BAB VI PEMBAHASAN Peran sumber daya manusia saat ini menjadi penentu bagi keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial yang dirancang oleh Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur maka sumber daya manusia harus diperhatikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat menjalankan program yang sudah dibuat. 6.1. Analisa Diskripsi Pejabat Funsional Pekerja Sosial Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar yang menjadi pekerja sosial adalah perempuan (65,8% responden). Meskipun demikian tidak sedikit pula pekerja sosial laki-laki, hal ini mengindikasikan, perempuan mempunyai jiwa sosial yang lebih tinggi dari laki-laki, sementara itu peluang perempuan untuk menduduki jabatan struktural lebih terbatas dari pada laki-laki. Begitu juga dengan usia, hampir sebagian besar orang yang menjadi pekerja sosial berada pada kelompok umur 31 sampai 40 tahun (67,6% responden). Sedangkan dari kalangan yang lebih muda, hanya sedikit sekali yang terjun dalam pekerjaan sebagai pekerja sosial hal tersebut terlihat bahwa kelompok usia muda tidak terlalu peka terhadap lingkungannya karena hanya sedikit yang menjadi pekerja sosial serta memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa usia muda masih berpeluang besar untuk menduduki jabatan struktural, dilain pihak kelompok usia muda yang lebih tua lebih tertarik pada jabatan fungsional karena makin
terbatasnya/tertutupnya mereka untuk menduduki jabatan struktural yang jumlahnya sangat terbatas menurut pangkat, golongan dan lain-lain. Dengan gaya anak muda yang ambisius, mereka lebih senang menjadi pekerja di suatu perusahaan karena gaji yang tinggi dan mendapat kehidupan yang layak. Hal ini dapat dipengaruhi oleh budaya yang sudah berbeda jauh dengan keadaan pada jaman dahulu. Budaya sekarang lebih mementingkan diri sendiri daripada saling membantu atau membantu orang lain yang sifatnya sosial. 6.2. Analisa Diskripsi Frekuensi Skor Variabel Penelitian Nilai rata-rata skor motivasi kerja pekerja sosial di Jawa Timur yaitu sebesar 2,90. Nilai rata-rata variabel motivasi kerja ini dapat dikategorikan sedang. Pekerja sosial di Jawa Timur sudah mempunyai motivasi yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Akan tetapi, seharusnya pekerja sosial mempunyai motivasi yang lebih tinggi dalam mengerjakan tugasnya karena tugas yang harus dijalankannya tidak bertujuan pada profit. Hal ini perlu diwaspadai oleh pemerintah khususnya Dinas Sosial untuk dapat lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pekerja sosial agar motivasinya tidak menurun, tapi dapat meningkat. Juga pemerintah setempat harus dapat memberikan motivasi atau dukungan kepada pekerja sosial tersebut agar pekerja sosial tidak mudah jenuh dan bosan dalam melaksanakan tugas. Hal ini akan berdampak langsung pada kinerja yang dicapai oleh masing-masing pekerja sosial di panti tersebut. Hal-hal lain yang biasanya menjadi motivasi orang untuk bekerja lebih giat lagi ialah faktor finansial yaitu adanya kesesuaian antara gaji yang diberikan
oleh organisasi dengan gaji yang diharapkan oleh pekerja sosial, walaupun gaji yang diberikan oleh suatu organisasi seimbang dengan gaji yang diberikan oleh organisasi lain yang sejenis (sesuai peraturan), namun kesesuaian antara gaji lembur yang diberikan oleh organisasi dengan jam kerja lembur supaya disesuaikan dengan tanggung jawab mereka atau dapat dikatakan sebagai tunjangan, baik itu yang berbentuk tunjangan fungsional maupun sebagai tunjangan dari berbagai reward yang telah diberikan mereka (pekerja sosial) sebagai motivasi dari jam lembur yang telah mereka lakukan dalam menangani klien.. Ini berarti dengan bekerja sebagai pekerja sosial sebagai pejabat fungsional pada organisasi di Dinas Sosial, maka perekonomian para pekerja sosial menjadi lebih baik dan diharapkan dapat menjadi motivator bagi para pekerja sosial dalam meningkatkan prestasi kerjanya. Faktor finansial ini sebaiknya diperhatikan dan dipertimbangkan kembali oleh Dinas Sosial Pusat agar pekerja sosial