BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Gambar Konsep zonasi Sumber : analisis penulis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP. Gambar 5.1 Konsep. Sumber: Analisa Penulis, 2014

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Jenis musik biasanya didasarkan pada karakter dominan pada sebuah karya

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRIYȀ PERNIKAHAN DI YOGYAKARTA

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. struktur sebagai unsur utamanya. Konsep High-Tech Expression juga

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perancangan Apartemen Sewa untuk Keluarga Baru (ASKB) ini

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

b e r n u a n s a h i jau

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Tata Ruang 4.1.1 Zonasi Secara umum bangunan dibagi menjadi tiga zona besar, yaitu zona publik, semipublik, dan zona privat. Berdasarkan input sensoriknya, zonasi dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona stimulasi tinggi, zona transisi, dan zona stimulasi rendah. Pada masing-masing zona dibagi menjadi tiga zona berdasarkan input sensorik pada ruang. Zona publik terdiri dari zona stimulasi tinggi dan zona transisi. Sedangkan, zona semipublik dan zona privat terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona stimulasi tinggi, zona transisi, dan zona stimulasi rendah. Gambar 4.1-1 Konsep zonasi 4.1.2 Organisasi Ruang Organisasi ruang menggunakan bentuk kluster dengan penataan ruang yang linier. Kluster dibedakan berdasarkan penggunanya, yaitu : 1. Kluster sekolah, kluster ini merupakan kluster yang penggunanya adalah siswa dan guru/terapis. Pada kluster ini, terdapat ruang kelas, ruang terapi, dan ruang bermain. 98

2. Kluster pendukung sekolah, kluster ini merupakan kluster dimana penggunanya adalah guru/terapis, pengunjung, dan staff. Pada kluster ini, terdapat ruang kantor administrasi, ruang konsultasi, dan ruang guru/terapis. Gambar 4.1-2 Organisasi ruang 4.1.3 Sirkulasi Ruang Dalam Sirkulasi pada bangunan menggunakan sirkulasi dua arah pada area pendukung, seperti ruang administrasi, ruang guru, dan perpustakaan. Sedangkan pada area khusus siswa menggunakan sirkulasi satu arah. Sirkulasi ruang dalam pada bangunan menggunakan dua bentuk sirkulasi. Bentuk sirkulasi tertutup dan bentuk sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya. Bentuk sirkulasi tertutup digunakan pada ruang-ruang dengan kebutuhan fokus tinggi, sedangkan bentuk sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya digunakan pada ruang-ruang stimulasi tinggi dan ruang transisi yang memungkinkan anak langsung melihat ke arah innercourt. 99

Gambar 4.1-3 Konsep sirkulasi ruang dalam area sekolah Gambar 4.1-4 Sirkulasi tertutup dengan perhentian di sepanjang koridor Sumber: analisis penulis Gambar 4.1-5 Sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya Konfigurasi jalur menggunakan konfigurasi komposit (gabungan) dari jalur linier dan jalur radial. Konfigurasi linier digunakan pada keseluruhan bangunan, sedangkan konfigurasi radial digunakan pada innercourt. 100

Gambar 4.1-6 Pola sirkulasi satu arah pada area sekolah 4.1.4 Bentuk interaksi antarruang 1. Ruang dalam ruang Bentuk interaksi tersebut dapat digunakan untuk beberapa ruang yang membutuhkan privasi dan pengawasan lebih ketat. Gambar 4.1-7 Bentuk ruang dalam ruang 2. Ruang yang saling berkaitan Gambar 4.1-8 Bentuk ruang yang saling berkaitan Penerapan bentuk interaksi ini digunakan pada ruang yang terhubung dengan ruang bersama dan memiliki fungsi yang saling berkaitan, seperti ruang persiapan yang berhubungan dengan satu atau lebih ruang terapi. 101

