II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

2. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Pemikiran Teoritis Keuntungan Usahatani

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo,

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

IV. METODE PENELITIAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

Transkripsi:

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani di daerah penelitian, pola pengeluaran petani, luas lahan minimum yang diusahakan petani dan bagaimana tingkat kesejahteraan petani di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan di daerah penelitian sangat rendah dan bervariasi pada masing - masing strata, pada pola pengeluaran petani pengeluaran terbanyak digunakan pada kebutuhan makanan dan pada kebutuhan non makanan, pengeluaran terbanyak pada kebutuhan pendidikan. Luas lahan minimum yang harus diusahakan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya didaerah penelitian 0,66 Ha dan tingkat kesejahteraan petani belum terpenuhi. Penelitian Dharmawan (2013) yang berjudul Produktivitas Biaya, Pendapatan Usahatani Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Local di Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji besarnya produktivitas, biaya, dan pendapatan usahatani padi gogo beras merah varietas unggul local di Kabupaten Gunung Kidul. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produktivitas usahatani 3,1 ton/ha. Biaya usahatani Rp 4.125.480,59 /Ha dan pendapatan usahatani Rp 8.896.437,21/Ha serta nilai R/C ratio 3,16 (usahatani padi gogo merah efisien). Penelitian Saihani (2011) yang berjudul Analisis Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Padi Ciherang di Desa Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan petani padi ciherang di desa sungai durait tengah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai 1

2 Utara. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda. Hasil penelitian ini menujukan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari modal dan luas lahan terhadap pendapatan petani dan terhadap pengaruh tidak nyata dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan harga padi terhadap pendapatan. B. Tinjauan Pustaka Salah satu wilayah yang dikenal dengan lumbung berasnya adalah Kabupaten Klaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Klaten sebagai salah satu lumbung padi yang sangat terkenal di Indonesia. Tepatnya adalah wilayah di Kecamatan Delanggu dengan produknya yang sangat istimewa di hati masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah yaitu berupa beras delanggu. Beras delanggu merupakan beras yang sangat terkenal di Jawa Tengah sehingga masyarakat Jawa Tengah banyak yang mengonsumsi beras delanggu berbagai jenis mulai dari rojolele, menthik wangi, hingga menthik susu. Para petani khususnya di Kecamatan Delanggu pada waktu itu sangat makmur dan sejahtera karena hasil yang berlimpah akibat dari panen padi dan penjualan beras delanggu. Harga padi waktu pada waktu itu pun masih terbilang tinggi. Tetapi keadaan tersebut mulai berubah, sekarang pembangunan fisik berupa perumahan dan sarana prasarana kota lainnya mengancam kehidupan sejahtera para petani. Mereka seolah pasrah dengan keadaan bahwa banyak pengembang yang menjadikan lahan pertanian berupa sawah mereka ke dalam bentuk perumahan real estate. Tak dipungkiri bahwa pembangunan perumahan tersebut menjadikan lahan sawah berkurang, produksi menurun dan pendapatan ekonomi petani pun akan berkurang dengan menurunnya tingkat luas lahan. Kebutuhan untuk energi, air, dan tanah akan meningkat, menjadi lebih mahal, dan memerlukan solusi yang lebih imajinatif (The Economist, 2001). Penurunan luas lahan pertanian yang berdampak dengan menurunnya produksi dan pendapatan petani masyarakat Delanggu. Sehingga perlu adanya efesiensi dan

3 usahatani yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawah dikecamatan delanggu. Agribisnis merupakan segala aktivitas pertanian dari hulu sampai hilir. Perlu adanya analisis usahatani untuk mengolah kegiatan-kegiatan pada pertanian. Peran agribisnis bagi petani kecil adalah meningkatkan nilai tambah bagi hasil produksi pertanian (Stanton, 2000). Lahan mempunyai arti penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Fungsi lahan bagi masyarakat selain sebagi tempat tinggal juga sebagai sumber mata pencarian. Bagi petani, lahan merupakan sumber memproduksi makanan dan keberlangsungan hidup. Bagi pihak swasta, lahan merupakan asset untuk memutar modal. Bagi pemerintah, Lahan adalah kedaulatan suatu negara dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Kelembagaan lahan para petani dapat dibedakan atas petani pemilik, petani penyewa lahan, petani penyakap dan juga petani peminjam lahan kehutanan. Petani pemilik adalah petani yang memiliki tanah dan petani sendiri yang menggarapnya. Petani penyakap atau penggarap adalah petani yang mengusahakan tanah milik orang lain dengan system bagi hasil. Petani penyewa adalah petani yang mengusahakan tanah milik orang lain dengan cara menyewa karena tidak memiliki lahan sendiri. Kemiskinan merupakan merupakan suatu kondisi serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Terjadinya kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain yaitu tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis dan lainnya. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah. 1. Usahatani