lebih berkonsentrasi dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk bekerja. Pekerja sosial juga sebaiknya mempunyai partner kerja yang baik dan solid dalam melakukan pekerjaannya. Selain penghargaan atas pekerja sosial yang diberikan oleh organisasi dapat diterima oleh semua pekerja sosial yang ada di organisasi antaralain bagi pekerja sosial yang mempunyai prestasi kerja yang baik akan mendapat posisi atau jabatan yang lebih tinggi. Ini berarti pekerjaan yang mereka lakukan pada organisasi dapat diterima oleh masyarakat di sekitar organisasi tersebut artinya masyarakat setempat dapat menerima dengan baik keberadaan organisasi dan pekerjaan yang diberikan oleh organisasi. Hal ini diharapkan dapat menjadi motivator bagi para pekerja sosial dalam meningkatkan
prestasi kerjanya. Selama ini masyarakat yang berada disekitar panti menganggap baik terhadap pekerja sosial yang ada. Ini berarti para karyawan merasa tidak kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain itu, yang dapat meningkatkan motivasi kerja pekerja sosial adalah dorongan dari diri sendiri untuk berhubungan dengan orang lain atas dasar sosial. Sebaiknya motivasi ini timbul dari dalam diri pekerja sosial itu sendiri karena apabila dipaksakan tidak akan menjadi manfaat baik untuk pekerja itu sendiri maupun orang lain di lingkungannya. Kinerja yang baik akan terwujud jika ada kemauan atau niat yang bulat untuk membantu sesamanya dan juga ada dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas kerja yang baik dari diri pekerja sosial tersebut. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa pelaksanaan budaya organisasi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dapat dikategorikan sedang dengan nilai skor rata-rata 3,09. Pelaksanaan budaya organisasi yang diterapkan dalam suatu organisasi harus dapat dirasakan dengan baik oleh para pekerja sosial agar pekerja merasa senang bekerja pada organisasi tersebut. Jadi pemerintah daerah dengan didukung oleh pimpinan unit pelaksana dan pekerja sosial seharusnya menerapkan dan melaksanakan budaya organisasi sebaikbaiknya agar tercipta suasana kerja yang nyaman. Karyawan yang merasa senang dengan apa yang dikerjakannnya akan berdampak pada kinerja yang dihasilkan menjadi baik. Hal ini dapat menjadi motivator bagi para pekerja sosial dalam meningkatkan prestasi kerjanya.
Begitu pula dengan keamanan dalam pekerjaan, pimpinan harus dapat menciptakan rasa aman bekerja di organisasi tersebut dan rasa aman tersebut harus dapat dirasakan oleh semua pekerja sosial, tidak hanya untuk suatu kelompok tertentu saja. Misalnya sistem penilaian kerja harus dibuat dan dilakukan secara adil (fair) kepada semua pekerja sosial, tidak menguntungkan beberapa kelompok pekerja sosial saja.. Jika ini terjadi akan berdampak pada ketidak harmonisan hubungan (saling mencurigai) pekerja sosial baik dengan pimpinan maupun dengan sesama pekerja sosial sehingga tercipta suasana yang tidak aman dalam lingkungan kerja. Seorang pekerja sosial ini sebaiknya tidak merasa takut akan kehilangan pekerjaan karena adanya kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga pekerja sosial lebih fokus memperhatikan pekerjaannya. Hal ini diharapkan dapat menjadi motivator bagi masing-masing pekerja sosial di Unit Pelaksana Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur untuk meningkatkan prestasi kerja. Pengaruh antara karyawan yang ada pada organisasi harus tetap dijalin sebaik mungkin, misalnya suasana yang diciptakan oleh organisasi adalah suasana kekeluargaan seperti dengan mengadakan kegiatan pertemuan keluarga bersama pada hari-hari libur. Hubungan yang antara atasan dan bawahan juga harus terjalin dengan baik. Hal ini diharapkan dapat menjadi motivator bagi para pekerja sosial dalam meningkatkan prestasi kerjanya. Sumber daya manusia sangat berperan dalam peningkatan kinerja organisasi. Oleh karena itu, amat dibutuhkan pemeliharaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai aset Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur.
