"PRO-FISHTA" UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA LELE DESA SETONO KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

dokumen-dokumen yang mirip
Pemberdayaan Masyarakat Desa Wakah, Kecamatan Ngrambe melalui Pembuatan Pakan Lele Alternatif dari Ampas Tahu dan Probiotik

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

PENYULUHAN PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN SEBAGAI PAKAN LELE

FKIP, Universitas PGRI Madiun ; Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETERNAK LELE DESA TAMBAKMAS MELALUI BUDIDAYA CACING SUTERA (Tubifex sp) DENGAN SISTEM NAMPAN BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PELFEDUS (PELET LELE FESES WEDUS) SEBAGAI SOLUSI PAKAN LELE KAYA PROTEIN BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

IMPLEMENTASI MESIN PRODUKSI PAKAN LELE DUMBO PADA PETERNAK DI DESA ARJOWINANGUN KOTA MALANG

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah

Transkripsi:

"PRO-FISHTA" UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA LELE DESA SETONO KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI Klaudia Putri Nirmalasari 1), Anggun Karina Risti 2), Juwanita 3) 1 email : klaudia_putri@yahoo.co.id 2 email : karinaristi@ovi.com 3 email : Juwanita222@yahoo.co.id Abstrak Desa Setono memiliki 10 kelompok pembudidaya lele. Budidaya lele belum optimal terkendala harga pelet yang mahal. Akibatnya produktivitas lele menurun dan beberapa mengalami gulung tikar. Tim PKM-M memberikan inovasi pelatihan pembuatan "Pro-fishta" pelet ikan lele menggunakan campuran ampas tahu dan probiotik untuk merangsang pertumbuhan dan kekebalan lele. Hal ini didukung dengan adanya pembuangan limbah tahu dari home industry tahu di Desa Setono yang limbahnya mencemari lingkungan. Tujuan adanya pelatihan ini sebagai upaya pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan produktivitas budidaya lele, memanfaatkan limbah home industry tahu menjadi produk yang bermanfaat, serta membuat Pro-fishta untuk meningkatkan produktivitas ikan lele di Desa Setono. Pelatihan pembuatan "Profishta" dilakukan bulan Maret Mei 2014 dengan 3 kali pelatihan kepada seluruh kelompok pembudidaya ikan lele di Desa Setono. 2 kali peninjauan pada bulan Juni dan Juli untuk pembentukan dan pemantapan kelompok budidaya pelet Pro-fishta. Terbentuk 3 kelompok budidaya lele dan Home Industry. Pemasaran produk di daerah Ngawi, Jogorogo, Sine. Salah satu kelompok budidaya lele di Kabupaten Ngawi yang menggunakan pelet Pro-fishta yakni kelompok Mina Mandiri. Melalui program ini, tim PKM-M telah membantu memberikan pelatihan ketrampilan pengolahan limbah ampas tahu yang tidak bermanfaat menjadi produk olahan pelet yang bermanfaat khususnya untuk peningkatan produktivitas budidaya lele dan ekonomi masyarakat. Keywords : Pro-fhishta, Budidaya lele, Produktivitas lele 1. PENDAHULUAN Budidaya perikanan merupakan salah satu jenis usaha yang dikembangkan di masyarakat. Secara tidak langsung budidaya ini mampu memberikan aspek positif bagi peningkatan kualitas ekonomi dan kemandirian sosial ekonomi masyarakat apabila mampu dikelola dengan baik (Faridah, 2004: 34). Pada umumnya pembudidaya ikan saat ini masih bergantung pada pakan buatan pabrik berupa pelet yang dijual di pasaran (Jajasewaka, 1985: 29). Akan tetapi harga jual pelet ikan di pasaran masih cukup mahal, hal ini yang akan membuat laba yang dihasilkan sedikit dan memerlukan modal usaha yang tinggi. Selain itu pelet yang dijual di pasaran belum banyak dilengkapi dengan zat perangsang pertumbuhan ikan dan kekebalan tubuh ikan dari penyakit (Faridah, 2004: 300). Desa Setono merupakan salah satu desa di Kabupaten Ngawi yang memiliki 10 kelompok pembudidaya ikan lele. Selain itu terdapat 3 home industry tahu yang menghasilkan limbah berupa ampas tahu. Namun saat ini banyak pembudidaya lele gulung tikar dan menghentikan usahanya karena beberapa faktor eksternal maupun internal dalam usahanya. Salah satunya karena mahalnya harga pelet ikan. Pembudidaya ikan lele di Desa Setono masih menggunakan alat yang sederhana dengan sistem budidaya ikan yang belum terkonsep. Oleh karena itu perlu adanya inovasi peningkatan produktivitas dan optimalisasi 1