3. Ruang yang bersebelahan Gambar 4.1-9 Bentuk ruang bersebelahan Ruang dengan interaksi ini dapat memiliki fungsi yang tidak berkaitan namun memiliki sifat yang tidak saling merugikan, seperti ruang terapi musik dan ruang minat-bakat sifatnya samasama membutuhkan ketenangan ruang dan fokus tinggi. 4. Ruang yang dihubungkan ruang bersama Pada penerapannya dapat menggunakan innercourt sebagai ruang bersama, netral, yang menghubungkan ruang-ruang disekitarnya. Gambar 4.1-10 Innercourt sebagai ruang bersama 4.1.5 Bentuk ruang transisi 1. Ruang Terbuka a. Ruang Terbuka Hijau 102

Gambar 4.1-11 Innercourt Sumber : openbuildings.com b. Outdoor Playspace Gambar 4.1-12 Innercourt Gambar 4.1-13 Sandbox Sumber : hoppingmass.blogspot.com Gambar 4.1-14 Sandbox di innercourt Gambar 4.1-15 Taman bermain Sumber : forestvilleusd.org Gambar 4.1-16 Taman bermain di innercourt 2. Ruang Tertutup a. Indoor Playspace 103

Gambar 4.1-17 Kamar bermain Sumber : longisland.mommypoppins.com Gambar 4.1-18 Kamar bermain 3. Koridor 1. Koridor Tertutup Gambar 4.1-19 Kolam bola Sumber : groupon.com Gambar 4.1-20 Kolam bola Koridor tertutup digunakan pada area yang memiliki fokus tinggi sehingga tidak terdistraksi oleh pemandangan di luar bangunan. Gambar 4.1-21 Koridor tertutup Sumber : archdaily.com Gambar 4.1-22 Koridor dengan perhentian 104

Pola pada dinding koridor mengarahkan anak untuk bergerak sesuai dengan alur pola. Koridor memiliki ruang perhentian, dimana anak dapat berhenti sejenak untuk melepas input sensorik. Gambar 4.1-23 Koridor berpola Sumber : designshare.com Gambar 4.1-24 Koridor dengan perhentian Sumber : m.interiordesign.net 2. Koridor Terbuka Koridor terbuka pada salah satu sisinya digunakan untuk memasukkan cahaya dan udara ke dalam bangunan. Koridor terbuka dapat digunakan pada zona stimulus tinggi. Gambar 4.1-25 Koridor terbuka pada satu sisi Sumber : archdaily.com Gambar 4.1-26 Koridor terbuka di ruang bermain 4.2 Konsep Tapak 4.2.1 Orientasi dan Peletakan Bangunan Bangunan diletakkan pada tengah site. Bangunan diorientasikan menghadap barat dan timur. Orientasi ke barat merupakan bagian depan bangunan. Peletakan bangunan di tengah site memungkinkan sirkulasi luar bangunan dibuat satu arah, mengelilingi bangunan. 105

Gambar 4.2-1 Orientasi dan peletakan bangunan 4.2.2 Pencapaian terhadap Bangunan Pencapaian ke site merupakan kombinasi dua cara pencapaian, pencapaian langsung dan pencapaian berputar. Pencapaian langsung ditujukan untuk tamu dan pengguna non siswa (pengelola, guru/terapis, dan konsultan ahli) yang akan diarahkan ke area pendukung sekolah, seperti ruang guru, ruang konsultasi, dan ruang administrasi. Sedangkan pencapaian berputar ditujukan untuk murid autis yang diarahkan langsung ke area sekolah. Pencapaian berputar memberi pengalaman ruang dengan urutan pencapaian yang menyeluruh pada bangunan. Urutan pencapaian merupakan transisi bagi anak autis. Gambar 4.2-2 Pencapaian kombinasi 4.2.3 Sirkulasi ruang luar Sirkulasi ruang luar menggunakan sirkulasi satu arah dengan jalur masuk dan jalur keluar yang berbeda. Sirkulasi satu arah memberi kejelasan jalur bagi 106

