BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI DESAIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Yogyakarta Urban Kampung

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KONTUR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

lib.archiplan.ugm.ac.id

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Karena itu penduduk membudidayakan tanaman yang dianggap,mampu

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

1.5. Potensi Sumber Air Tawar

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

TESIS KAJIAN POLA PERILAKU DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DI KAMPUNG TEPI SUNGAI WINONGO

BAMBANG DJAU

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB III BAHAN DAN METODE

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

Ringkasan Materi Pelajaran

BAB. I PENDAHULUAN. lift, eskalator maupun lainnya. Di lingkungan masyarakat luar akses banyak sekali

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Putu Gde Ariastita, ST, MT

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

PETUNJUK TEKNIS PENENTUAN SUMBER AIR DAN JENIS IRIGASI SUPLEMENTER

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

ECHO Asia Notes, Issue 21 June 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangkit utama ekosistem flora dan fauna.

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

Kesimpulan dan Saran

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR, BAGAN DAN PETA...

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

Modul 10 Garis Kontur

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan industri juga makin meningkat. Perluasan lahan juga dilakukan dengan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI DESAIN 6.1. Kesimpulan Penelitian Pemanfaatan spasial bantaran Sungai Winongo memiliki ragam tipe yang berbeda beda, dimana dalam lingkup urban dipengaruhi oleh komponen spasialnya. Spasial yang sangat berperan, terutama pada lokasi bantaran sungai adalah tingkat kemiringan lahan dan luasan bantaran (baik luasan meter per segi maupun dimensi). Sehingga didapatkan pola pola potensi ruang (lahan pada bantaran) sebagai kegiatan urban farming yang nantinya dapat dimanfaatkan sesuai dengan atau lebih maksimal dari kondisi spasialnya. Dari 11 perpotongan sungai, serta bantaran dikanan kirinya berjumlah 22 sampel bantaran, tidak semua spasial memiliki nilai pemanfaatan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.terdapat faktor faktor penentu yang melatar belakangi keterkaitan antara nilai potensi spasial dengan nilai pemanfaatan. Jawaban dari pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut; 1. Bagaimana tipe pemanfaatan lahan sempit di bantaran sungai sebagai budi daya pertanian perkotaan yang dilakukan oleh masyarakat tepian Sungai Winongo? Tipe pemanfaatan spasial sebagai kegiatan budi daya diantaranya adalah a. Pemanfaatan sesuai dengan kondisi fisik potensi spasial di lapangan 18.18%, maksudnya adalah kriteria lahan dimanfaatkan sesuai dengan potensi pemanfaatan yang ditemui di lapangan. b. Pemanfaatan lebih dari kondisi fisik potensi spasial di lapangan 45.45%, maksudnya adalah semakin spasial memiliki tingkat kesulitan yang tinggi akan tetapi malah semakin dimanfaatkan. 149

c. Pemanfaatan kurang dari kondisi fisik potensi spasial di lapangan 36.36%, yang berarti kondisi fisik bantaran seharusnya sesuai untuk dimanfaatkan akan tetapi tidak maksimal atau bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali. Dari prosentase hasil di atas dapat diketahui bahwa pemanfaatan bantaran Sungai Winongo penggal utara sebagian besar direspon oleh masyarakat dengan dilakukannya kegiatan budidaya (urban farming). Pemanfaatan spasial sama bahkan lebih dari nilai potensi lebih dari setengah jumlah keseluruhan sampel, yang artinya suatu lahan dengan tingkat kesulitan untuk bertanam ternyata tetap dimanfaatkan. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa pemanfaatan kurang dari kondisi fisik spasial menempati kurang lebih sepertiga bagian dari jumlah keseluruhan sampel dikarenakan faktor faktor tertentu. 2. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan pemanfaatan ruang terbuka kecil di bantaran Sungai Winongo sebagai kegiatan urban farming sesuai dengan hasil tipologi pemanfaatan? a. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lebih dari kondisi fisik potensi spasial adalah adanya motivasi petani yang mendorong memanfaatkan lahan minim tersebut, diantaranya motivasi karena hobi, motivasi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan motivasi ekonomi (menanam untuk dijual). Masyarakat tepian sungai memanfaatkan bantaran sebagai kegiatan pertanian perkotaan tidak lepas dari faktor ketahanan pangan, meskipun sekedar hobi akan tetapi hasil panen tersebut dikonsumsi oleh pribadi dan masyarakat sekitar adapun hasil pertanian untuk dijual sebagai mata pencaharian sampingan. b. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan kurang dari kondisi fisik potensi spasial adalah ditinjau dari aspek spasial lahan berupa aspek topografi, aspek talud, aspek luasan dan aspek akses. Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat tepian Sungai Winongo memiliki kemampuan, kekreatifan dan respon yang besar dalam memanfaatkan 150