pembudidayaan perikanan lele di Desa Setono, Kecamatan Ngrambe kabupaten Ngawi. Salah satunya melalui pemberian pelatihan pembuatan Pro-fishta pelet ikan yang berasal dari bahan ampas tahu, bekatul, tepung ikan, dan probiotik. Pemanfaatan dan pengolahan limbah ampas tahu menjadi produk olahan pelet Pro-fishta merupakan salah satu program pengabdian masyarakat yang memiliki tujuan untuk (1) meningkatkan produktivitas pembudidayaan ikan lele di Desa Setono Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi (2) memanfaatkan limbah home industry tahu menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat Desa Setono Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi (3) membuat Pro-fishta pelet ikan campuran ampas tahu dan probiotik untuk meningkatkan produktivitas pembudidayaan ikan lele di Desa Setono Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Manfaat dari PKM-M ini mencakup berbagai pihak. Pembudidaya ikan dan masyarakat akan mendapatkan pengetahuan baru tentang pembuatan Pro-fishta pelet alternatif dari campuran ampas tahu dan probiotik sehingga dapat meningkatkan produktifitas pembudidayaan ikan dan peningkatan laba. Pengusaha home industry tahu juga dapat memanajemen limbahnya agar tidak mengganggu lingkungan dan dapat termanfaatkan dengan baik. Masyarakat juga dapat meningkatkan kemandirian sosial dan ekonominya. Pelet ikan lele merupakan makanan yang digunakan untuk konsumsi ikan lele yang memiliki kandungan kualitas protein yang tinggi dalam perbandingan optimal, sesuai dengan kebutuhan sintesis protein ikan (Harsono, 2009: 12). Pelet Pro-fishta menggunakan ampas tahu sebagai bahan utama pembuatannya dengan harga yang lebih murah, efisien, dan mengandung komposisi yang baik untuk pertumbuhan ikan lele. Diperkuat dengan pendapat Darijah dan Mujiman (2003: 123) yang menyatakan bahwa pelet ikan yang baik mengandung komposisi protein, lemak, mineral, dan vitamin. Komposisi tersebut bersumber dari bahan pembuat pelet berupa bekatul, tepung ikan, bungkil, tepung jagung, udang, minyak ikan dan suplemen lainnya (Darijah, 1998: 122). Pembuatan pelet secara mandiri mengurangi ketergantungan pembudidaya ikan lele terhadap pelet buatan. Pelet ikan buatan sendiri ini dapat menekan biaya produksi sehingga membantu mengoptimalkan kuantitas, kualitas dan harga jual ikan lele. Ikan lele memerlukan kombinasi seimbang 20 jenis asam amino esensial dan non-esensial utama yang menyusun protein. Pakan lele yang dibuat harus memiliki kandungan protein yang cukup agar dapat dimanfaatkan maksimal oleh tubuh ikan. Ampas tahu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pelet memiliki kandungan protein yang tinggi. Lebih tinggi daripada formula makro pakan ikan yang di standarkan yakni 4,0 kkal/g untuk protein 9,0 kkal/g untuk lemak dan 4,0 kkal/g untuk karbohidrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Shurtleff dan Aoyagi, 1979 pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kandungan Gizi Dalam Ampas Tahu Unsur Gizi Ampas Tahu Energi (kal) 393 Air (g) 4,9 Protein (g) 17,4 Lemak (g) 5,9 Karbohidrat (g) 67,5 Mineral (g) 4,3 Kalsium (g) 19 Fosfor (g) 29 Zat Besi (mg) 4 Vitamin B 0,2 (Sumber : Shurtleff dan Aoyagi, 1979) Terdapat beberapa keunggulan dari pembuatan pelet organik dari ampas tahu ini, diantaranya yakni : 1) harga menjadi lebih murah bila dibandingkan dengan harga yang kita beli di toko. 2) selalu dalam keadaan baru. 3) ikut membantu dalam mengurangi pencemaran akibat limbah home industry tahu. 2