Pemeliharaan dan pengembangan sumber daya manusia (dalam hal ini pekerja sosial) harus lebih diperhatikan. Berdasarkan hasil penelitian, kinerja pekerja sosial di Unit Pelaksana Dinas Sosial di Propinsi Jawa Timur dapat dikategorikan sedang dengan nilai skor rata-rata sebesar 3,49. Hasil penelitian ini mengindikasikan kinerja pekerja sosial di Jawa Timur saat ini belum baik. Semua pihak harus dapat mengantisipasi dan mencari cara agar kinerja pekerja sosial tidak semakin menurun tapi semakin meningkat di masa yang akan datang. Motivasi kerja yang tinggi dari pekerja sosial seharusnya ditunjang oleh budaya organisasi yang baik pula sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai atau lebih dari yang diharapkan. Pernyataan ini didukung oleh kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pekerja sosial itu sendiri yaitu dari hasil pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, ternyata menunjukkan dukungan terhadap ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. 6.3. Analisa Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Sosial Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa baik motivasi kerja maupun budaya organisasi secara parsial mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pekerja sosial. Hal ini berarti jika pekerja sosial mempunyai motivasi yang tinggi maka akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Demikian halnya dengan budaya organisasi, semakin baik budaya organisasi
tersebut diterapkan dalam lingkungan kerja maka kinerja pekerja sosial akan semakin meningkat. Kedua variabel tersebut yaitu motivasi kerja dan budaya organisasi secara bersama-sama juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pekerja sosial di Jawa Timur. Maka untuk dapat meningkatkan kinerja pekerja sosial, seharusnya pemberian motivasi dan pelaksanaan budaya organisasi dijalankan secara seimbang satu sama lain dan sebagai satu kesatuan agar sumber daya manusia yang bersangkutan yaitu pekerja sosial menghasilkan kinerja yang baik. Organisasi akan menunjukkan hasil kinerja yang lebih tinggi jika ada kesesuaian antara lingkungan eksternal organisasi dengan strategi organisasi yang sejalan dengan kompetensi pekerjanya. Selain itu, dalam menentukan kebijakan-kebijakan dan program-program sumber daya manusia, setiap organisasi akan memikirkan kebutuhan-kebutuhan pribadi pekerja. Organisasi harus mempunyai budaya, visi dan misi serta tujuan agar arahnya jelas, tidak melenceng jauh dari apa yang diharapkan dari organisasi tersebut. Dengan demikian sangatlah wajar jika budaya organisasi dominan mempengaruhi kinerja pekerja sosial daripada motivasi kerja karyawan, meskipun kedua hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan karena menjadi satu kesatuan yang harus dilaksanakan dan dimiliki secara berimbang. Berdasar hasil analisis mengenai pengaruh antara variabel independen dan dependen diketahui bahwa, ada pengaruh yang kuat antara motivasi kerja karyawan dan budaya organisasi dengan kinerja pekerja social, dengan kata lain motivasi kerja dan budaya organisasi menjadi factor determinan untuk
menentukan tingkat pencapaian kinerja pekerja social meskipu terdapat sejumlah variabel lain yang diduga ikut mempengaruhi pencapaian kinerja social. Variabel lain yang diduga ikut mempengaruhi dan diperlukan penelitian lanjutan adalah antara lain Apresiasi, pengembangan sumber daya manusia, produk-produk kebijakan yang berpihak pada kepentingan profesionalisme pekerja social, system manajemen yang digunakan, tata hubungan kerja yang dikembangkan, dukungan lingkungan eksternal terhadap jabatan fungsional pekerja social dan lain-lain.