Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR SKEMA... x

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN OLEH PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT BANDA ACEH NURSING CARE PRACTICE OF NURSES IN BANDA ACEH HOSPITAL ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Zaidin. (2010). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC.

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

Daftar Pustaka. Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta : Bumi Aksara

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Z. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi

DAFTAR PUSTAKA. Bittel, L.R. (1987). Supervisory training development. California : Addison Wesley.

BEBAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG IGD RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

TINJAUAN PENGGUNAAN SISTEM PENJAJARAN DRM DENGAN METODE SNF (STRAIGHT NUMERICAL FILLING) DI FILLING RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

DAFTAR PUSTAKA. perawat di Rumah Sakit Tingkat III Ambon. Jurnal AKK, 2 (I),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

HUBUNGAN PERAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PETALA BUMI

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

MOTIVASI DAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA***

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ruangan Bedah Atau G2 mampu menampung klien sampai 35 Klien yang

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG SARJANA TAHUN 2014

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MENDOKUMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER DI RSUD BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

DAFTAR PUSTAKA. Aditama, Tjandra. Y, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, edisi kedua. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

DAFTAR PUSTAKA. Adisasmito, W. (2012). Sistem kesehatan (Cetakan ke-4). Jakarta: PT Raja

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

PENGARUH PELATIHAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP) TIM TERHADAP PENERAPAN MAKP TIM DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dipengaruhi oleh pertumbuhan lembaga pelayanan dan praktik

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

Transkripsi:

JURNAL

JURNAL Hari/Tanggal : Rabu / 08 Juli 2015 Waktu : 09.00 s/d 10.00 WITA

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG INTERNA DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO JURNAL Prasetyo Abdi Utama Biki, Herlina Jusuf, Ahmad Aswad Jurusan Keperawatan, FIKK UNG e-mail : bikiprasetyo@gmail.com ABSTRAK 1. Gambaran Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Interna di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes., Pembimbing II H. Ahmad Aswad, S.Kep., Ns., M.PH. Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menggambarkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode Exhaustive Sampling sehingga sampel adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2015. Dari hasil penelitian, secara keseluruhan peneliti menemukan bahwa kinerja perawat di Ruang Interna sebagian besar responden telah melaksanakan proses pengkajian baik yaitu 22 orang (52,4%), demikian juga dengan proses diagnosis sebanyak 23 orang (54,8%), dengan proses perencanaan yang berkategori cukup sebanyak 25 orang (59,5%). Pada tahapan proses implementasi sebagian besar perawat telah melaksanakannya dengan baik yaitu 21 orang (50%). Namun masih berkategori cukup pada proses evaluasi yaitu sebanyak 22 orang (52,4%). Saran, kegiatan supervisi sangat perlu ditingkatkan untuk menjaga dan meningkatkan kinerja perawat. Kata kunci : Kinerja, Perawat, Asuhan Keperawatan. Daftar Pustaka : 37 referensi (tahun 1999 s/d 2014) 1 Prasetyo Abdi Utama Biki, 841413150. Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan FIKK UNG, Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes. H. Ahmad Aswad, S.Kep. Ns., M.PH

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Salah satu program pemerintah Indonesia adalah Program Indonesia Sehat 2010 yang hingga saat ini telah berkembang menjadi Visi Indonesia Sehat 2015 yang telah ditetapkan bersama Perserikatan Bangsa-bangsa dengan menargetkan sasaran pembangunan milenium (Millenium Development Goals) yang beberapa diantaranya masuk pada bidang kesehatan. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang paling banyak melayani masyarakat adalah Rumah Sakit. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya harus didukung oleh tenaga yang kompoten dan siap untuk melayani masyarakat demi terlaksananya setiap program pemerintah. Dari beberapa profesi yang ada di rumah sakit, perawat adalah profesi yang paling dominan. Selain jumlahnya yang dominan perawat juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada pasien setiap harinya. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga professional dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota kesehatan lainnya 2 (Depkes RI, 2006). Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kunci utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan adalah perawat yang mempunyai kinerja tinggi. Standar ketenagaan berdasarkan Permenkes 56 Tahun 2014, jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf c dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur. Dari semua standar ketenagaan yang digunakan sebagai acuan, semua perlu penyesuaian dengan mempertimbangkan standar pelayanan bagi tiap tingkatan pelayanan, penetapan standar performa untuk tiap - tiap kegiatan yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nathsir (2008) dalam 3 Amelia (2010), tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit dan faktor yang mempengaruhi, kinerja perawat dikategorikan pada kategori cukup dengan nilai presentase sebanyak 64,8% dan pada kategori kurang dengan nilai presentase 35,2%. Kinerja perawat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain motivasi, pelatihan dan beban kerja. METODOLOGI Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Prof. DR. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang dilakukan pada bulan Januari 2015, jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di RSUD Prof. DR. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2 Depkes RI., 2006. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta: Dirjen Pelayanan Medik 3 Amelia, Nita (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.

