BAB I PENDAHULUAN. individu yang melibatkan proses belajar (Suryabrata, 1998).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. pembelajaran individu (Pintrich & Schunk, 2002). Self regulated learning

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh

India di perantauan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, sedangkan penting maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu besar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013

BAB II LANDASAN TEORI. Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

PENDAHULUAN. Layanan pendidikan menyangkut tentang keseluruhan upaya yang. dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia demi menjaga kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik cara berpikir,

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

lingkungan sekolah maupun di rumah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau mengembangkan karakter individu. Karakter yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I. marga pada masyarakat Batak. Marga pada masyarakat Batak merupakan nama. Dalam kultur masyarakat Batak terkenal dengan 3 H, yaitu hamoraon

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik maupun mental yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan bahasa (Kushartanti, 2005). Bahasa sangat diperlukan sebagai sarana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. sama halnya yang dikemukakan oleh Purdi E. Chandra yang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

LAMPIRAN. Lampiran 1 Skala Uji Coba Self Regulated Learning. Lampiran 2 Skala Penelitian Self Regulated Learning

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan potensi oleh Tuhan. Potensi yang dimiliki setiap individu harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidup. Manusia sangat membutuhkan bimbingan melalui pendidikan dalam memaksimalkan semua potensi tersebut agar bisa berjalan dan terarah sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan individu bisa dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Salah satu sarana pendidikan adalah sekolah. Sekolah sering disebut sebagai lingkungan kedua setelah keluarga dalam mengembangkan potensi individu yang melibatkan proses belajar (Suryabrata, 1998). Proses pembelajaran di sekolah dikenal sebagai suatu proses pengetahuan yang bersifat membangun kognitif yang kompleks, dimana siswa harus membuat keputusan sehingga mengaturnya menjadi bagian pengetahuan yang telah ada. Dasar-dasar kognitif menfokuskan konsep belajar menjadi sebuah proses mental yang aktif, bersifat membangun dan terdapat self regulation di dalamnya (Romera, 2001). Self regulation merupakan pengaturan individu terhadap pikiran, perasaan dan perilaku yang fokus pada pencapaian tujuan (Zimmerman, 2002). Self regulation yang diterapkan dalam proses belajar dikenal dengan self regulated learning. Zimmerman (Woolfolk, 2004) menjelaskan bahwa selfregulated learning merupakan kemampuan individu untuk dapat mengatur fungsi-

2 fungsi yang ada dalam dirinya baik afeksi, tingkah laku dan pikiran sehingga membantu tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. Zimmerman & Bonner (1996) menambahkan bahwa tindakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat terlihat dari strategi belajar. Strategi membuat individu mampu mengatur perilaku dan lingkungannya. Siswa akan memilih dan menggunakan strategi belajar dalam proses pembelajaran. Zimmerman (1989) menyebutkan bahwa jika seseorang kehilangan strategi dalam self regulation maka mengakibatkan proses belajar dan perfoma yang lebih buruk. Torrano (2004) menambahkan bahwa siswa yang mampu meregulasi diri dalam belajar akan membuat perencanaan dan melakukan kontrol terhadap tujuan personal yang dicapai, memiliki motivasi dan mampu mengontrol emosi, mampu mengontrol waktu dan usahanya dalam mengerjakan tugas, berusaha menciptakan lingkungan belajar, serta mampu menghadapi gangguan-gangguan, baik eksternal maupun internal, sehingga mempertahankan konsentrasi, usaha, dan motivasi dalam mengerjakan tugas akademik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (Boekarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) ditemukan 14 strategi self regulated learning yaitu evaluasi terhadap diri, mengatur dan mengubah materi pelajaran, membuat rencana dan tujuan belajar, mencari informasi, mencatat hal penting, mengatur lingkungan belajar, konsekuensi setelah mengerjakan tugas, mengulang dan mengingat, meminta bantuan teman sebaya, guru dan orang dewasa, mengulang tugas, catatan, serta mengulang buku pelajaran. Berdasarkan gabungan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Latipah (2010) diketahui

