Disampaikan Oleh Juru Bicara FKB DPR-RI Anggota Nomor: ================================== Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

dokumen-dokumen yang mirip
Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

JAKARTA, 11 Juli 2007

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

Jakarta, 12 Juli 2007

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD

Yth. Sdr. Pimpinan Pansus dan Rekan-rekan Anggota Pansus ; Yth. Sdr. Menteri Dalam Negeri beserta Staf ; Para hadirin sekalian yang kami hormati,

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

PENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP TENTANG RUU TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD DAN RUU PEMILU PRESIDEN

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG - UNDANG

Disampaikan Dalam Rapat Pansus Pemilu DPR-Rl, Kamis 12 Juli 2007 Oleh Juru Bicara F-PPP DPR-Rl: Dra. Hj. Lena Maryana Anggota DPR-Rl Nomor: A-26

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik.

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

Disampaikan oleh : Drs. AL MUZZAMIL YUSUF Nomor anggota A-249. Dibacakan pada Raker Pansus PEMILU dengan Pemerintah Kamis, 12 Juli 2007

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Jakarta, 11 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

Disampaikan oleh: Drs. Ali Mochtar Ngabalin, Msi. - Anggota No.A- 12

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK HUKUM PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Husendro

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

SAMBUTAN KETUA DPR-RI PADA ACARA PRESS GATHERING Di Wisma Griya Sabha Kopo, 12 Desember 2009

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB V. Kesimpulan. lahir dalam amandemen ketiga. Secara de facto DPD RI baru ada pada tanggal 1

Dibacakan Oleh : IGNATIUS MULYONO Nomor Anggota : A-103. Yth. Saudara Pimpinan Sidang, Yth. Para Anggota DPR-RI serta hadirin yang kami hormati.

Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPD, Hak dan Kewajiban Anggotanya Serta Kelemahan dari DPD Dalam UUD 1945

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

PRESIDEN DAN WAKIL PRESID-EN. Dibacakan oleh : Patrialis Akbar Nomor Anggota : A-138

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

PENDAPAT AKHIR PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT. Tanggal 23 Februari2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN

RABU, 20 JANUARI 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

1. Sistem Pemilu Anggota legislatif dengan sistem proporsional terbuka (vide Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2008) tidak konsisten dengan penetapan

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

Transkripsi:

TANGGAPAN FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK, RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Disampaikan Oleh Juru Bicara FKB DPR-RI Anggota Nomor: ================================== Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang Terhormat Saudara Pimpinan Rapat Saudara Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekertaris Negara serta Menteri Hukum dan HAM Saudara-saudara Anggota Dewan dan hadirin yang terhormat. Puji Syukur marilah kita persembahkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Adil dalam mengorganisasi dan mengelola mahluk ciptaannya. Berkat taufiq dan hidayah-nya pada hari ini kita bersamasama dapat mend hadiri Rapat Pansus dalam rangka penyampaian Tanggapan Fraksi-fraksi atas Rancangan Undang-undang ini. Saudara Pimpinan Rapat dan hadirin yang terhormat, Fraksi kami berpandangan bahwa seiring dengan dinamika politik dan semakin maju pengetahun masyarakat maka perubahan terhadap undang-undang partai politik perlu dilakukan. Setelah mengkaji RUU tenting Partai Politik yang diajukan olch Pemerintah, Fraksi kami menilai betapa Pemerintah sedang mendorong terjadinya poses pcnyederhanaan partai polilik di ncgcri ini.

