TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4. Hasil dan Pembahasan

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

KARAKTERISTIK MUTU DAN KELARUTAN KITOSAN DARI AMPAS SILASE KEPALA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

3. Metodologi Penelitian

PRODUKSI KITOSAN GRADE FARMASI DARI KULIT BADAN UDANG MELALUI PROSES DEASETILASI DUA TAHAP

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MEMPELAJARI PEMBUATAN KITOSAN DART AMPAS SILASE LIMBAEl UDANG. Oleh: Yuli Indi Astuti, C

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET TAHU

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI KHITIN DARI CANGKANG RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN MESIN EKSTRAKSI OTOMATIS

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F193

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK PEMBEKUAN UDANG HEADLESS BLOCK FROZEN MENJADI KITOSAN MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: ARNEL LUNARTO

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

3 Metodologi Penelitian

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-272

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

KITIN DARI CANGKANG RAJUNGAN YANG DIPEROLEH SECARA ENZIMATIK PADA TAHAP DEPROTEINASI CHITIN FROM SHELLS OF CRAB ENZIMATICALLY ON DEPROTEINATION

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

PENGEMBANGAN ALAT PRODUKSI KITIN DAN KITOSAN DARI LIMBAH UDANG DEVELOPMENT TOOL OF CHITIN AND CHITOSAN FROM SHRIMP WASTE

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

KHITIN KHITOSAN, PRODUKSI DAN PEMANFAATANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DERAJAT DEASETILASI DAN KELARUTAN CHITOSAN YANG BERASAL DARI CHITIN IRRADIASI

4 Hasil dan Pembahasan

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D

3 Metodologi Penelitian

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Penelitian

PENGGUNAAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI INHIBITOR TERHADAP KEASAMAN TUAK SKRIPSI. Oleh: FIKRIATUN NURHIKMAWATI NIM.

EVALUASI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH KULIT UDANG UNTUK MENINGKATKAN MUTU KITOSAN YANG DIHASILKAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PEMBENTUK GEL PADA BAKSO IKAN KURISI (Nemipterus nematophorus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) PADA PEMBUATAN HAND BODY CREAM

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur molekul kitin (a), kitosan (b), Muzzarelli (1977).

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

CLEANER PRODUCTION PEMANFAATAN LIMBAH KERANG KUPANG (CORBULA FABA) SEBAGAI KITOSAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

Optimasi Waktu Proses Produksi Kitin dari Kulit Kepala Udang

PEMBUATAN KOMPOSIT KITIN/KITOSAN YANG DIEKSTRAK DARI CANGKANG KEPITING DAN KARAKTERISASINYA. Oleh: Fitrah Rama Dhony S. ABSTRAK

OPTIMASI PEMBUATAN KITOSAN DARI KITIN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) UNTUK ADSORBEN ION LOGAM MERKURI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN KITIN PROTEIN SEBAGAI ZAT ADITIF PADA MAKANAN TERNAK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN AYAM BROILER

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN MEMBRAN KITIN DAN TURUNANNYA DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM Co

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG UDANG SEBAGAI MATRIKS PENYANGGA PADA IMOBILISASI ENZIM PROTEASE. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain.

Wassalamu alaikum Wr.Wb. Bandung, Februari Penulis. viii

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN PARAMETER TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN WARNA MENGGUNAKAN BIOKOAGULAN (LIMBAH CANGKANG KEPITING)

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIM`BAH CANGKANG KERANG BULU(Anadara inflata) SEBAGAI BAHAN PENJERNIH AIR SUNGAI

Pemanfaatan Limbah Cangkang Udang Menjadi Kitosan dan Aplikasinya Sebagai Bahan Penjernih Air. Abstract

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Pengaruh Jenis Asam dan Basa pada Pembentukan Senyawa Khitosan dari Limbah Kulit Rajungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

Transkripsi:

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI Pipih suptijah* ) Abstrak Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan polimer alam terdapat pada karapas/ limbah udang sekitar 10 % - 25%. Proses pembuatan kitin dan kitosan meliputi beberapa tahapan utama, yaitu demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi, yang membutuhkan kondisi tepat agar diperoleh mutu produk yang baik. Tujuan penelitian ini adalah desain proses kitosan untuk memperoleh mutu produk yang bervariasi, adapun metode yang digunakan meliputi modifikasi proses pembuatan kitosan dengan perlakuan konsentrasi reagen, suhu dan waktu disetiap tahapan prosesnya. Adapun hasil yang diperoleh merupakan metode pembuatan kitosan yang cepat, sederhana dan murah (efisien) dengan perlakuan konsentrasi HCl 1 N dan 1,5 N, suhu 90 0 C dan waktu proses 1 jam yang menghasilkan produk dengan mutu bervariasi, yaitu grade farmasi, kosmetik, pangan sehat dan industri lainnya misal industri cat, tekstil, pupuk dll, sehingga lebih sesuai dengan aplikasinya. Kata kunci : Deasetilasi, Grade mutu, Kitosan, PENDAHULUAN Pada umumnya udang yang dimanfaatkan secara komersil dalam bentuk utuh tanpa kepala, tanpa kulit atau tanpa kulit dan kepala, baik dalam keadaan segar, beku ataupun dikalengkan. Oleh karena itu limbahnya pun bervariasi, dimana limbah padat yang berasal dari pengolahan udang berkisar antara 40-65% (Ornum, 1992). Sampai saat ini limbah padat udang terbesar dimanfaatkan untuk campuran pakan ternak disamping terasi, silase, petis dan kerupuk yang presentasinya hanya sedikit. Karapas udang merupakan biopolimer selulosa yang disebut kitin (Lower, 1984). Dalam limbah pengolahan udang terdapat sekitar 30% kitin, disamping protein dan mineral, sedangkan turunan dari kitin disebut kitosan, keduanya dapat diperoleh dengan cara isolasi dan dilanjutkan dengan deasetilasi untuk kitosan. Sifat dan fungsi kitin dan kitosan sangat beragam kitin sangat menonjol dalam kemampuannya sebagai absorben, sedangkan kitosan menonjol dalam kemampuannya sebagai pengikat atau pengkelat dalam proses koagulasi dan 56

flokulasi, disamping itu juga berfungsi sebagai penstabil, pengental, pengisi, pen-jel, film pembungkus dan lain-lain, sehingga sangat dibutuhkan dalam industri obatobatan, kosmetik, pangan, cat, perekat, kertas, pengolahan limbah, pupuk dan lainlain (Knorr, 1991) Proses produksi kitin dan kitosan terdiri dari beberapa tahapan yang berbedabeda yang akan berdampak pada mutu produk akhir, maka perlakuan setiap tahapan pun akan mempengaruhi mutu produk akhir. Oleh karena itu untuk memperoleh mutu produk akhir yang sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam penelitian ini dilakukan modifikasi berbagai perlakuan konsentrasi reagen, suhu, waktu, serta ukuran partikel (size) disetiap tahapannya, sehingga modifikasi proses tersebut dapat dijadikan suatu kondisi proses yang dapat menghasilkan produk dengan mutu tertentu (Muzzarelli, 1977). Semakin tinggi mutu kitosan atau kitin berarti semakin tinggi pula kemurniannya, salah satu parameter mutu kitin atau kitosan yang cukup penting adalah derajat deasetilasinya. Semakin tinggi derajat deasetilasinya semakin tinggi kemurniannya artinya kitin dan kitosan sudah murni dari pengotornya yaitu protein, mineral dan pigmen serta gugus asetil untuk kitosan yang disertai kelarutannya yang sempurna dalam asam asetat 1%. Sehubungan dengan kebutuhan setiap industri akan kitosan yang bermutu tertentu maka perlu didesain kondisi proses pembuatan kitosan yang akan menghasilkan produk dengan mutu beragam. METODOLOGI Bahan dan Alat Limbah udang, HCl, NaOH, Asam asetat, Aquades, Bahan uji Proksimat, KBr, ph indikator, Beaker-glass, Hot plate,pengaduk, Saringan, Termometer, Alat uji proksimate dan IR Spectrofotometer 57

Metode Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap lanjutan. Pada tahap pendahuluan diuji coba berbagai perlakuan konsentrasi reagen (Tabel 1) pada proses pembuatan kitin sebagai produk setengah jadi yang merupakan bahan baku bagi proses selanjutnya (tahap lanjutan). Berdasarkan uji mutu produk pada tahap pendahuluan, dipilih produk kitin yang terbaik dengan rendemen tertinggi untuk diproses lebih lanjut. Adapun skema proses pembuatan kitin dapat dilihat pada Gambar 1. Bahan baku limbah udang 10 mesh/40 mesh Demineralisasi 1:7 HCl 1N; 1,5 N; 2N Suhu 65 0 C, 90 0 C Waktu 2 jam, 1 jam Deproteinasi Netralisasi NaOH 3N; 3,5N Suhu 65 0 C; 90 0 C Waktu 2 jam; 1 jam Depigmentasi (dekolorasi) NaOCl 10% H 2 O 2 1% KITIN Gambar 1. Skema proses pembuatan kitin 58