3 bahwa strategi self regulated learning berkorelasi positif dengan prestasi akademik siswa. Menurut Santrock (2008) bahwa siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik merupakan siswa yang memiliki regulasi diri yang baik dalam belajar. Self regulated learning dipengaruhi oleh faktor budaya. Trommsdorff & Friedlmeier (2010) mengungkapkan bahwa budaya mempengaruhi keyakinan dan perilaku individu dalam kehidupan sosial, serta berdampak pada perkembangan regulasi diri. Pengenalan budaya diperoleh dari lingkungan keluarga sebagai bagian dari suatu kelompok sosial yang mentranformasikan kebiasaan dan tradisi yang ada pada suatu komunitas masyarakat sebagai masa pembentukan primer di awal masa kehidupan. Menurut Hofstede dan Hofstede (2005) bahwa berbagai kebiasaan, tradisi, nilai, pada suatu komunitas masyarakat memberikan suatu latar belakang budaya yang membedakan tiap individu dalam hal pola pikir, perasaan, dan tingkah laku yang bergantung pada lingkungan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Turingan (2009) pada mahasiswa Korea dan Filipina menunjukkan bahwa adanya harapan sosial, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan terhadap pendidikan dapat mendasari perbedaan dalam keterampilan self regulated learning siswa. Pemahamanan akan budaya perlu dilakukan untuk dapat memahami konsep pembelajaran dan penerapan strategi belajar. Hal ini disebabkan karena budaya akan mengarahkan individu dalam berpikir dan berperilaku. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya

4 kemajemukan di dalam masyarakat terlihat dari beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia (Yewangoe, 2002). Menurut Bryant (1996), pemahaman akan beragam budaya dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah. SMK Swasta Raksana 2 yang merupakan sekolah bersifat umum yang berada dibawah naungan yayasan yang terdiri dari beragam agama, etnis, dan kelas sosial. Keberagaman etnis siswa juga terlihat dari adanya siswa asli Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis seperti Batak, Jawa, Aceh, Minang dan sebagainya dan juga siswa etnis pendatang yaitu etnis India Tamil. Etnis Batak dikenal sebagai etnis yang masih memegang kuat kebudayaan dari leluhur dan memiliki sifat istiadat yang mengatur kehidupan. Etnis Batak yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pak-Pak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing (Tambunan, 1982). Bagi etnis Batak, kebudayaan mampu mengatasi segala tantangan hidup (Kartika, 2004). Dalam hal pendidikan, keluarga etnis Batak dengan yang lainnya sangat berkompetisi dalam menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini dilandasi oleh nilai-nilai filsafat hidup orang Batak bahwa jalan menuju tercapai kekayaan (hamoraon) dan kehormatan (hasangapon) adalah melalui pendidikan. Orang tua etnis Batak selalu menekankan falsafah hidup ini kepada anak-anaknya sehingga etnis Batak cenderung memiliki karakter pekerja keras, berani, gigih, dan selalu berorientasi kedepan (Harahap, 1987). Menurut Nurmi

5 (1991) bahwa orientasi ke depan berkaitan dengan pengaturan diri dalam hal evalusi diri. Strom (1988) mengungkapkan bahwa orangtua berperan penting dalam memonitor regulasi diri anak dengan cara memonitor tugas akademik mereka secara teratur dan mempertahankan harapan yang lebih tinggi terhadap pendidikan anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2004) menunjukkan bahwa pola pengasuhan orang tua Batak cenderung mendorong pencapaian pendidikan anak di bidang pendidikan/akademik, berupa dukungan, kontrol, dan kekuasaan, yang terlihat dari kebiasaan orangtua dalam mengarahkan kegiatan anak pada pencapaian prestasi tertentu. Keberhasilan yang dicapai anak etnis Batak secara umum tidak didukung oleh kehidupan ekonomi yang mencukupi atau terbatas, namun disebabkan adanya sikap gigih bekerja keras dan berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya, merubah kehidupan dan meraih keberhasilan di setiap proses kehidupan sehingga dapat dijadikan semangat untuk meraih keberhasilan di bidang pendidikan. Motivasi juga merupakan salah satu faktor personal yang turut mempengaruhi self regulated learning. Menurut Cobb (2003), motivasi yang dimiliki siswa secara positif berhubungan dengan self regulated learning. Woolfolk (1995) menambahkan bahwa siswa yang memiliki motivasi akan mengerjakan tugas karena memaknai pembelajaran tersebut, serta memahami manfaat pembelajaran sehingga setiap tindakan dan pilihannya ditentukan oleh dirinya sendiri dan tidak melibatkan kontrol dari orang lain. Penelitian yang