Mungkin Pemerintah sarnpai pada kesimpulan, bahwa terlalu banyaknya partai politik menyulitkan negeri ini dalam menciptakan stabilitas politik, serta mewujudkan pemerinlahan yang kuat dan efektif. Kehendak ini tampak, antara lain dari iriakin diperketatnya persyaratan untuk mendirikan partai politik, dan diperketatnya persyaratan partai politik untuk bisa mengikuti pemilihan umum. Gagasan untuk melakukan penyederhanaan partai selalu menimbulkan reaksi pro dan kontra di tengah masyarakat. Karena itu, perdebatan mengenai isu ini perlu diarahkan pada satu titik pertemuan visi: bagaimana membangun sistern kepartaian yang kondusif bagi terwujudnya penyelenggaraan pemilu yang dapat melahirkan wakil-wakil rakyat yang memiliki derajat keterwakilan yang tinggi, dan pemerintahan yang kuat. Kalau tidak, maka gagasan dan perdebatan tentang penyederhanaan Partai hanya akan memperhadapkan antara kecongkakan politik dari partai-partai lama pada satu sisi, dan sikap eforia politik yang berlebihan dari partaipartai baru, pada sisi yang lain. Selain itu juga bisa mendatangkan tuc uhan sebagai pengebirian hak-hak berpolitik dari kelompok tertentu teritadap kelompok yang lain dengan menggunakan justifikasi UU, bahkan juga menghasilkan tuduhan yang lebih gawat: melanggar HAM dan konstitusi. Fraksi Kebangkitan Bangsa bisa memahami dan menyetujui lebih diperketatnya persyaratan partai politik untuk bisa mengikuti pen, lihan umum. Prinsipnya, hanya partai politik yang benar-benar dipersiiipkan dengan baik dan siap menang dalam pemilihan umum, itulah partai yang semestinya bisa mengikuti pernilihan umum. Tapi Fraksi kami agak kurang sependapat dengan RUU ini tentang ketentuan diperketatnya persyaratan untuk mendirikan partai politik. Konstitusi kita telah memberikan jarninan yang tegas bahwa menjadi hak setiap warga negara untuk berserikat, termasuk mendirikan partai politik. Karena itu, memperketat, atau mempersulit sekelompok orang dalam mendirikan partai politik merupakan sikap yang berlebihan dan bisa dinilai inskonstitusional. Dilihat dari sejumlah aspek, peinbentukan partai politik baru di era rcfo rmasi mencerminkan adanya tujuan dan motif yang variatif. Ada partai yang didirikan dengan tujuan yang bersifat praktis, dan ada juga yang bertlijuan ideal, yaitu sebagai wahana untuk mengartikulasi dan mengagregasi bet bagai kepentingan rakyat. Juga ada partai politik yang didirikan dengan tujuan untuk sekadar mengukur sejauh mana tokoh pendirinya masih me niliki pengaruh politik, dan sebagian lagi bahkan sekadar alat untuk menghiinpun dana politik. Di dalam teori politik, keberadaan partai politik merupakan salah satu pilar utama demokrasi. Tetapi dalam scjunilah kasus, tak jarang ada partai politik yang jiistru dikategorikan sebagai nuisance parties, yaitu partai yang mengganggu proses demokrasi. Nuisance parties terjadi ketika berkembang sistem multi partai secara tidak terkendali, dan tidak ada mekanisme politik demokratis yang bisa melakukan seleksi partai politik.