spasial terbatas yang berada di pinggir sungai, dengan berbagai tujuan diantaranya; sebagai penyaluran hobi bertanam, sebagai konsumsi kebutuhan pribadi dan untuk dijual. Respon urban farming oleh masyarakat tepian Sungai Winongo selain sebagai bentuk ketahan pangan juga sebagai bentuk nilai ekonomi. Adapun spasial yang tidak dimanfaatkan sebagai kegiatan budidaya, jika dilihat secara fisik lokasi perlunya memperhatikan aspek penentu (aspek topografi, aspek talud, aspek luasan dan aspek akses) agar memberikan solusi dalam memaksimalkan pemanfaatan lahan terbatas dengan kondisi yang minimal. 6.2. Rekomendasi Desain Rekomendasi desain tidak lepas dari hasil penelitian yang memaparkan mengenai kurang maksimalnya pemanfaatan dipengaruhi oleh aspek aspek yang terkait di dalamnya.arahan desain harus dapat mensolusikan penataan kawasan urban farming dari faktor yang melatar belakangi penghambat kurangnya potensi lahan. a. Aspek Topografi dan Aksesibilitas Kemiringan lahan dan akses sangat penting diperhatikan terkait dengan aktor atau petani sebagai pengguna lahan yang seharusnya dengan mudah dapat mengakses lahan tersebut.kemiringan spasial yang terlau terjal namun dimanfaatkan teraplikasi pada bantaran H, bantaran terjal tersebut diturap bertingkat dengan menyisakan lahan untuk budidaya.sama kasusnya dengan bantaran A, agar maksimal pemanfaatannya, aspek kemiringan lahan dapat diatasi dengan talud bertingkat yang menyisakan lahan datar untuk ditanami. Selain itu pada bantaran A juga kesulitan mengakses ke bantaran sebelahnya, yaitu dari bantaran A3 ke bantaran A1, oleh karena itu fasilitas penghubung spasial perlu diperhatikan, diantaranya tangga menuju ke sungai dan jembatan untuk menghubungkan bantaran di sebelahnya. 151

Gambar 6.1 Foto Kondisi Eksisting Bantaran A KondisiEksisting BantaranA (Sumber :Dokumen Peneliti, 2014) Gambar 6.2Rekomendasi Desain Bantaran A RekomendasiDesain BantaranA (Sumber :Dokumen Peneliti, 2016) b. Aspek Talud dan Luasan (Dimensi Lebar yang Sempit) Bagaimana memanfaatkan lahan yang sudah diturap (ditalud) yang sama sekali tidak menyisakan lahan menjadi lahan budidaya dapat diambil dari contoh kondisi lapangan di potongan bantaran J3 yang menggunakan media polybag untuk menanam. 152

Aspek luasan berkaitan erat dengan dimensi lahan sehingga pemanfaatan lahan dengan lebar yang minim membutuhkan media pertanian dan tanaman khusus, artinya yang dapat dibudidayakan dengan keterbatasan space tersebut. Rekomendasi desain aspek talud dan luasan ini, peneliti contohkan pada bantaran F3.Bantaran F3 memiliki lebar yang sangat minimal yaitu 50 cm dan tertutup oleh talud keseluruhan. Peneliti merekomendasikan pemanfaatan lahan dengan cara merambatkan tanaman; sebagai contoh tanaman markisa sebagai tanaman lokal masyarakat winongo yang sering ditemui untuk dibudidayakan. Gambar 6.3Foto Kondisi Eksisting Bantaran F3 (Sumber :Dokumen Peneliti, 2014) KondisiEksisting BantaranF3 Gambar 6.3Rekomendasi Desain Bantaran F3 (Sumber :Dokumen Peneliti, 2016) RekomendasiDesain BantaranF3 Rekomendasi pemanfatan lahan seperti di atas bukanlah satu satunya cara dalam memanfaatkan lahan terbatas, karna pada hasil survey lapangan bantaran J3 juga memanfaatkan perkerasan dengan media tanam polybag. 153

6.3. Saran Penelitian Pengambilan sampel bantaran diambil spot yang mewakili lokasi penelitian dengan perubahan spasial bantaran sungai dari yang terjal ke landai atau sebaliknya pada setiap segmentnya, yang mana mengacu pada data dari Bapeda. Sehingga kelemahan dari penelitian ini tidak semua spasial termanfaatkan. Ada kemungkinan dengan kriteria spasial yang sama, bisa terjadi pemanfaatan lebih maksimal ditinjau dalam kurun waktu mendatang. Penulis sarankan apabila dilakukan penelitian lanjutan, perlunya mengidentifikasi sample kawasan dengan variasi spasial yang lebih terinci dan sudah jelas spot tersebut dimanfaatkan. Meskipun tidak menutup kemungkinan sepanjang bantaran dengan kriteria spasial yang sama ternyata masih saja dengan pemanfaatan nol. Oleh karena itu perlunya membandingkan data sample demi mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid lagi. 154