2015 yaitu sebanyak 436 orang, metode sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode Exhaustive Sampling atau sampling jenuh atau sampling total sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang Interna RSUD Prof. DR. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2015 yaitu 54 orang yang memiliki kriteria selain kepala ruangan, dan tidak sedang cuti adalah 42 orang. HASIL PENELITIAN Distribusi Karakteristik Responden Data distribusi frekuensi tentang karasteristik responden perempuan yaitu sebanyak 35 orang (83,3%), tingkat pendidikan rata-rata D3 sebanyak 33 orang (78,6%). Usia rata-rata berada pada usia 22-26 tahun sebanyak 32 orang (76,2%), lama bekerja berada pada rentang 1-3 tahun sebanyak 24 orang (57,1%) dimana sebagian besar responden belum mengikuti pelatihan tentang BTCLS yaitu sebanyak 29 orang (69%). Pengkajian Distribusi kinerja perawat berdasarkan pengkajian Sebagian besar responden melaksanakan pengkajian dengan baik yaitu 22 orang (52,4%), 18 orang (42,9%) melaksanakan pengkajian dalam kategori cukup dan 2 (4,8%) orang melaksanakan pengkajian dengan kategori kurang. Diagnosis Distribusi kinerja perawat berdasarkan diagnosis Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa perawat yang melakukan diagnosa keperawatan dengan baik yaitu sebanyak 23 orang (54,8%) kemudian yang cukup dalam melakukan diagnosa sebanyak 17 orang (40,5%) dan yang masih kurang dalam melakukan diagnosa keperawatan sebanyak 2 orang (4,8%). Perencanaan Distribusi kinerja perawat berdasarkan perencanaan Dalam membuat perencanaan keperawatan sebagian besar responden berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 25 orang (59,5%), terdapat 14 orang (33,3%) yang masuk dalam kategori baik dan 3 orang (7,1%) yang masih kurang dalam melakukan perencanaan perawatan. Implementasi Distribusi kinerja perawat berdasarkan implementasi Pada tabel di atas sebagian besar telah mengimplementasikan asuhan keperawatan dengan baik yaitu 21 orang (50%), cukup sebanyak 18 orang (42,9%), dan yang kurang sebanyak 3 orang (7,1%). Evaluasi Distribusi kinerja perawat berdasarkan evaluasi Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden telah melakukan evaluasi perawatan dengan kategori cukup yaitu 22 orang (52,4%), yang telah mengevaluasi dengan baik sebanyak 18 orang (42,9%) dan yang masih kurang yaitu sebanyak 2 orang (4,8%). Karakteristik Responden berdasarkan Umur Data distribusi frekuensi tentang karasteristik responden pada tabel 4.1 berdasarkan usia rata-rata berada pada usia 22-26 tahun sebanyak 32 orang

(76,2%), 27-31 sebanyak 6 orang (14,3%) dan 32-36 tahun sebanyak 4 orang (9.5%) 4 Hasibuan (2003), berpendapat bahwa umur individu mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, tanggung jawab, dan cenderung absensi. Sebaliknya, karyawan yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, dan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Dalam 5 Suparyanto (2010), Robbins, 2003 menyatakan bahwa kinerja akan merosot dengan bertambahnya usia. Pekerja tua dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru, namun begitu pekerja tua punya pengalaman, etos kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu. Umur berbanding terbalik terhadap kemangkiran, dimana pekerja yang tua lebih kecil kemungkinan untuk berhenti bekerja. Hasil penelitian dari 6 Rudianti (2011) tentang Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya, bahwa perawat pelaksana yang berumur <32 tahun mempunyai kinerja kurang (53,4%) lebih besar dibandingkan dengan perawat pelaksana umur 32 tahun (33,7%). Asumsi peneliti bahwa karakteristik seorang perawat berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap kinerja dalam praktik keperawatan, dimana semakin tua umur perawat maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan bertoleransi terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kinerjanya. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Data distribusi frekuensi tentang karasteristik responden pada tabel 4.1 tingkat pendidikan rata-rata D3 sebanyak 33 orang (78,6%), S1 Keperawatan sebanyak 4 orang (9.5%) dan yang sudah berprofesi Ners adalah 5 orang (11.9%) 7 Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang rendah dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Ditambahkan pula oleh Arfida, 2003 dalam Faizin (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi produktifitas kerja. Dari hasil penelitian yang ada, peneliti beraumsi bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktifitas atau kinerja perawat adalah pendidikan formal perawat. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan 4 Hasibuan, M., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara 5 Suparyanto, dr., M.Kes (2010). Kinerja / Job Performance 2 http://drsuparyanto.blogspot.sg/2010/ 10/kinerja-job-performance-2.html 6 Rudianti, Yulistiana. (2011). Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya. Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jakarta. www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak- 20282765.pdf 7 Notoadmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, Juni 2003

pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar kita untuk kelancaran tugas. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Kerja Data distribusi frekuensi tentang karasteristik responden pada tabel 4.1 memperlihatkan bahwa berdasarkan lama bekerja berada pada rentang 1-3 tahun sebanyak 24 orang (57,1%), 4-6 tahun adalah 12 orang (28.6%) dan 7-9 tahun sebanyak 6 orang (14.3%) 8 Menurut Nursalam (2009) bahwa semakin banyak masa kerja perawat maka semakin banyak pengalaman perawat tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar atau prosedur tetap yang berlaku. Peneliti berasumsi bahwa pengalaman kerja sangat berpengaruh pada kinerja seseorang, hal ini sejalan dengan hasil penelitian berdasarkan lama kerjanya, perawat dengan masa kerja lebih dari 3 tahun memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 3 tahun 9 (Sofiana & Purbadi, 2006 dalam Kumajas, 2014). Karakteristik Responden berdasarkan Pelatihan Data distribusi frekuensi tentang karasteristik responden pada tabel 4.1 sebagian besar responden belum mengikuti pelatihan tentang BTCLS yaitu sebanyak 29 orang (69%) dan 13 orang (31%) sudah mengikuti pelatihan BTCLS. Pendidikan dan pelatihan adalah dua hal yang tidak jauh berbeda, dimana pendidikan adalah pengembangan kemampuan secara menyeluruh sedangkan pelatihan adalah pengembangan secara terfokus atau spesifik. Sama hal seperti pembahasan pada poin tentang tingkat pendidikan, Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang rendah dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Gambaran Kinerja Perawat Gambaran Kinerja Perawat berdasarkan Pengkajian Berdasarkan pada tabel 4.2 sebagian besar responden melaksanakan pengkajian dengan baik yaitu 22 orang (52,4%), 18 orang (42,9%) melaksanakan pengkajian dengan kategori cukup, dan 2 (4,8%) orang melaksanakan pengkajian yang kurang. Dari hasil penelitian memperlihatkan kinerja perawat dalam proses pengkajian di ruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe sudah baik dalam melakukan pengkajian terhadap pasien sejak pasien masuk rumah sakit. 10 Menurut Potter dan Perry (2005) bahwa pengkajian merupakan proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang pasien, dimana 8 Nursalam., 2009, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 9 Sofiana, NA dan Purbadi, D., 2006. Analisis Faktor Lingkungan dan Individu yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kinerja 10 Potter dan Perry., 2005. Fundamental of Nursing Concepts, Prosess and Practice.Edisi 4.Lois : Mosby year book

