karena fikiran positif akan membangkitkan jiwa yang tertekan dan memberikan kekuatan untuk mengatasi penderitaan dan keputusasaan pada suatu keadaan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 52 orang, dimana subyek adalah pasien yang menderita penyakit kanker dan menjalani rawat inap di rumah sakit Pirngadi Medan. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling, yaitu sampel yang digunakan mencakup keseluruhan populasi. Oleh karena itu, sample diambil sebanyak total populasinya yaitu 52 subyek. Alat Ukur Berpikir positif diungkap dengan menggunkan skala berpikir positif yang diambil berdasarkan

5 pada aspek-aspek berpikir positif yang kemukakan oleh (Albrecht, 1980) terdiri atas harapan yang positif, afirmasi diri, pernyataan yang tidak menilai, dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Indikasi positif ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh dalam skala berpikir positif. Makna hidup dapat diungkap melalui skala makna hidup yang didapat berdasarkan aspek-aspek makna hidup dari Frankl (1996), yaitu: tujuan hidup, kebebasan berkeinginan, kepuasan hidup, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup. Metode pengumpulan data dengan model skala Likert dengan empat alternatif jawaban. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Dalam penelitian ini digunakan teknik uji validitas internal dengan mengkorelasikan nilai tiap butir dengan nilai totalnya. Korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Adapun rumus korelasi product moment tersebut adalah : Keterangan : r xy = Koefisien korelasi antar tiap butir dengan skor total. XY= Jumlah hasil kali antar setiap butir dengan skor total. X = Jumlah skor seluruh subjek untuk tiap butir. Y = Jumlah skor keseluruhan butir pada subjek. n = Jumlah subjek. Nilai validitas setiap butir (koefisien r product moment) sebenarnya masih perlu dikoreksi karena kelebihan bobot. Kelebihan bobot ini terjadi karena skor butir yang dikorelasikan dengan skor total, ikut sebagai komponen skor total, dan hal ini menyebabkan koefisien r menjadi lebih besar (Hadi, 1986). Teknik untuk membersihkan kelebihan bobot ini dipakai formula part whole. Adapun formula part whole adalah sebagai berikut: Keterangan : r bt = Koefisien r setelah dikoreksi r xy = Koefisien r sebelum dikoreksi (product moment) SD x = Standar Deviasi skor butir SD y = Standar Deviasi skor total Uji reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa varians yang dipakai adalah teknik anava dari Alpha Cronbach (Azwar,

6 1992) dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : Val= Korelasi keandalan Alph Vt =Varian total Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik korelasi product moment dari Karl Pearson. Sebelum dilakukan analisis data dengan teknik analisis product moment, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian yang meliputi: a. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. b. Uji linieritas, yaitu untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas memiliki hubungan yang linier dengan variabel tergantung. Semua data penelitian, mulai dari uji coba skala sampai kepada pengujian hipotesis, dianalisa dengan menggunakan komputer berprogram SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian yang menggunakan skala berpikir positif kembali dilihat validitasnya yang berjumlah 31 item dengan teknik Corrected Item-Total Correlation. Dari uji validitas menunjukan nilai koefisien validitas bergerak dari 0,352 sampai 0,761. Sedangkan hasil penelitian skala makna hidup validitas berjumlah 46 aitem dengan teknik Corrected Item- Total Correlation. Dari uji validitas menunjukan nilai koefisien validitas bergerak dari 0,303 sampai 0,657. Teknik yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas skala berpikir positif dan makna hidup ini adalah teknik Alpha Croncbach. Uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai Alpha Croncbach Berpikir Positif 0,935dan nilai Alpha Croncbach Makna Hidup 0,928. Dengan demikian kedua skala tersebut dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya dari hasil uji coba alat ukur berpikir positif yang berjumlah 32 butir, diketahui bahwa terdapat 1 butir yang gugur dan 31 butir yang valid mencapai 0,300 ke atas dan hasil uji coba alat ukur makna hidup yang berjumlah 54 butir, diketahui bahwa terdapat