2. METODE Tempat pelaksanaan pelatihan pembuatan pelet Pro-fishta di Desa Setono, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Observasi lapangan dimulai sejak bulan Februari 2014 untuk mengetahui gambaran umum kelompok budidaya lele dan permasalahan yang terdapat di Desa Setono. Aplikasi kegiatan pelatihan pembuatan pelet Pro-fishta dilakukan selama 3 bulan dari bulan Maret Mei 2014. Metode yang digunakan merupakan eksplorasi secara langsung yaitu mengadakan pelatihan langsung pembuatan pelet Pro-fishta kepada masyarakat Desa Setono dengan mengambil sampel 50 warga masyarakat menggunakan bahan pokok ampas tahu yang berasal dari Home Industry tahu di Desa Setono. Pengambilan data sebelum dan sesudah pelatihan melalui proses wawancara secara langsung kepada kelompok budidaya ikan lele di Desa Setono. Kegiatan pelatihan dilakukan selama 3 kali di balai Desa Setono. Pelatihan diawali dengan sosialisasi dan pengenalan pelet Pro-fishta melalui demo pembuatan Pro-fishta. Evaluasi dilakukan setiap pelatihan selesai dilakukan untuk mengetahui kekurangan selama diadakan pelatihan. Alat yang diperlukan untuk pembuatan pelet Pro-fishta diantaranya : baskom, ember, saringan, pengaduk, mixer, blender, pencetak pellet, dan terpal. Sedangkan bahan yang digunakan diantaranya yakni : bekatul 3 kg; ampas tahu 2,5 kg; tepung jagung 2 kg; tepung udang 0,75 kg; suplemen vitamin1 bungkus; EM-4 ¼ liter; minyak ikan 10 butir; air. Prosedur kerja pembuatan pelet Profishta dapat diamati pada Gambar 1 berikut (1) (2) (4) (5) (3) (6) Gambar 1. Prosedur Pembuatan Pelet Pro-fishta (1) mempersiapkan alat dan bahan (2) mengolah ampas tahu, mengurangi kadar air; (3) mencampur semua bahan hingga rata; (4) mencetak pelet; (5) hasil cetakan pelet dikeringkan; (6) packing hasil. Secara berkala pembuatan pelet Pro-fishta akan dikembangkan menjadi home industry bagi kelompok pembudidaya ikan lele maupun masyarakat pada umumnya di Desa Setono. Pelet Pro-fishta dapat digunakan untuk memenuhi suplly pakan lele bagi pembudidaya lele di Desa Setono khususnya. Peningkatan income masyarakat Desa Setono dapat dilakukan melalui distribusi produk Pro-fishta dalam skala yang lebih 3

besar untuk dipasarkan di luar daerah Desa Setono. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama kurun waktu ± 3 bulan (Maret Mei) tim PKM-M melakukan 3 kali pelatihan pembuatan pelet ikan lele Pro-fishta kepada seluruh kelompok pembudidaya ikan lele maupun masyarakat di Desa Setono. Antusiasme seluruh masyarakat khususnya pembudidaya lele dalam pelatihan pembuatan pelet ikan lele Pro-fishta sangat tinggi, terbukti dengan tingginya minat masyarakat pembudidaya lele khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mengikuti pelatihan walaupun tidak memiliki usaha budidaya ikan lele. Adanya respon dan pertanyaan mengenai pembuatan pelet ikan lele Profishta ketika pelatihan berlangsung membuat masyarakat semakin paham. Melalui program ini, tim PKM-M telah membantu memberikan pelatihan ketrampilan pengolahan limbah ampas tahu yang tidak bermanfaat menjadi suatu produk olahan pelet yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya untuk budidaya ikan lele. Evaluasi dilakukan setiap selesai pelatihan tujuannya untuk meningkatkan kualitas pelatihan dan produk yang dihasilkan. Seiring beberapa pelatihan yang diberikan juga mulai terlihat perkembangan ketrampilan dan kemandirian masyarakat pembudidaya lele untuk tidak mengalami ketergantungan pada produk pelet yang dijual di pasaran yang memiliki harga yang kurang ekonomis. Pemantapan kelompok budidaya pelet dan pembentukan Home Industry Pro-fishta untuk dipasarkan di luar Desa Setono dilakukan pada bulan Juni - Juli 2014. Terdapat 3 kelompok budidaya lele menggunakan pelet Pro-fishta di Desa Setono yang saat ini mulai menggunakan pelet Pro-fishta untuk budidaya peternakannya. Beberapa kelompok budidaya mulai mengembangkan usahanya menjadi Home Industry pelet Pro-fishta yang akan dipasarkan di dekitar daerah Setono, yakni Kabupaten Ngawi, Kecamatan Jogorogo, Kecamtan Sine. Pemasaran pelet Profishta dibantu oleh beberapa tengkulak dan distributor pasar yang mengambil produk pelet Pro-fishta. Salah satu kelompok budidaya lele di Kabupaten Ngawi yang menggunakan pelet Profishta yakni kelompok Mina Mandiri yang beralamat di Jl. Raden Saleh No. 10 Ngawi. Pelatihan pembuatan pelet Profishta di Desa Setono memiliki berbagai manfaat dalam bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat terbantu dengan adanya pembuatan pelet Pro-fishta yang memanfaatkan limbah ampas tahu yang belum terkelola dengan baik, sehingga pencemaran lingkungan di Desa Setono dapat diminimalkan. Kemanfaatan dari segi ekonomi pelet Pro-fishta membantu masyarakat khususnya pembudidaya lele untuk meningkatkan keuntungan. Melalui penggunaan pelet Pro-fishta secara langsung akan meminimalkan biaya pakan dan mengurangi tingkat kematian lele sehingga hasil panen yang di dapatkan juga lebih banyak. Selama 3 bulan pelatihan kelompok budidaya lele yang menggunakan pakan pelet Pro-fishta telah megalami 2 x panen yakni pada bulan April dan Juni. Bibit lele yang digunakan yakni 2000 bibit, dengan tingkat kematian yang terjadi berkisar 5 10%. Nilai kematian lele ini lebih rendah dari bulan-bulan sebelum menggunakan pelet Pro-fishta yakni 15 30% (Kelompok Budidaya Lele Setono, 2014). Hal ini karena di dalam pelet Pro-fishta yang terbuat dari ampas tahu dengan penambahan probiotik terdapat mikroorganisme yang menunjang ketahanan ikan lele terhadap kematian. Sehingga kekebalan ikan lele yang menggunakan pelet Pro-fishta lebih baik daripada jenis pakan pabrik lainnya. Hal ini diperkuat menurut pendapat Amiri (2003) yang menyatakan bahwa probiotik meningkatkan laju pertumbuhan, meningkatkan sistem imun dengan perubahan komunitas bakteri intestinalnya. Pemberian probiotik dalam pakan ternak secara tidak langsung 4