tujuan pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan pasien. Kriteria pengkajian keperawatan meliputi: Pertama, pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Kedua, sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medik, dan catatan lain masa lalu, status kesehatan pasien saat ini, status bio-psiko-sosial spiritual, respon terhadap terapi. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, risiko-risiko tinggi terhadap masalah. Kegiatan utama yang dilakukan dalam tahap pengkajian ini antara lain pengumpulan data, pengelompokan data, menganalisis data guna merumuskan diagnosis keperawatan. Berdasarkan data pengamatan yang peneliti peroleh di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar perawat telah melaksanakan proses pengkajian dengan baik. Menurut peneliti bahwa hal ini juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin responden yang sebagian besar adalah perempuan. Sebagaimana pendapat Sugiarti dalam 11 Linggardini (2010) dalam penelitiannya tentang Hubungan Supervisi dengan pendokumentasian berbasis komputer yang dipersepsikan perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Jawa Tengah, bahwa perawat wanita memiliki pengkajian keperawatan yang lebih baik dari pada laki-laki. Peneliti berasumsi bahwa jenis kelamin tidak terlalu berpengaruh pada kinerja, melainkan pada jumlah perawat itu sendiri dimana sebagian besar perawat didominasi oleh kaum perempuan. Dilain pihak terdapat pertimbangan lain bahwa perempuan dalam melaksanakan pekerjaannya lebih disiplin dalam mematuhi peraturan dibanding laki-laki, sehingga akan tercapai pelayanan keperawatan secara optimal 12 (Stephen.P Robbins, 2003). Gambaran Kinerja Perawat berdasarkan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa perawat yang melakukan diagnosa keperawatan dengan baik yaitu sebanyak 23 (54,8%), kemudian yang cukup baik dalam melakukan diagnosa sebanyak 17 orang (40,5%) dan yang masih kurang dalam melakukan diagnosa keperawatan sebanyak 2 orang (4,8%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik proses diagnosa maka semakin baik pula kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dalam tahapan diagnosa perawat pelaksana telah mengklasifikasi dan menganalisa data/hasil pengkajian. Dimana perawat telah merumuskan apa saja kebutuhan dasar pasien yang selanjutnya dibuat suatu prioritas permasalahan kepewatan pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat 13 Potter dan Perry (2005) bahwa proses diagnostik mencakup analisis kritis dan interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan. 11 Linggardini, Kris, 2010. Hubungan Supervisi dengan Pendokumentasian Berbasis Komputer yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana Di Instansi Rawat Inap RSUD Banyumas Jawa Tengah. Tesis Megister Ilmu Keperawatan. Jakarta : Universitas Indonesia. 12 Robbins, S. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi 10 Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Indeks 13 Potter & Perry (2005). Fundamental of Nursing: Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta, Salemba Medika

Peneliti berasumsi bahwa hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang semuanya berada pada tingkat Diploma 3 ke atas. Notoatmodjo (2003), konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 jenjang pendidikan 2003, terdiri atas jenjang pendidikan formal dan non formal 14 (Wiyanti,2009). Gambaran Kinerja Perawat berdasarkan Rencana Keperawatan Berdasarkan tabel 4.4, kinerja perawat pelaksana dalam proses perencanaan keperawatan di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe sebagian besar berada pada kriteria penilaian yang cukup yaitu sebanyak 25 orang (59,5%), terdapat 14 orang (33,3%) yang masuk dalam kategori baik dan 3 orang (7,1%) yang masih kurang dalam melakukan perencanaan perawatan Dari hasil penelitian tersebut, penulis memperoleh gambaran tentang pelaksanaan proses perencanaan keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana tentang asuhan keperawatan, masih banyak perawat yang melaksanakan proses perencanaan keperawatan yang masuk pada kategori cukup terhadap pasien. Diperoleh sebanyak 15 orang (35,7%) yang nilainya cukup dalam proses perencanaan keperawatan dengan hasil kinerja yang cukup pula. Melihat masih belum maksimalnya proses perencanaan keperawatan, maka menurut peneliti hal ini juga dipengaruhi oleh usia dan masa kerja perawat pelaksana. Rata-rata usia responden adalah mereka yang berusia antara 22-30 tahun dengan rata-rata lama kerja 1-3 tahun. Ini berhubungan dengan pengalaman kerja dari perawat pelaksana termasuk juga dalam hal membuat proses perencanaan perawatan pada pasien. Dari hasil penelitian tersebut, penulis memperoleh gambaran tentang pelaksanaan proses perencanaan keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana tentang asuhan keperawatan. Diperoleh sebanyak 15 orang (35,7%) yang nilainya cukup dalam proses perencanaan keperawatan dengan hasil kinerja yang cukup pula. 15 Menurut Nursalam (2009) bahwa semakin banyak masa kerja perawat maka semakin banyak pengalaman perawat tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar atau prosedur tetap yang berlaku. Sama halnya pada point sebelumnya tentang karakteristik responden berdasarkan lama kerja, peneliti berasumsi bahwa pengalaman kerja sangat berpegaruh pada kinerja seseorang, hal ini sejalan dengan hasil penelitian berdasarkan lama kerjanya, perawat dengan masa kerja lebih dari 3 tahun memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 3 tahun 16 (Sofiana & Purbadi, 2006). 14 Wiyanti, P. (2009). Hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap A RSPAD Gatot Soebroto: Jakarta. 15 Nursalam., 2009, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 16 Sofiana, NA dan Purbadi, D., 2006. Analisis Faktor Lingkungan dan Individu yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kinerja