4 Usahatani pada dasarnya merupakan suatu kegiatan manusia bekerja dengan alam menghasilkan makanan dan bahan mentah. Ada berbagai tingkat pada kegiatan semacam ini. Pada tingkat yang paling sederhana, manusia hanya memetik tanpa menanam sehingga peranan tenaga manusia sangat kecil sekedar untuk memanen. Pada tingkat yang lebih tinggi digunakan berbagai alat sederhana untuk mengolah tanah sampai traktor modern yang harus dibeli, mesin-mesin dan tenaga kerja manusia yang di upah (Widodo, 2008). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap usahatani dapat digolongkan dalam dua hal sebagai berikut: a. Faktor dari dalam (internal) usahatani. Faktor-faktor internal tersebut antara lain petani pengelola (individu petani), tanah tempat usahatani, tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani, modal yang digunakan dalam usahatani, kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah anggota keluarga. b. Faktor dari luar (eksternal) usahatani. Faktor-faktor eksternal tersebut antara lain tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek- aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan badan usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain), fasilitas kredit, dan sarana penyuluh bagi petani (Soetriono et al, 2006). Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, ketrampilan, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani tersebut melingkupi cara-cara petani untuk menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor- faktor produksi tersebut dapat selektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut dapat memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006). Usahatani merupakan suatu usaha yang cukup kompleks. Menurut Prasetya (1993), sebagai suatu perusahaan, supaya pengelolaan usahatani

5 dapat dikatakan berhasil maka usahatani tersebut secara minimal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar alat-alat yang diperlukan. b. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan yang dapat digunakan untuk membayar modal yang digunakan dalam usahatani tersebut, baik modal milik sendiri maupun modal yang dipinjamkan dari pihak lain. c. Usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dengan keluarganya yang digunakan dalam usahatani secara layak. d. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula (tetap produktif). e. Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer, untuk memperhitungkan penerimaan, biaya dan pendapatan. 2. Biaya dan Penerimaan Usahatani a. Biaya Usahatani Biaya menurut Prasetya (1993) adalah nilai dari suatu masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Menurut sifatnya, biaya usahatani digolongkan menjadi : 1) Biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa tanah, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki seperti bibit, pakan ternak, biaya pembelian sarana produksi, dan sebagainya. 2) Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan

6 Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya seperti pupuk, pakan ternak, upah tenaga luar keluarga, dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak dapat dibayarkan dapat berupa penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, dan penyusutan modal. 3) Biaya langsung dan biaya tidak langsung Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung digunakan dalam proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak, dan makanan tenaga kerja luar. Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung digunakan dalam proses produksi seperti penyusutan modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga Biaya produksi, menurut Soekartawi (1991) adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk, obat-obatan serta sejumlah tenaga kerja. Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang dipergunakan dalam usahatani meliputi : 1) Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan pengusaha dan upah tenaga kerja keluarga sendiri. 2) Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar ditambah dengan tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. 3) Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.

7 Biaya mengusahakan adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan selama proses produksi. Biaya ini berupa pengeluaran aktual untuk mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam usahatani seperti biaya pembelian sarana produksi. Biaya mengusahakan adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan selama proses produksi. Menurut Noorlatifah dan Hamdani (2012), biaya ekplisit yaitu pengeluaran-pengeluaran pihak produsen yang berupa pembayaran dengan uang untuk memperoleh faktor-faktor produksi, sedangkan biaya implisit yaitu taksiran pengeluaran atas faktor-faktor produksi yang dimiliki produsen itu sendiri, seperti pada modal sendiri yang digunakan, lahan yang dimiliki untuk kegunaan produksi dan sebagainya b. Penerimaan Usahatani Penerimaan atau pendapatan kotor adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari semua cabang usahatani dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali (Prasetya, 1993). Penerimaan usahatani menurut Prasetya (1993) dapat berujud 3 hal yaitu : 1) Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur, sayuran, dan buahbuahan sering dikonsumsi keluarga petani karena dibutuhkan. 2) Nilai dari keseluruhan produksi usahatani yang dijual baik dari hasil pertanaman, ternak, ikan, maupun produk lainnya. 3) Kenaikan nilai inventaris; nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani akan berubah-ubah setiap tahunnya, karena ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun perhitungan. Apabila terdapat kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani,

8 maka selisih antara nilai akhir tahun dari benda inventaris dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan dari usahatani. Menurut Suratiyah (2006), penerimaan adalah perkalian antara hasil produk yang terjual dengan harga tersebut. Pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Q x P Keterangan : TR = Total Revenue/ Total Peneriman (Rp) Q = Quantity /Hasil produksi (kg) P = Price/ Harga produk (Rp/kg) 3. Pendapatan Usahatani Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam pengelolaan usahatani, petani bertindak sebagai manajer, karyawan, dan investor, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tersebut. Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi dihitung dalam jangka waktu tertentu (Prasetya, 1993). Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Menurut Soekartawi (2001), Pendapatan usahatani diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Pd = TR TC