7 8 butir yang gugur dan 46 yang valid mencapai 0,300 ke atas. Butir berpikir positif yang valid memiliki koefisien validitas antara 0,352 sampai 0,761 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,935, dan butir makna hidup yang valid memiliki koefisien validitas antara 0,303 sampai 0,657 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,928. Berdasarkan hasil uji coba alat ukur penelitian diketahui bahwa untuk aitemberpikir positif yang tidak valid berjumlah 1 butir, sedangkanaitem makna hidup tidak valid berjumlah 8 butir. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Analisis Korelasi Product Moment. Hal ini dilakukan sesuai dengan judul penelitian dan identifikasi variabel-variabelnya, dimana Analisis Korelasi Poduct Moment digunakan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Hasil makna hidup perhitungan uji normalitas sebaran adalah sebagai berikut: Nilai rata-rata (157,134) Koefisien Kolmogorov-Smirnov ( 0,182). Simpangan Baku (15,321). Peluang terjadinya kesalahan (0.898) Pada Uji linearitas untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel berpikir positif dan makna hidup memiliki hubungan linear. Dari hasil uji linieritas menunjukkan bahwa variabel berpikir positif berhubungan secara linier dengan variabel makna hidup, yang ditunjukkan oleh koefisien linieritas F = 0,087 dengan p < 0,05. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik interactive graph yang menghasilkan diagram pencar (plot) dan dengan analisis Varians (ANAVA) dengan menggunakan SPSS for Windows 18.0. Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji Linieritas Hubungan Korelasional f beda p beda Keterangan Keterangan : X Y 0,087 0,000 Linier X = Berpikir Positif Y = Makna Hidup F BEDA = Koefisien linieritas p BEDA = Proporsi peluang ralat Berdasarkan hasil analisis dengan metode analisis korelasi Product Moment, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang

8 signifikan antara berpikir positif dengan makna hidup, dimana r xy = -0,038 ; p= 0.000< 0,010. Artinya semakin tinggi berpikir positif, maka akan semakin tinggi makna hidup, dan sebaliknya semakin rendah berpikir positif, maka semakin rendah makna hidup. Dari hasil penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dinyatakan diterima. Koefisien determinan (r 2 ) dari hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y adalah sebesar r 2 = 0,791. Ini menunjukkan bahwa makna hidup dibentuk oleh berpikir positif sebesar79,1%. Hasil perhitungan mean hipotetik dan mean empiric ntuk variabel berpikir positif, jumlah butir yang valid adalah sebanyak 31 butir yang diformat dengan skala Likert dalam 4 pilihan jawaban, maka mean hipotetiknya adalah {(31 X 1) + (31 X 4)} : 2 = 77,5. Kemudian untuk variabel makna hidup, jumlah butir yang valid adalah sebanyak 46 butir yang diformat dengan skala Likert dalam 4 pilihan jawaban, maka mean hipotetiknya adalah {(46 X 1) + (46 X 4)} : 2 = 115. Skor total keseluruhan subjek untuk berpikir positif adalah sebesar 4736 dibagi denganjumlah subjek 52 orang, maka mean empiriknya adalah 5873 : 52 = 112,942. Skor total keseluruhan subjek untuk makna hidup adalah sebesar 8171 dibagi denganjumlah subjek 52 orang, maka mean empiriknya adalah 8171 : 52 = 157,134. Tabel 2. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Berdasarkan perbandingan kedua nilai rata-rata di atas (mean hipotetik dan mean empirik), maka dapat dinyatakan bahwa pasien memiliki berpikir positif yang tinggi dan makna hidup yang tinggi juga. Hal ini bisa terjadi karena sebagian besar pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini telah menjalani operasi dan terapi, maka mereka memiliki harapan dan semangat hidup yang besar, inilah yang memicu tingginya berpikir positif dan makna hidupnya