Gambaran Kinerja Perawat berdasarkan Implementasi Pada tabel 4.5 di halaman sebelumnya, sebagian besar responden telah mengimplementasikan asuhan keperawatan dengan baik yaitu 21 orang (50%), cukup sebanyak 18 orang (42,9%), dan yang kurang sebanyak 3 orang (7,1%). Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa sebagian besar perawat telah memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh pada pasien yang menjadi tanggungjawabnya. Responden juga telah mampu secara cepat dan tepat bertindak dalam situasi kegawat daruratan. Hal ini tentu berhubungan dengan tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah lulusan DIII Keperawatan 33 orang (78,6%). Sehingga menurut peneliti, dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki responden dibangku pendidikan menjadikan mereka mampu secara menyeluruh dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan dengan baik yang menjadikan kinerja perawat pelaksana juga baik. 17 Menurut Ilyas (2002) bahwa, pendidikan menggambarkan keterampilan dan kemampuan individu, dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja. Selain itu, melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektualnya, sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak, dan diasumsikan orang yang berpendidikan tinggi mempunyai tujuan, harapan dan wawasan untuk meningkatkan prestasi kerja melalui kinerja yang optimal. 18 Hal ini juga didukung oleh Siagian (2002), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pengetahuannya, sehingga semakin baik pula kinerjanya. Gambaran Kinerja Perawat berdasarkan Evaluasi Berdasarkan tabel 4.6, sebagian besar responden telah melakukan evaluasi perawatan dengan cukup baik yaitu 22 orang (52,4%), yang telah mengevaluasi dengan baik sebanyak 18 orang (42,9%) dan yang masih kurang baik yaitu sebanyak 2 orang (4,8%). Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan berupa perbandingan yang sistematis dan terencana dari hasil-hasil yang diamati dengan tujuan dan keriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Apabila hasil menunjukkan ketercapaian tujuan dan keriteria hasil, maka pasien keluar dari siklus proses keperawatan, namun apabila sebaliknya, maka pasien masuk kembali ke dalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian ulang (Potter dan Perry, 2005). Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan terkait dengan hasil-hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan. Pelaksanaan tahapan evaluasi yang baik ini menurut peneliti juga berhubungan dengan tingkat pendidikan responden sehingga menunjang kinerja perawat untuk lebih baik. Menurut peneliti bahwa hal ini juga dipengaruhi oleh umur responden yang termasuk pada kelompok usia muda dan masa usia kerja optimal. Rata-rata umur responden yang masih muda dapat memberikan peluang untuk meningkatkan kemampuan baik secara formal maupun nonformal. Usia yang masih muda juga 17 Ilyas, Y., 2002. Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta 18 Siagian, S.P., 2002. Teori dan Praktik Kepemimpinan, Cetakan Kelima, Jakarta : PT. Rineka Cipta

berpeluang untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga tidak akan mengalami hambatan dalam melaksanakan proses keperawatan seperti melaksanakan proses diagnosis. Menurut 19 Robbins (2003) ada keyakinan bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya usia. KESIMPULAN Mayoritas perawat di Ruang Interna RSUD Prof. DR. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2015 adalah berjenis kelamin perempuan 35 orang (83,3%), umur 22-26 tahun sebanyak 32 orang (76,2%), memiliki tingkat pendidikan D III sebanyak 33 orang (78,6%) dengan lama kerja terbanyak antara 1-3 tahun yaitu 24 orang (57,1%). Secara keseluruhan peneliti menemukan bahwa kinerja perawat di Ruang RSUD sebagian besar dari responden telah melaksanakan proses pengkajian yang baik yaitu 22 orang (52,4%), demikian juga dengan proses diagnosis sebanyak 23 orang (54,8%), dengan proses perencanaan yang berkategori cukup sebanyak 25 orang (59,5%). Pada tahapan proses implementasi sebagian besar perawat telah melaksanakannya dengan baik yaitu 21 orang (50%). Namun masih berkategori cukup pada proses evaluasi yaitu sebanyak 22 orang (52,4%). SARAN Diharapkan bagi perawat untuk meningkatkan pendidikan keperawatan sehingga dalam pelaksanaan praktek keperawatan lebih memperhatikan proses keperawatan dengan menjalankan standar asuhan keperawatan yang ada. Untuk Pihak BLUD Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Aloei Saboe perlu memperhatikan penetapan tugastugas rutin setiap perawat pelaksana untuk dapat memperbaiki pelaksanaan asuhan keperawatan agar lebih maksimal. Selain itu juga perlu ada peningkatan mutu pelayanan dengan memperhatikan kebutuhan setiap perawat melalui kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sehingga perawat mengetahui standar keperawatan lebih baik, yang akhirnya akan meningkatkan kinerja perawat. DAFTAR PUSTAKA Academia.edu. 2014 https://www.academia.edu/8729317/statistik DESKRIPTIF STATISTIK DESKRIPTIF METODE KULIAH DAN SUMBER BUKU METODE KULIAH DAN SUMBER BUKU Ali, Zaidin. (2002). Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika. Amelia, Nita (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang. Aziz. Alimul H, A.(2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI., 1999. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta: Dirjen Pelayanan Medik., 2006. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta: Dirjen Pelayanan Medik 19 Robbins, S. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi 10 Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Indeks