9 Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp) TR = Total Revenue/ Total Peneriman (Rp) 4. Efisiensi Usahatani Efisiensi ekonomi yaitu suatu usaha pertanian tersebut menghasilkan produksi yang maksimum dan nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan (Soekartawi, 1991). Usahatani yang baik adalah usahatani yang produktivitas dan efisiensi usaha taninya tinggi (majka et al, 2011). Efisiensi merupakan upaya penggunaan masukan yang sekecilkecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Keberhasilan proses produksi pada suatu usahatani dapat dilihat dari tingkat efisiensi yang dicapai sehingga akan diperoleh keuntungan yang maksimum. Menurut Winston et all (2000) tingkat efisiensi yang baik memiliki indikasi bahwa kegiatan usahatani mengeluarkan biaya produksi secara cermat. Konsep efisiensi dalam analisis banyak digunakan sebagai penetapan dalam pengambilan keputusan dalam usahatani sehubungan dengan pencapaian pendapatan dan keuntungan yang maksimum. Analisis efisiensi usahatani padi sawah dengan menggunakan Revenue Cost Ratio. R/C Ratio dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. (Soekartawi, 2006). Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : R Efisiensi usahatani ( R/C Ratio ) = C Keterangan : R : Revenue/ besarnya penerimaan (Rp) C : Cost/ besarnya biaya (Rp) Dari rumus yang tertera di atas didapatkan kriteria sebagai berikut: R/C > 1, berarti usahatani telah efisien

10 R/C = 1, berarti usahatani dalam kondisi titik impas/break even point R/C < 1, berarti usahatani tidak efisien. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Konsep biaya dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama proses produksi oleh petani dalam satu kali musim tanam yang terdiri dari biaya untuk sarana produksi yang meliputi biaya bibit atau benih, pupuk, obat kimia, biaya tenaga kerja luar, biaya tenaga kerja dalam dan biaya lain lain yang meliputi biaya selamatan, pajak tanah, biaya penyusutan dan transportasi. Penerimaan atau pendapatan kotor adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari semua cabang usahatani dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali. Setelah diketahui hasil produksi maka dikalikan dengan harga produk yaitu harga gabah padi. Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam pengelolaan usahatani, petani bertindak sebagai manajer, karyawan, dan investor, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tersebut. Efisiensi ekonomi yaitu suatu usaha pertanian tersebut menghasilkan produksi yang maksimum dan nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan (Soekartawi, 1991). Usahatani yang baik adalah usahatani yang produktivitas dan efisiensi usaha taninya tinggi (majka et al, 2011). Efisiensi merupakan upaya penggunaan masukan yang sekecilkecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya.

11 Biaya Mengusahakan Padi Sawah: 1. Biaya saprodi, yang meliputi: a. Biaya pembelian bibit atau benih b. Biaya pembelian pupuk c. Biaya pembelian obat kimia 2. Biaya tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam 3. Biaya lain-lain, yang meliputi: a. Biaya transportasi b. Pajak tanah c. Penyusutan d. IPAIR Usahatani Padi Sawah Produksi Padi sawah Penerimaan Padi Sawah Harga Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (R/C Rasio) Pendapatan Usahatani Padi Sawah R/C < 1 Tidak Layak R/C = 1 Titik Impas R/C > 1 Layak Rekomendasi Kebijakan Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Analisis Usahatani Padi Sawah

12 D. Hipotesis 1. Diduga penerimaan usahatani padi sawah di Kecamatan Delanggu lebih besar daripada biaya usahatani. 2. Diduga usahatani padi sawah di Kecamatan Delanggu telah efisien. E. Asumsi 1. Petani bertindak rasional dalam usahatani, artinya selalu berusaha memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. 2. Pengaruh variabel yang tidak diamati dianggap normal. F. Pembatasan Masalah 1. Petani padi sawah yang dimaksud adalah petani pemilik penggarap 2. Waktu Penelitian adalah 1 periode tanam yaitu bulan Desember 2014 - April 2015 G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Usahatani padi sawah adalah kegiatan dari petani dalam menghasilkan produk padi sawah secara monokultur dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi 2. Biaya adalah besarnya uang yang dikeluarkan petani dalam melakukan kegiatan usahatani dalam satu musim dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 3. Biaya mengusahakan adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama proses produksi oleh petani dalam satu musim tanam. Biaya mengusahakan dapat terdiri dari biaya saprodi (pembelian pupuk, benih atau bibit, obat kimia), biaya tenaga kerja luar,biaya tenaga kerja dalam dan biaya lain-lain (pajak tanah, selamatan, penyusutan dan biaya transportasi) yang dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 4. Tenaga kerja adalah tenaga luar keluarga yang mengusahakan usahatani padi sawah. Semua tenaga kerja dikonversikan kedalam tenaga kerja pria dan diukur dalam HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan

13 dinyatakan dalam rupiah (Rp/HKP), untuk konversi HKW= 0,8 HKP (Hernanto, 1991). 5. Penerimaan usahatani adalah nilai total produk yang diterima petani dalam satu musim tanam. Penerimaan ini diperoleh dari hasil kali antara harga produk padi sawah dengan jumlah produk padi sawah yang dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 6. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya eksplisit yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani padi sawah selama satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 7. Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya eksplisit dalam usahatani padi sawah dalam satu musim tanam dengan kriteria : a. R/C > 1, berarti usahatani telah efisien, b. R/C = 1, berarti usahatani dalam kondisi titik impas/break even point c. R/C < 1, berarti usahatani tidak efisien.

14