Tabel 1. Perlakuan tahap pendahuluan Perlakuan HCl (N) Suhu ( 0 C) Waktu (Jam) H 1 S 1 W 1 1 65 2 H2S1W1 1.5 65 2 H3S1W1 2 65 2 H1S2W2 1 90 1 H2S2W2 1.5 90 1 H3S2W3 2 90 1 NaOH (N) N1S1W1 3 65 2 N2S1W1 3.5 65 2 N1S2W2 3 90 1 N2S2W2 3.5 90 1 Tahap lanjutan merupakan tahap pembuatan kitosan dari hasil tahap pendahuluan, proses pembuatan kitosan dengan perlakuan variasi konsentrasi larutan NaOH (R) adalah : 50%;55%;60%; dan 70%. Sedangkan variasi suhu dengan perlakuan (S): 130 0 C dan 140 0 C (Tabel 2) waktu proses dipilih atau ditentukan satu jam saja dengan tujuan untuk menyingkat waktu agar lebih efisien karena waktu proses sangat berkolerasi dengan kebutuhan energi yang dalam hal ini adalah bahan bakar. Skema proses pembuatan kitosan dapat dilihat pada Gambar 2. 59

Kitin Deasetilasi 1:10,1 jam NaOH 50,55,60,65,70% Suhu 130 0 C, 140 0 C Pencucian dengan larutan NaOH 1 % Netralisasi Kitosan Kadar Air Uji Kadar Abu Kadar N Derajat Deasetilasi Gambar 2. Skema proses pembuatan kitosan (Suptijah et al., 1992) 60

Tabel 2. Perlakuan konsentrasi NaOH dan suhu pada proses pembuatan kitosan. NaOH % Suhu 130 0 C 140 0 C 50 R 1 S 1 R 1 S 2 55 R 2 S 1 R 2 S 2 60 R 3 S 1 R 3 S 2 65 R 4 S 1 R 4 S 2 70 R 5 S 1 R 5 S 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap pendahuluan menghasilkan karakteristik kitin yang diperoleh dengan berbagai perlakuan pada proses pembuatannya adapun hasil disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik kitin pada berbagai perlakuan proses. Kadar air (%) Kadar abu (%) Kadar N (%) Derajat Deasetilasi (%) H 1 S 1 W 1 11.01 11.21 21.05 H 2 S 1 W 1 10.81 8.85 19.72 H 3 S 1 W 2 11.65 3.41 17.95 H 1 S 2 W 2 10.01 3.05 13.42 H 2 S 2 W 3 9.81 0.55 11.12 H 3 S 2 W 3 9.90 0.62 11.76 N 1 S 1 W 1 11.25 0.96 7.21 65.28 N 2 S 1 W 1 10.89 0.42 7.01 70.01 N 1 S 2 W 2 10.06 0.39 4.15 71.86 N 3 S 2 W 2 9.85 0.34 2.43 78.16 Tabel 3 menggambarkan perlakuan reagen, suhu dan waktu pada tahap demineralisasi dan deproteinasi. Hasil tahap demineralisasi memberikan analisis kadar air, kadar abu dan kadar N, dari hasil analisis tahap demineralisasi dipilih yang 61

