BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

Syarat makanan untuk bayi dan anak :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

LEMBAR KERJA. Lembar kerja ini intinya diadopsi dari tulisan karya DR. SUS WIDAYANI, M.Si.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium


BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB 1 PENDAHULUAN. kompeten di bidangnya. Karena kepentingan itulah rumah sakit bisa dibedakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

Pedoman umum mengacu pada prinsip gizi seimbang: tumpeng gizi seimbang (TGS) Gizi seimbang bertujuan mencegah permasalahan gizi ganda Bentuk pedoman

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan di rumah sakit,

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).


METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB V PEMBAHASAN. seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi


BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pasien yang berobat ke rumah sakit memiliki status gizi berbeda-beda, ada yang sangat kurus, kurus, normal hingga pasien yang berbadan gemuk. Pada umumnya, pasien yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan status gizi disebabkan hilangnya nafsu makan maupun akibat meningkatnya kebutuhan oleh karena proses infeksi. Misalnya saja pada penderita tuberculosis paru, penurunan status gizi tampak jelas dengan bertambah kurusnya penderita dari hari ke hari. Di samping itu, lama rawat inap juga memberi pengaruh terhadap status gizi pasien. Semakin lama seseorang dirawat di rumah sakit, maka akan semakin berpengaruh pada kondisi fisiologisnya. Semakin lama dirawat inap, seseorang akan mengalami atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot mengecil yang berarti menurun pula status gizi pasien. Hal ini biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit non infeksi dengan masa rawat lebih dari satu bulan seperti pasien diabetes mellitus, kanker, jantung, dan sebagainya (Syamsiatun, 2004). Pada keadaan sakit, terjadi peningkatan metabolisme, kerusakan jaringan, dan meningkatnya pembentukan zat anti, yang akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan gizi. Hal ini akan berpengaruh terhadap status gizi pasien. Disamping itu, menurunnya pemasukan makanan akibat penurunan selera makan (anoreksia) adalah hal yang lazim terjadi pada pasien. Kondisi ini dapat memperburuk status gizi mereka.

Kasus penurunan status gizi pasien rawat inap di rumah sakit atau hospital malnutrition masih terjadi di kebanyakan rumah sakit. Malnutrisi merupakan suatu keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan kalori, protein atau keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien rawat inap dapat mengakibatkan meningkatnya lama rawat inap, biaya, bahkan komplikasi penyakit. Sebaliknya, konsumsi makanan yang seimbang sesuai kebutuhan akan mempercepat proses penyembuhan pasien. Dari hasil berbagai penelitian, ditemukan angka prevalensi malnutrisi di rumah sakit cukup tinggi, tidak hanya di negara berkembang tapi juga negara maju. Di Belanda, prevalensi malnutrisi di rumah sakit 40%, Swedia 17%-47%, di negara lain seperti Amerika dan Inggris angkanya antara 40%-50%. Sebanyak 46% pasien yang dirawat di rumah sakit di Indonesia menderita malnutrisi (Lipoeto, 2006). Di Jakarta, dari beberapa studi yang dilakukan (1995-1999) juga menunjukkan sekitar 20%-60% pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum dalam kondisi malnutrisi saat masuk perawatan, dan 69% pasien cenderung menurun status gizinya selama rawat inap di rumah sakit. Penelitian oleh mahasiswa tingkat V Fakultas Kedokteran UI di unit luka bakar menunjukkan prevalensi malnutrisi sebesar 52% (Reza, 2007). Asupan makanan dari rumah sakit merupakan salah satu faktor penyebab perubahan status gizi yang terjadi pada pasien rawat inap. Malnutrisi terjadi karena tidak adekuatnya asupan kalori makanan yang dikonsumsi oleh pasien. Misalnya, apabila kebutuhan kalori, protein atau keduanya tidak terpenuhi dari asupan makanan maka akan menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi pada pasien juga bisa terjadi karena proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan makanan, meningkatkan kebutuhan,

merubah metabolisme dan bisa terjadi malabsorpsi. Berbagai penyakit dengan resiko tinggi akan malnutrisi adalah diabetes mellitus (kencing manis), gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, penyakit saluran cerna, keganasan/ kanker, anemia, luka bakar, dan penyakit infeksi (Suandi, 1997). Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) bertujuan memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh atau guna menambah berat badan hingga mencapai normal. Diet ini diberikan kepada pasien KEP, sebelum dan setelah operasi tertentu, multitrauma, pasien yang menjalani radioterapi dan kemoterapi. Pasien luka bakar dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi juga mendapat diet TKTP untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang meningkat akibat proses evaporasi yang terjadi pada tubuh. Selain itu, pasien hipertiroid dan post partum (nifas) juga membutuhkan diet ini, sebab kebutuhan kalori dan protein meningkat. Praktek pemberian diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung dinilai belum memuaskan dimana berdasarkan survei awal yang dilakukan standar porsi untuk jenis diet TKTP masih belum mencukupi jumlahnya sehingga ketersediaan zat gizi makro seperti kalori, protein, lemak, dan karbohidrat masih kurang atau tidak sesuai dengan standar diet seharusnya. Diet TKTP yang diberikan oleh pihak rumah sakit tersebut adalah diet TKTP I sedangkan diet TKTP II tidak diberikan. Pengukuran status gizi pasien seperti pengukuran BB, TB, LILA ataupun indikator antropometri lainnya tidak pernah dilakukan. Begitu juga dengan perhitungan kebutuhan gizi pasien juga tidak dilakukan sehingga setiap pasien dianggap sama dan

hanya diberikan diet TKTP I. Pasien yang mendapat diet ini tahun 2011 berjumlah rata-rata 30 orang per bulan. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang status gizi pasien rawat inap yang mendapat diet tinggi kalori tinggi protein di RSU Swadana Daerah Tarutung. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah status gizi pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui status gizi pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui status gizi awal dan akhir pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung. 2. Mengetahui jumlah kalori diet TKTP yang diberikan pada pasien rawat inap di RSU Swadana Daerah Tarutung. 3. Mengetahui jumlah kandungan protein diet TKTP yang diberikan pada pasien rawat inap di RSU Swadana Daerah Tarutung.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan informasi status gizi pasien rawat inap yang mendapat diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). 2. Sebagai bahan informasi kepada pihak rumah sakit tentang perubahan berat badan pasien rawat inap yang mendapat diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). 3. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah sakit, khususnya pada pemberian diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).