9 Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan korelasi r product moment dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara berpikir positif dengan makna hidup padapasien penyakit kanker r xy = -0,038 dengan p < 0,05. Artinya berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan positif pada hubungan antara berpikir positif dengan makna hidup pada pasien penyakit kanker dengan hasil semakin tinggi berpikir positif maka akan semakin tinggi pula makna hidupnya. Berdasarkan hasil ini, maka hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Meninjau dari hasil penelitian ini diketahui bahwa, berpikir positif yang dimiliki oleh pasien penyakit kanker berpengaruh pada makna hidupnya, yang artinya bahwa semakin tinggi berpikir positif yang dimiliki oleh pasien penyakit kanker tersebut maka semakin tinggi makna hidup. Hal ini memberikan penjelasan bahwa pasien tersebut telah menemukan makna dalam penyakitnya, mereka tahu apa yang seharusnya dilakukan dalan kondisi tersebut, melakukan operasi atau menjalani berbagai terapi merupakan salah satu bentuk semangat mereka untuk sembuh. Dalam kondisi sakit mereka masih mampu mengambil sikap yang positif, mengarahkan pemikirannya pada hal-hal yang positif. Sesuai dengan penuturan Frankl yang mendukung pernyataan ini bahwa kebermaknaan hidup sebagai keadaan yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri (Frankl, 2003). Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 79,1% makna hidup dibentuk oleh berpikir positif. Hal ini berarti terdapat 20,9% sumbangan dari faktor atau variabel lain terhadap terbentuknya makna hidup. Faktorfaktor lain tersebut antara lain adalah pola sikap, konsep diri, corak penghayatan atau kepercayaan, ibadah, dan kepribadian, menurut Frankl (dalam Schultz, 1995). Dengan memusatkan perhatian pada aspek yang positif dari suatu

10 keadaan atau situasi yang sedang dihadapi akan membantu individu untuk menghadapi situsasi yang mengancam atau menimbulkan stress, sehingga dia mampu memberi reaksi dalam segala peristiwa yang terjadi secara positif. Orang yang berpikir positif tidak akan menilai sesuatu secara sederhana, tetapi akan memahami secara mendalam baru kemudian menetapkan penilaian, dan tidak terpengaruh oleh penilaian orang lain, tetapi selalu memikirkan lebih jauh dan mendalam kemudian mengambil keputusan. Hal ini membuat seseorang memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang lebih besar dalam menyikapi masalah, kemudian mengubahnya menjadi positif (El-Bahdal, 2010). Kemudian Hanik (2004) menambahkan bahwa dalam kebermaknaan hidup terdapat dua arti dasar yaitu, kebermaknaan lebih merujuk pada interpretasi terhadap pengalaman atau hidup pada umumnya, dan kebermaknaan lebih merujuk pada tujuan-tujuan dan motivasi-motivasi yang membuat individu memiliki respek terhadap pengalamannya atau hidupnya. Makna hidup mempunyai arti yang berbeda pada setiap individutergantung dari sudut pandang mana iamelihatnya dan mengartikannya. Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini, diketahui bahwa berpikir positif yang dimiliki oleh pasien penyakit kanker RSUD Dr. Pirngadi Medan tergolong tinggi. Hal ini didasarkan pada nilai ratarata empirik yang diperoleh yaitu 112,942 lebih besar dari nilai ratarata hipotetik yaitu 77,5dengan selisih yang melebihi nilai SD atau SB yang besarnya 9,116. Hal ini berarti pasien mengarahkan pikirannya pada kesembuhan, merasa dibutuhkan, melawan rasa takutnya. Selanjutnya untuk variabel makna hidup, diketahui bahwa pasien penyakit kanker RSUD Dr. Pirngadi Medan memiliki makna hidup yang tergolong tinggi, sebab nilai ratarata empirik yang diperoleh yaitu 157,134 lebih besar dari nilai ratarata hipotetik yaitu 115 dengan selisih yang melebihi nilai SD atau SB yang besarnya 15,321. Hal ini juga dikarenakan pasien telah menjalani operasi dan terapi, juga adanya dukungan yang kuat dari keluarga, pasien tidak