mempunyai kadar abu terkecil, mengingat proses demineralisasi merupakan tahap penghilangan komponen-komponen mineral. Diperoleh kadar abu terkecil dari semua perlakuan adalah 0.55 % yaitu pada perlakuan H 2 S 2 W 2 ; HCl 15 N; suhu 90 o C waktu 1 jam dengan rasio tetap 1:7. Hal ini diduga oleh adanya kesempurnaan reaksi pelepasan CaCO 3 CaO+ CO 2, Larutan HCl 1,5 N bereaksi optimum pada suhu 90 0 C (kurang optimum pada suhu 65 0 C ). Sedangkan asam yang terlalu kuat akan bereaksi pula dengan protein yang akan mengakibatkan sasaran reaksi menjadi 2 sisi akibatnya reaksi terbagi pada 2 gugus yang berbeda. Hal ini ditandai dengan timbulnya bau amoniak akibat terdegradasinya sebagian protein sederhana menjadi amoniak. Tabel 4. Hasil analisis mutu produk kitin Kadar Air % Kadar Abu % Kadar N % Der Deasetilasi Rendemen H 1 S 1 W 1 10 5,7 40,1 50 H 2 S 1 W 1 9,8 4,1 32,2 49 H 3 S 1 W 1 10,2 1,6 29,4 45 H 1 S 2 W 2 8,9 1,4 28,0 46 H 2 S 2 W 2 9,1 0,5 25,5 42 H 3 S 2 W 2 11 0,62 25,1 43 N 1 S 1 W 1 10,3 4,2 25,1 65,0 31,5 N 2 S 1 W 1 10,1 3,15 9,6 62,0 31,0 N 1 S 2 W 2 11,0 0,67 7,1 69.6 30,1 N 2 S 2 W 2 8,5 0,31 3,7 78,1 27,1 Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa produk terbaik diperoleh dari kondisi proses H 2 S 2 W 2 sebagai berikut : - Demineralisasi dengan HCl 1,5 N, rasio 1:7, Suhu 90 0 C waktu 1 jam - Deproteinasi dengan NaOH 3,5 N, rasio 1:10, suhu 90 0 C waktu 1 jam 62

- Warna : putih - Ukuran : 10 mesh/serpih - Rendemen : 27% Diperoleh hasil kitin terbaik dari perlakuan N 2 S 2 W 2 dengan rendemen 27% dan dengan karakteristik sebagai berikut. Tabel 5. Hasil analisis karakteristik kitin terbaik Parameter Nilai (%) Standar Kadar Air 0.85 10 Kadar Abu 0.31 2 Kadar N 2.40 5 Derajat destilasi 78.10 < 70 Tabel 5 memperlihatkan bahwa Kitin yang dihasilkan dari perlakuan N 2 S 2 W 2 sudah memenuhi standar mutu kitin sesuai parameter ujinya. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut reaksi penghilangan komponen mineral, protein dan pigmen sudah mencapai maximal yang dicirikan oleh produknya yang berwarna putih, ringan dan kering, dari temuan tersebut dapat dikatakan bahwa perlakuan H 2 S 2 W 2 merupakan perlakuan terpilih yang dapat menghasilkan mutu kitin terbaik (Tabel 5) artinya kondisi proses pembuatan kitin dapat dijadikan acuan dalam memperoleh kitin yang baik, cepat, sederhana dan mudah. Dalam tahap demineralisasi diperlukan konsentrasi larutan HCl yang optimum adalah 1,5 N, hal ini diduga pada konsentrasi tersebut pelepasan mineral CaCO 3 CaO+CO 2 belum sempurna yang ditandai dengan terjadinya pelepasan gas CO2 yang banyak sekali berupa gelembung udara dalam bentuk gas. Sedangkan pada konsentrasi tinggi reaksi berjalan terlalu cepat sehingga asam klorida bereaksi juga dengan protein dan 63

ditandai dengan munculnya bau amoniak, padahal komponen mineralnya belum terlepas secara sempurna. Begitu juga dengan konsentrasi larutan NaOH yang tepat pada deproteinasi adalah 3,5 N dengan suhu pemanansan 90 0 C. Apabila konsentrasinya kecil/kurang maka reduksi gugus protein kurang sempurna, sedangkan pada konsentrasi tinggi dapat terjadi degradasi struktur protein. Tabel 6. Hasil analisis derajat deasetilasi kitosan Perlakuan Derajat Deasetilasi (%) R 1 S 1 78,10 R 1 S 2 89,68 R 2 S 1 94,79 R 2 S 2 84,81 Standar Mutu R 3 S 1 89,37 Derajat Deasetilasi Standar/Grade R 3 S 2 90,93 95 Farmasi R 4 S 1 87,79 90 Pangan/kosmetik R 4 S 2 93,61 85 Industri R 5 S 1 81,76 R 5 S 1 95,77 Berdasarkan tahap lanjutan diperoleh produk kitosan dengan berbagai derajat deasetilasi yang berkisar antara: 78,10% sampai dengan 95,77% (Tabel 6). Berdasarkan standar protein biopolimer 1984 maka produk kitosan tersebut telah memenuhi kriteria standar mutu (>70%). Dari hasil analisis derajat deasetilasi menunjukkan bahwa konsentrasi larutan NaOH dan suhu proses sangat berperan dalam menghasilkan derajat deasetilasi produk kitosan. Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan suhu proses, semakin tinggi pula derajat deasetilasi yang dihasilkan hal ini sangat berhubungan dengan kemampuan lepasnya gugus asetil oleh NaOH yang 64