Doengoes, M.E.; Moorhouse, M.F.; and Burley, J.T., 2000. Penerapan Proses Keperawatan & Diagnosa Keperawatan, Jakarta : E.G.C Hartati, dkk., 2013, Gambaran Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap Lontara RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo. Hasan, M. Iqbal, 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Hasibuan, M., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara Ilyas, Y., 2002. Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta Kumajas, Fisella Wilfin, dkk, 2014, Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsud Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Linggardini, Kris, 2010. Hubungan Supervisi dengan Pendokumentasian Berbasis Komputer yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana Di Instansi Rawat Inap RSUD Banyumas Jawa Tengah. Tesis Megister Ilmu Keperawatan. Jakarta : Universitas Indonesia. Mangkunegara, A.P., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Remaja Rosda Karya MangkuPrawira, S.T., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyono, M. Hadi dkk. 2012, Faktor Yang Berpengaruh Tehadap Kinerja Perawat di RS Tingkat III. 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK Vol 2 No. 1,Januari,2013 Nanda, 2007. Nursing Diagnosis: Defenition&Clasification, Philadelphia : Nanda International Nursalam., 2002. Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional), Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Penerbit Salemba Medika., 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.., 2008 Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika.., 2008, Metodelogi Penelitian Keperawatan, Jakarta : Penerbit Salemba Medika., 2009, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoadmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, Juni 2003 Pophal, L.G. (2008). Human Resources Book : Manajemen sumber daya manusia untuk bisnis. (Ed.1). Jakarta: Prenada Media.

Potter dan Perry., 2005. Fundamental of Nursing Concepts, Prosess and Practice.Edisi 4.Lois : Mosby year book Potter & Perry (2005). Fundamental of Nursing: Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta, Salemba Medika PPNI., 2002. Pedoman Umum Penyelengaraan Pendidikan Berkelanjutan Bagi Perawat, Jakarta: PPNI Pollit D. F. (2001) Nursing research principles and methods (edisi VIII). Philadelphia : Lippincott William & Wilkins. Rivai, V. (2003). Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Jakarta : Murai Kencana. Robbins, S. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi 10 Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Indeks Rudianti, Yulistiana. (2011). Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya. Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jakarta. www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak- 20282765.pdf Siagian, S.P., 2002. Teori dan Praktik Kepemimpinan, Cetakan Kelima, Jakarta : PT. Rineka Cipta Sitorus, Ratna Dr. (2006) Model Praktik Keperawatan di Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta Soeprihanto, J., 2000. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan, Edisi Pertama, Yokyakarta : BPFE Sofiana, NA dan Purbadi, D., 2006. Analisis Faktor Lingkungan dan Individu yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kinerja Sugiyono, 2005.Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta Suarli, S dan Bahtiar, Y. (2010). Manajemen Keperawatan dengan pendekatan praktis. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sumijatun, (2010). Konsep Dasar menuju Keperawatan Profesional.Trans Info Media. Jakarta Suparyanto, dr., M.Kes (2010). Kinerja / Job Performance 2 http://drsuparyanto.blogspot.sg/2010/10/kinerja-job-performance-2.html Suyanto. (2008). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jogjakarta : Mitra Cendkia Swanburg, R.C., 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC Wiyanti, P. (2009). Hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap A RSPAD Gatot Soebroto: Jakarta.