11 mengeluhkan sakitnya, bisa tersenyum pada keluarga yang menjenguk, dan tetap menjalankan ibadah. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa inividu yang mengubah pola berpikirnya ke arah yang positif dan menyenangkan, maka kesakitan, ketakutan, penderitaan akan hilang karena pikiran positif akan membangkitkan jiwa yang tertekan dan memberikan kekuatan untuk mengatasi penderiataan pada suatu keadaan, Frankl (dalam Schultz, 1995). Ketika seseorang menemukan makna hidup maka ia akan menentukan tujuan hidup yang pada akhirnya akan membuat segala kegiatan menjadi lebih terarah. Kebermaknaan hidup merupakan perasaan subjektif bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri subjek mempunyai dasar kokoh dan penuh arti atau dengan kata lain subjek merasa bahwa dirinya benar, dan tepat (Erikson dalam Cremers, 1989). Benar dan tepat dalam mengambil tindakan atau keputusan baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain akan menimbulkan rasa penuh makna. Adanya hubungan signifikan antara berpikir positif dengan makna hidup, maka dapatlah dikatakan bahwa para pasien RSUD Dr. Pirngadi Medan memiliki pikiran yang positif meskipun dalam keadaan sakit sehingga dapat menemukan makna dalan penderitaan dalam hidupnya. Seseorang yang berpikir positif akan memandang peristiwa yang dialami maupun keadaan dirinya dari sisi yang positif. Sebaliknya, mereka yang berpikir negatif akan melihat dari sudut negatif. Akibatnya seseorang yang berpikir positif akan mempunyai mood (suasana hati) yang lebih positif serta tingkatan energi yang lebih tinggi (Eperson dalam Goodhart, 1985). Sementara harapan dan pikiran yang negatif akan mendorong seseorang untuk menjadi depresi. Dapat diketahui adanya pengaruh caraberpikir seseorang terhadap reaksi seseorang dalam menghadapi problem-problem kehidupannya yang dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. Bastaman (1995) mengatakan bahwa orang yang menghayati hidupnya bermakna menunjukkan

12 kehidupan yang penuh gairah dan optimis, terarah, dan bertujuan, mampu beradaptasi, luwes dalam bergaul dengan tetap menjaga identitas diri dan apabila dihadapkan pada suatu penderitaan ia akan tabah dan menyadari bahwa ada hikmah di balik penderitaan. Orang yang berpikir positif adalah orang sering berbicara sukses dari pada kegagalan, cinta dari pada kebencian, kebahagiaan dari pada kepedihan, persahabatan dari pada permusuhan, rasa percaya diri dari pada raa takut, kepuasan dari pada ketidak puasan, kebaikan dari pada kejahatan, dan berita yang bagus dari pada berita yang buruk, serta bagaimana menyelesaikan masalah dari buruknya masalah itu sendiri. Begitulah pikiran positif yang selalu aktif sepanjang waktu tanpa pengaruh apapun dan siapa pun. Dalam kondisi kritis sebagian orang bisa menguasai kondisinya, karena ia tahu bahwa setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Dengan begitu, seseorang akan mampu mewujudkan impian hidup dan menjalaninya dengan ketentraman batin dalam setiap aspek kehidupan. DAFTAR PUSTAKA Anderson, G. 1996. 50 Kiat Menghadapi Vonis Kanker. Gramedia: Pustaka Utama Bastaman, H.D. 1996. Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Paramadina. Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi Psikologi Untuk Menemui Makna Hidup. Jakarta: Rajawali Press. El-Bahdal, M.R. 2010. Asyiknya Berpikiran Positif. Jakarta: Zaman. Cremers. 1989. Kebermaknaan Hidup dalam Seseorang. Jakarta: Bumi Aksara Frankl, V.E. 2003. Man s Search For Meaning; an introduction to Logotherapy. Edisi Terjemahan. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Frankl, V.E. 2004. Man s Search For Meaning. Mencari Makna Hidup. Bandung: Nuansa. Goodhart. 1985. Positive Thinking. Jakarta: Rineka Pustaka. Hadi, Purnomo. 2014. Berfikir Positif. Jakarta: Platinum. Koeswara, E. 1992. Logoterapi Psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta: Kanisius.

13 Lazarus. 1978. Arti Berfikir Positif. Gramedia: Pustaka Utama. Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kansius. Rasyid, Musa. 2010. Asyiknya Berpikiran Positif. Jakarta: Zaman. Schultz, John W. 1995. Psikologi Pertumbuhan, Model-Model