anak autis. Pada site, dibuat dua jalur sirkulasi, yaitu : jalur sirkulasi tamu dan jalur sirkulasi siswa. Pemisahan jalur ini dilakukan agar bagian timur lebih privat. Selain itu, sirkulasi siswa dibuat mengelilingi bangunan untuk menciptakan urutan transisis yang memberi pengalaman ruang. Gambar 4.2-3 Sirkulasi ruang luar 4.2.4 Tata Hijau Vegetasi pada zona transisi adalah vegetasi peneduh, tanaman hias, dan vegetasi peredam kebisingan. Selain vegetasi tersebut, pada zona transisi dapat ditanami tanaman sayuran untuk kelas praktek berkebun. Vegetasi pada innercourt adalah vegetasi peneduh, pengarah, dan peredam kebisingan. Area sirkulasi ruang luar ditanami vegetasi pengarah, vegetasi penyerap polusi, dan vegetasi peredam kebisingan. Vegetasi pengarah berfungsi mengarahkan alur pergerakan. Pada area parkir menggunakan vegetasi peneduh dan tanaman rambat. Gambar 4.2-4 Vegetasi pengarah pada luar bangunan 107

Jenis vegetasi yang dapat digunakan, antara lain : 1. Vegetasi peneduh, meliputi : pohon tanjung, pohon kiara payung, pohon angsana, dan pohon mangga. Selain itu, dapat menggunakan jenis tanaman rambat, seperti : bougenvile, alamanda, dan stefanot. 2. Vegetasi penyerap polusi, meliputi : pohon angsana, pohon akasia, bougenvile, oleander, dan teh-tehan pangkas. 3. Vegetasi peredam kebisingan, meliputi : bambu, pohon tanjung, pohon kiara payung, sansivera, bougenvile, hibiscus, oleander, dan teh-tehan pangkas. 4. Vegetasi pengarah, meliputi : bambu, pohon cemara, pohon mahoni, pohon hujan mas, pohon kembang merak, pohon glodokan tiang, akalipa, hibiscus, bougenvile, nusa indah putih, dan pangkas kuning. Perkerasan pada sirkulasi luar bangunan menggunakan grass block, sehingga air tetap dapat masuk ke tanah. Perkerasan pada innercourt menggunakan grass block, paving block dan krikil. Gambar 4.2-5 Konsep tata hijau 108

Gambar 4.2-6 Jenis vegetasi pada site Sumber : diolah dari berbagai sumber 4.3 Konsep Perancangan Bangunan 4.3.1 Bentuk Bangunan Massa bangunan yang digunakan merupakan gabungan dari massa persegi dengan lingkaran. Bentuk massa persegi dan lingkaran digunakan karena keduanya merupakan bentuk geometris yang teratur, jelas, dan mudah diprediksi. Bentuk bangunan menggunakan massa jamak sesuai dengan organisasi ruang yang dipakai yaitu bentuk kluster. Masing-masing massa/kluster dipisahkan menggunakan innercourt karena tiap kluster memiliki karakter ruang yang berbeda. Penggunaan innercourt dimaksudkan agar kebisingan dapat diredam, massa tidak saling menempel. Gambar 4.3-1 Konsep bentuk bangunan 109

Gambar 4.3-2 Konsep bentuk bangunan (perspektif) 4.3.2 Penampilan Bangunan 4.3.2.1 Fasad Fasad sisi barat merupakan fasad bagian depan bangunan dimana pengunjung akan melihat bangunan pertama kali sehingga fasad harus terlihat menarik dan terbuka. Namun, fasad terletak pada sisi sebelah barat sehingga memerlukan penanganan terhadap matahari sore. Gambar 4.3-3 Konsep fasad sisi barat Fasad bagian depan bersifat terbuka sehingga pengunjung mendapat kesan welcome dari bangunan. Penggunaan fasad kaca dapat memberikan kesan terbuka. Namun, karena berada pada sisi barat, maka dapat diaplikasikan siripsirip perintang matahari. Selain untuk menangani masalah matahari sore, perintang matahari juga digunakan sebagai aksen agar fasad terlihat menarik. Gambar 4.3-4 Modular School Complex Sumber : Archdaily 110