6 dilakukan oleh Irmawati (2004) menunjukkan bahwa anak suku Batak memiliki motivasi intrinsik dalam belajar dan mencapai prestasi akademik. Selain siswa etnis Batak, SMK Swasta Raksana 2 juga memiliki siswa etnis India Tamil. Etnis India Tamil merupakan kelompok etnis yang berasal dari Asia Selatan. Pada umumnya, etnis India Tamil termasuk suku bangsa yang masih menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat. Di dalam seluruh kebudayaan India sifat yang paling kuat ialah susunan kasta (Waluya, 2007). Sistem kasta adalah bagian dari budaya Hindu yang membentuk nilai-nilai dan keyakinan individu (Audretsch dan Meyer, 2009). Sistem kasta telah dihapuskan sejak tahun 1950 tetapi dampaknya pada persepsi masyarakat India tetap bertahan (Hoff and Pandey, 2008). Dalam sistem kasta, India Tamil menduduki kasta Sudra sedangkan India Punjabi menduduki kasta Ksatria. Individu dalam kasta sudra bekerja dalam sektor informal khususnya dalam bidang ekonomi. Komunitas etnik India pada dasarnya telah dibentuk untuk menjadi pedagang yang gigih dalam usaha yang dijalankannya didalam memenuhi kebutuhan hidup (Florence, 2008). Walaupun etnis India menganggap bisnis penting untuk mencapai kesejateraan, namun pendidikan juga menjadi hal penting dalam kehidupan karena etnis India bisa bangkit dari keterpurukan. Masyarakat India meyakini bahwa pendidikan merupakan media tranformasi yang penting dan menjadi jembatan yang bisa mengatasi kemiskinan karena lewat pendidikan individu berpeluang melakukan mobilitas (Buana, 2007). Hal ini juga terlihat dari kutipan wawancara dengan seorang tokoh masyarakat India Tamil di Medan, Moses Allegesan mengatakan:

7 etnis India Tamil memiliki falsafah yang dicetuskan oleh Ibu Awueiyah kovil la lathe idettie kudi irukke vendham yang artinya jangan tinggal dimana tidak ada madrasah. Memang sebelum falsafah ini muncul India Tamil menganggap pendidikan diawali oleh Tuhan.. (Komunikasi personal, Kamis, 31/05/2012) Pada golongan sudra, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaan yang secara turun temurun misalnya keterampilan bercocok tanam, pelayaran, perdagangan, seni pahat dan sebagainya. Orang tua etnis India Tamil memiliki harapan terhadap anak-anaknya untuk mengikuti jejak orangtuanya. Sesuai dengan wawancara dengan salah seorang warga etnis India Tamil yang mengungkapkan: sekolah itu penting supaya anak lebih pintar dan tahu arah hidupnya kemana. Gak harus juga kuliah, karena tamat sekolah juga bisa langsung bekerja seperti berdagang atau berwirausaha. (Komunikasi personal, Rabu, 30/05/2012) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vellymalay (2012) mengenai keterlibatan orangtua dan pencapaian akademik siswa India Tamil bahwa orangtua etnis India Tamil kurang memberikan dukungan dan mengarahkan anak ketika menghadapi kesulitan dalam pembelajaran dan membantu persiapan menghadapi ujian di sekolah. Hal ini menyebabkan anak tidak memiliki tujuan dan pengaturan dalam belajar, dan kurang berinisiatif untuk meminta bantuan kepada lingkungan sosial ketika menghadapi kesulitan dalam belajar. Menurut Strom (1988) bahwa peran orangtua sangat penting dalam regulasi diri anak dengan cara memonitor tugas akademik mereka secara teratur sehingga tercapai prestasi akademik yang baik.

8 Menurut Hoff and Pandey (2008) bahwa kasta yang rendah dipersepsikan sebagai inferior. Secara umum, stigma kasta mereka menandai mereka tidak mampu. Hal ini sesuai dengan penelitian Hoff dan Pandey (2008) mengenai prestasi siswa di India yang menunjukkan adanya perbedaan motivasi antara siswa yang berasal dari kasta tinggi dan kasta rendah, siswa dari kasta rendah memiliki motivasi yang lebih rendah dalam belajar. Individu dari kasta rendah merasa tidak bisa (I can t) dan tidak berani (I don t dare). Hal ini disebabkan karena individu kasta rendah memiliki konsep diri dan kepercayaan diri yang rendah, serta kurangnya dukungan dari lingkungan sosial. Menurut Smith (2001) bahwa motivasi merupakan inti dari pengaturan diri dalam belajar, dimana melalui motivasi siswa mau mengambil tindakan dan bertanggung jawab atas kegiatan belajar. Zimmerman (1990) menambahkan bahwa motivasi dalam self regulated learning menunjukkan efficacy yang tinggi, ketertarikan terhadap tugas, adanya persepsi siswa merasa mampu menyelesaikan tugas, dan adanya potensi akan mencapai kesuksesan serta berani menghadapi kegagalan. Berdasarkan pengamatan dan hasil komunikasi personal dengan pihak SMK Swasta Raksana 2 diketahui bahwa siswa etnis India Tamil kurang memiliki motivasi dalam proses belajar dibandingkan dengan siswa etnis Batak. Hal ini juga terlihat dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Swasta Raksana 2: Siswa India Tamil memang tidak menonjol dalam bidang akademik, dimana motivasinya yang rendah, kurang berinisitif untuk bertanya dan cenderung diam saja di kelas kalau sedang belajar. (Komunikasi personal, Jumat, 16/11/2012)