berfungsi sebagai pengganti antibiotik yang lebih ramah lingkungan. Sesuai dengan pendapat Endang (2013), bahwa penggunaan probiotik pada akuakultur merupakan antisipasi sebagai strategi yang paling baik untuk pencegahan infeksi mikroba dan untuk mengganti antibiotik dan khemoterapi. Berikut grafik rata-rata tingkat mortalitas ikan lele selama 2 x panen di Desa Setono dapat dilihat pada Gambar 2. 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 April Juni Bulan Panen Morta litas lele/ 2000 bibit Gambar 2. Tingkat Mortalitas Ikan Lele Selama 2 x Masa Panen Dengan Pakan Pelet Pro-fishta Menurunnya tingkat kematian ikan lele dan pertumbuhan yang optimal secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi pakannya. Kandungan di dalam pelet Pro-fishta yang berbahan dasar ampas tahu dengan kandungan protein sebesar (17,4 g), energi (393 kkal), lemak (5,9 g) serta beberapa vitamin lain menunjang pertumbuhan ikan lele lebih optimal. Kandungan energi dan karbohidrat yang tinggi memaksimalkan ikan lebih cepat kenyang, sehingga pemberian pakan lebih efisien. Penambahan probiotik dalam pakan yang mengandung mikroorganisme merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pakan. Mikroorganisme pengurai yang ada di dalam probiotik akan membantu proses peningkatan kecernaan pakan dengan proses penguraian yang dilakukan mikroba. Aktivitas bakterisidal melawan patogen ikan merupakan faktor yang paling menentukan pada penggunaan probiotik (Irianto, 2003). Melalui program ini, tim PKM-M telah membantu memberikan pelatihan ketrampilan pengolahan limbah ampas tahu yang tidak bermanfaat menjadi suatu produk olahan pelet yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya untuk budidaya ikan lele. Pelatihan ini merupakan inovasi baru sebagai wujud kepedulian dan pengabdian pada kondisi masyarakat di sekitar kita yang belum mampu mengolah limbah pabrik menjadi suatu produk yang bermanfaat dan bernilai jual. 4. Kesimpulan Pelatihan pembuatan pelet Profishta sebagai pakan alternatif untuk ikan lele di Desa Setono, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi dapat dilakukan dengan baik. Pembudidaya lele di Desa Setono mulai kembali merintis budidaya menggunakan pelet Pro-fishta yang lebih ekonomis dengan keuntungan yang meningkat dan tingkat kematian yang lebih rendah. Terbentuk 3 kelompok pembudidaya ikan lele menggunakan pelet Pro-fishta. Terbentuk Home Industry pelet Pro-fishta yang mulai dipasarkan di luar Desa Setono salah satunya di kelompok Mina Mandiri yang beralamat di Jl. Raden Saleh No. 10 Ngawi. 5. Ucapan Terimakasih Terimakasih untuk dosen pendamping Bapak Waskito Ardhi S.Pd., M.Pd yang telah memberikan bimbingannya. Ibu Wachidatul Linda Yuhanna, S.Pd., M.Si atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan. Institusi IKIP PGRI yang memberikan ijin penulisan PKM-M ini. Serta pihak-pihak lain yang membantu dalam penyelesaian PKM M. 5