Fasad sisi timur merupakan fasad bagian depan area sekolah yang menuntut tingkat privasi yang tinggi. Fasad bagian timur harus mempertimbangkan aspek visual dari anak autis. Selain itu, memerlukan penanganan terhadap matahari. Gambar 4.3-5 Konsep fasad sisi timur Fasad depan area sekolah bersifat tertutup sehingga siswa mendapatkan privasi secara maksimal. Penggunaan fasad berupa dinding beton yang masif dapat memberikan kesan tertutup. Selain menyelesaikan persoalan privasi, fasad tertutup juga digunakan untuk mengatasi persoalan matahari. Gambar 4.3-6 Advance Egypt for Autisme Children Sumber : Mostafa, 2014 4.3.2.2 Material Bangunan Material utama pada bangunan adalah beton bertulang. Material pada area sirkulasi luar dan innercourt menggunakan material bertekstur, seperti paving block dan krikil, untuk mempertegas jalur. Pada koridor menggunakan pelapis lantai kayu/parket. Sedangkan pada area servis, seperti kamar mandi dan dapur, menggunakan keramik bertekstur. 111

Material kaca pada bukaan dapat menggunakan teknologi kaca elektrokromik yang dapat berubah secara elektrik untuk menghasilkan dan kontrol lampu dan pandangan ke arah luar saat mendapat cahaya alami yang tidak tepat. Material yang sesuai untuk akustik diterapkan pada koridor yang berada pada zona stimulus rendah dan ruang terapi seperti ruang terapi musik dan ruang terapi AIT. Bahan penyerap suara digunakan pada koridor yang berada pada zona stimulus rendah. Bahan penyerap suara permukaannya terbuat dari material seperti glasswool, mineral wool, foam, fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel absorber, dan acoustic tile. Bahan penyebar suara digunakan pada ruang terapi musik dan ruang terapi AIT. Bahan penyebar suara pada permukaannya dibuat tidak merata, seperti : QRD diffuser, BAD panel, diffsorber. 4.3.2.3 Konsep Penghawaan 1. Penghawaan Alami Penghawaan alami digunakan pada ruang kelas dan area-area sirkulasi. Taman sensorik berfungsi sebagai penyaring udara pada ventilasi bangunan. Gambar 4.3-7 Konsep penghawaan alami 2. Penghawaan Buatan Penghawaan buatan digunakan pada area-area tertentu, seperti area terapi dan zona low stimulus, yang memiliki derajat ketertutupan yang tinggi. Penghawaan buatan menggunakan AC split. 112

4.3.2.4 Konsep Pencahayaan Pencahayaan pada kelas dan area sirkulasi menggunakan pencahayaan alami secara tidak langsung yang ditempatkan di atas level mata sehingga menghalangi distraksi visual dan menghindari cahaya secara langsung serta glare dan siluet. Pencahayaan pada ruang terapi sebisa mungkin merupakan pencahayaan alami secara tidak langsung yang ditempatkan di atas level mata sehingga menghalangi distraksi visual. Selain itu, pada ruang terapi minat-bakat menggunakan skylight. Gambar 4.3-8 Koridor menggunakan bukaan diatas level mata Gambar 4.3-9 Ruang kelas menggunakan clerestorey Bukaan jendela menggunakan clerestorey atau overstorey, jendela tinggi di atas level mata, seperti yang sering digunakan pada gereja gothic. Gambar 4.3-10 Clerestorey pada gereja Sumber : wikipedia Gambar 4.3-11 Bentuk clerestorey Sumber : realtormarina.wordpress.com Pada bangunan khususnya pada sisi barat diberi perintang matahari (sirip vertikal/horisontal, tritisan, dan brise-soleil) dan double fasade untuk menghalau sinar matahari dan panas masuk secara langsung. Brise-soleil dapat berupa layar perintang vertikal, horisontal, atau kombinasi. 113

Gambar 4.3-12 Brise-soleil berbentuk ornamen Sumber : wikipedia Pencahayaan buatan yang digunakan adalah lampu LED dan lampu TL. Lampu LED digunakan pada ruang-ruang terapi yang memiliki derajat ketertutupan tinggi dan ruang-ruang pada zona publik, seperti : ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang diagnostik, dan ruang observasi. Penggunaan lampu TL dibatasi pada ruang-ruang tertentu, ruang yang hanya digunakan oleh guru/terapis, seperti ruang guru/terapis, ruang penyimpanan, ruang kepala sekolah, dan ruang tata usaha. Pada ruang-ruang yang mungkin digunakan oleh anak autis, penggunaan lampu LED sangat disarankan, dan tidak disarankan menggunakan lampu TL. 114