9 Begitu juga halnya yang diungkapkan oleh salah seorang guru yang mengatakan bahwa: siswa etnis Batak cenderung lebih berani bertanya dalam belajar dan mudah mengemukakan pendapat, lebih antusias dan semangat, terlihat motivasinya tinggi dalam belajar. Sedangkan etnis India Tamil, mereka cenderung tidak begitu, tidak terlalu mau bertanya. (Komunikasi personal, Senin, 19/11/2012) Sejalan dengan penjelasan Zimmerman (Elliot,1999) bahwa mencari bantuan sosial merupakan suatu bentuk pengaturan diri dalam belajar, dimana siswa akan meminta bantuan kepada guru dan teman sebaya ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar. Selain itu siswa etnis Batak cenderung memantau pencapaian nilai yang akan dicapai dalam setiap mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh beberapa siswa dalam wawancara: nilai bagus itu penting buat saya, setiap ujian saya berusaha untuk dapat nilai yang bagus gak remedial. Kalau peringkat kelas saya berusaha untuk masuk 10 besar. Dan tiap semester harus makin tinggi lagi rangkingnya. Kalau gak ngerti pelajaran atau ngerjaen PR saya akan bertanya kepada guru, teman atau kakak atau orangtua di rumah yang bisa ngebantuin. (Komunikasi personal, Senin, 19/11/2012) saya selalu berusaha untuk gak remedial di setiap ujian, saya juga buat nilai yang harus saya capai di pelajaran supaya dapat nilai bagus. Kalau ada PR saya langsung ngerjaen malamnya, kalau ada yang gak ngerti biasanya tanya teman atau tanya guru privat. (Komunikasi personal, Senin, 19/11/2012) Berbeda halnya dengan siswa etnis India Tamil, yang terlihat dari komunikasi personal dengan peneliti: Saya gak terlalu melihat nilai gitu, yang penting saya udah belajar kalau dapat nilainya rendah kan bisa remedial. Kalau gak ngerti pelajaran biasanya saya males tanya guru, malu juga nanya. Kalau ada PR biasanya ngerjaen malam pas besok mau dikumpul aja kak. (Komunikasi personal, Selasa, 20/11/2012)

10 Saya gak pernah buat target nilai kalau mau ujian atau harus juara kelas gak lah, yang penting belajar aja. Kalau gak ngerti pelajaran paling tanya teman aja. Ngerjaen PR biasanya malam mau dikumpul besoknya kak. (Komunikasi personal, Senin, 19/11/2012) Berdasarkan petikan wawancara di atas, terlihat siswa etnis Batak lebih memiliki pengaturan diri dalam proses belajar dibandingkan siswa etnis India Tamil. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan self regulated learning pada siswa etnis Batak dan etnis India Tamil. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan self regulated learning pada siswa etnis Batak dan etnis India Tamil di SMK Swasta Raksana 2? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan self regulated learning pada siswa etnis Batak dan etnis India Tamil di SMK Swata Raksana 2.

11 D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah khasanah dalam bidang ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai perbedaan self regulated learning pada siswa etnis Batak dan siswa etnis India Tamil. 2) Manfaat Praktis a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa yang bersangkutan untuk mengetahui dan memahami self regulated learning, sehingga meningkatkan perfoma akademiknya. b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah yang bersangkutan mengenai perbedaan self regulated learning siswa etnis Batak dan siswa etnis India Tamil. c) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua yang bersangkutan mengenai self regulated learning siswa etnis Batak dan siswa etnis India Tamil. d) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian berkaitan dengan self regulated learning yang ditinjau dari perbedaan etnis.

12 E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori Pada bab ini memuat tinjauan teoritis meliputi definisi self regulated learning, faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning, strategi self regulated learning, etnis Batak, etnis India Tamil, perbedaan self regulated learning pada siswa etnis Batak dan siswa etnis India Tamil, dan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel, definisi operasional, populasi, alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian serta metode analisa data. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan penelitian dan saran metodologis serta praktis berkaitan dengan penelitian.