didukung oleh suhu, yang juga ditunjukan dengan kemampuannya melarut dalam asam asetat 1%. Secara keseluruhan semua kitosan yang dihasilkan dengan berbagai Derajat Deasetilasi dapat digunakan dalam aplikasinya, sesuai dengan grade keperluannya, diantaranya dapat diklasifikasikan ke dalam 3 grade aplikasi : 1 grade farmasi, 2. Grade pangan atau kosmetik, 3. Grade industri. misal untuk industri : cat, sabun, textil, pertanian (pestisida) atau pupuk, dan lain-lain (Tabel 7). Tabel 7. Klasifikasi aplikasi kitosan sesuai dengan derajat deasetilasi. Perlakuan NaOH(%) Suhu ( o C) Derajat Deasetilasi Grade R 5 S 2 70 140 95,77 farmasi R 2 S 1 55 130 94,79 R 1 S 2 50 140 89,66 Pangan & R 5 S 1 60 130 89,33 Kosmetik R 5 S 2 60 140 90,93 R 4 S 2 65 140 83,81 R 1 S 2 50 130 78,10 R 2 S 2 55 140 84,81 Industri R 4 S 2 65 130 87,75 R 5 S 2 70 130 88,76 Pengklasifikaian mutu produk masih mungkin dikaji proses yang lebih effisien dari berbagai perlakuan tersebut diatas, hal ini berarti masih memungkinkan lagi proses yang lebih mudah, murah, cepat, sederhana diantaranya perlakuan sebagai berikut Grade I dengan perlakuan NaOH 55% Suhu 130 o C waktu 1 jam Grade II dengan perlakuan NaOH 50% Suhu 140 o C waktu 1 jam Grade III dengan perlakuan NaOH 50% Suhu 130 o C waktu 1 jam 65

KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan, - Pada tahap demineralisasi terpilih H 2 S 2 W 2 yaitu larutan HCl 1,5 N, Suhu 90 o C dan waktu proses 1 jam, maka kondisi ini dijadikan kondisi deminarilisasi terbaik dengan hasil kadar abu = 0,31% - Pada tahap deproteinasi terpilih perlakuan N 2 S 2 W 2 yaitu larutan 3,5 N suhu 90 o C dan waktu proses 1 jam sehingga kondisi ini dijadikan kondisi deproteinasi terbaik dengan hasil kadar nitrogen = 2,4%. - Dari kondisi tersebut diatas diperoleh mutu produk kitin, kadar air = 0,85%, kadar abu =0,31 %, kadar Nitrogen = 2,4%, dan derajat deasetilasi = 78,10%. - Dari tahap lanjutan terpilih proses deasetilasi yaitu larutan NaOH 50-55%, suhu 130-140 0 C dan waktu proses 1 jam yang menghasilkan berbagai variasi mutu kitosan sebagai berikut: Grade Farmasi dengan perlakuan NaOH 55% Suhu 130 o C waktu 1 jam Grade Pangan dan kosmetik dengan perlakuan NaOH 50% Suhu 140 o C waktu 1 jam Grade Industri dengan perlakuan NaOH 50% Suhu 130 o C waktu 1 jam SARAN - mencari metode sizing yang mudah dalam menyiapkan bahan baku - mencoba metode isolasi dengan elektroda (elektro kimia) -mencoba metode lain dalam menentukan derajat deasetilasi metode spektofotometri visibil dengan pewarnaan khusus dan juga dengan ultra violet. DAFTAR PUSTAKA Knorr, D. (1991). Recovery and Utilization of Chitin and Chitosan in Food Processing Waste Management in Food Technology 45, 114-122 66

Lower, SE. (1984). Polymer from The Sea Chitin and Chitosan I in Manufacturing Chemist 55, 73-75. Muzzarelli, RAA.(1977). Chitin. Pergamon Press, Oxford. UK. Ornum, VJ. (1992). Shrimp Waste-Must it be Wasted. In INFOFISH International 6, 48-52. Suptijah P, Ella Salamah, Heru Sumaryanto, Joko Santoso. 1992. Pengaruh Berbagai Isolasi Kitin Kulit Udang Terhadap Mutunya. Laporan Penelitian. Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67