Menurut Fraksi kami, pembatasan jumlah partai politik yang Lerhak mengikuti pemilu memiliki argumentasi dan legitimasi sosiologis yang kuat, setidak-tidaknya dilihat dari empat hal: Pertama, dari dua kali penyelenggaraan pemilu di era reformasi, aanya terdapat enam sampai tujuh partai yang bisa lolos memenuhi electoral threshold sesuai dengan ketentuan UU. Kedua, penyederhanaan sistem kepartaian, dari multi partai yang tidak terbatas menuju multi partai yang simpel, diperlukan dalam rangka mewujudkan derajat keterwakilan yang tinggi. Di antara beberapa prasyarat yang diperlukan untuk memenuhi derajat keterwakilan yang tinggi, adalah harus tercipta model, format dan teknik pelaksanaan penyelenggaraan pemilu yang lebih sederhana, simpel dan mudah, sehingga bisa mengurangi tingkat distorsi antara pilihan pemilih dengan hasil yang dicapai. Pemilu dengan sistem multi partai yang tidak terbatas secara teknis penyelenggaraan menjadi tidak sederhana dan seringkali membingtngkan masyarakat. Hal itu tampak pada Pemilu 1955 dan 1999, dan sebagian kecil pada kasus Pemilu 2004. Ada kehendak yang kuat agar pada Pemilu 2009 jumlah pemilih birgung makin bisa dikurangi secara signifikan, yang berarli hasil perolchan suara makin mendekati konfigurasi yang sebenarnya dari dukungan rakyat terhadap partai politik dan wakil-wakilnya di Parlemen. Hal itu hanyd bisa dicapai jika teknik penggunaan hak memilih didisain secara sederhana, praktis dan mudah, antara lain dengan cara mencoblos gambar calon an ggota Parlemen, bukan sekadar mencoblos nama calon. Teknik yang lebih sederhana, praktis dan mudah tersebut hanya bisa dipenuhi jika juinlah partai politik peserta pemilu tidak sebanyak Pemilu 2004. Ketiga, selama ini rakyat sering mengeluhkan banyaknya jumlah suara yang dinyatakan hangus dan tidak bisa dikonversikan menjadi kursi di Par1,men. Hal itu terjadi disebabkan terlalu banyaknya partai yang menjadi peserta pemilu. Oleh karena itu, salah satu tujuan ideal yang dikandung dari penyederhanaan partai politik peserta pemilu adalah untuk mengurangi secara signifikan jumlah suara rakyat yang hilang cuma-cuma karena tidak bisa dikonversikan menjadi kursi. Keempat, spirit penyederhanaan sistem kepartaian diarahkan antuk mendorong terjadinya pendewasaan kehidupan politik dengan terja innya aliansi permanen atau koalisi berjangka panjang di antara kekuatan sh - ategis dan potensial politik yang ada di negeri ini. Jika terbangun kesadaran seperti itu, maka partai politik baru yang dibentuk untuk menghadapi Pemilu 2009, adalah partai politik yang benar-benar performed dan benar-benar siap memenuhi ketentuan ambang batas yang ditetapkan oleh UU. Menurut kami, jika penyederhanaan sistem kepartaian itu dilakukan rielalui proses dan cara-cara yang baik dan dibenarkan dalam pembahasan RU U ini, jelas tidak ada mekanisme dan asas demokrasi yang dilanggar.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah menyangkut pendanaan partai politik. Fraksi kami mengharapkan agar masalah uii diatur secara jelas dan detail dalam RUU ini. Terutama mengenai sumber pendanaan partai, laporan dan pertanggungjawaban penggunaan dana partai, serta pemberian sanksi yang tegas terhadap partai politik atau pengurus partai politik yang menyalahi peraturan perundang-undangan. Saudara pimpinan Rapat dan hadirin yang terhormat Selanjutnya perkenankan kami menyampaikan pendapat terkait dengan RUU tentang Susduk MPR, DPR, DPD dan DPRD. Fraksi kami berpandlingan bahwa RUU tentang Susduk harus dapat menjawab kebutuhan dan tuniutan masyarakat yang menghendaki terciptanya lembaga perwakilan, baik lembaga perwakilan rakyat maupun lembaga perwakilan daerah, yang kuat dan efektif, sesuai dengan amanat Konstitusi. Selain itu RUU ini perlu merekontruksi kelembagaan MPR sesuai dengan amanat Konstitusi. Paling tidak ada tiga titik perhatian kami dalam RUU tentang Susduk ini. Pertmna, tentang kelembagaan MPR. Dalam kaitan ini kami hendak mempertanyakan: apakah konstruksi kelembagaan dan kepemimpinan MPR sebagaimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2003 tentang Susduk telah ideal dan meinenuhi harapan rakyat. Menurut kami, kelembagaan MPR perlu ditata dan dikontruksikan sebagai lembaga yang status kelembagaennya sebatas bersifat joint session, bukan permanent body. Hal ini juga sekaligus terkait dengan posisi kepemimpinan MPR yang tidak perlu diformatkan secara terpisah dengan kepemimpinan di DPR dan DPD. Kedua, tentang penguatan lembaga DPR. Di dalam Konstitusi basil amandemen ditegaskan DPR memegang kekuasaan membentuk UU. Ketentuan konstitusi tersebut belum sepenuhnya diperkuat dengan pengaturan pada tingkat UU tentang bagaimana DPR dapat menjali.nkan wewenang dan fungsi legislasinya. Tiga fungsi atau hak yang dimiliki DPR (Hak Budget, Kontrol & Hak membuat UU) selama ini belum berjalan normal dan secara teknis operasional belum mengimbangi peran eksekutif yang telah dilengkapi dengan staffing yang melebihi dari cukup. Sejalan dengan wacana yang ber embang mengiringi perubahan UU No. 12 tahun 2003 tentang kemungkinan penetapan calon terpilih tidak lagi menggunakan nomor urut jika tidak ada calon yang memenuhi angka BPP, melainkan diusulkan agar diterapkan suara terbanyak, maka perlu ada penyesuaian di dalam RUU Susduk, terutarna menyangkut pelaksanaan recall. Kalau selama ini wewenang melakukan recall tersebut sepenuhnya ada pada partai politik, perlu dipikirkan kemungkinan pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan aspirasi atau usulan dari konstituen yang telah memilih wakilnya. Ketiga, perlunya RUU ini lebih memperkuat keberadaan DPD. Tanpa harus menunggu bagaimana kelangsungan usulan perubahan UUD 1945 Lahap kelima yang diusulkan DPD, dalam RUU tentang Susduk

ini terbuka ruang untuk melakukan penguatan lembaga DPD sejauh tetap dalam koridor konstitusi. Fraksi kami berpendapat kewenangan DPD yang diberikan oleh UUD 1945 dalam bidang legislasi secara terbatas (RUU bidang otonomi daerah, hubungan pusat-daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan perimbangan keuangan pusat dan daerah) jangan lagi dikebiri dalam UU Su:;duk. Kewenangan untuk ikut membahas RUU tersebut semestinya bisa diimplementasikan lebih dari sekadar ikut membahas sebelum dilal:ukan pembahasan tingkat pertama antara DPR dengan Presiden. Yang Terhormat Saudara Pimpinan Rapat Saudara Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM Saudara-saudara Anggota Dewan dan hadirin yang terhormat. Demikian tanggapan Kebangkitan Bangsa atas Rancangan Undang-undang tentang Partai Politik dan RUU tentang Susduk. Dengan memperhatikan aspirasi, usulan dan melibatkan masyarakat luas, dengan ini Fraksi Kebangkitan Bangsa siap membahas RUU ini melalui mekanisme yang telah disetujui dalam Pansus. Akhirnya, atas perhatian para anggota Dewan, saudara Menteri yang mewakili Presiden beserta jajaraiulya, para rekan wartawan dan hadirin, kami mengucapkan terima kasih. Wallahul Muwaffiq Illa Aquainit Thorieq, Wassalamu'alaikurn Wr. Wb. Jakarta, 10 Juli 2007 PIMPINAN FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR-RI