PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Bab I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun Latar Belakang. B a b I P e n d a h u l u a n 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertimbangan yang mendasari terbitnya Undang-Undang Nomor 23

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 17 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

TENTANG. berdasarkan

KERANGKA ACUAN KERJA (K A K) PELAKSANAAN KEGIATAN (2017)

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

pelayanan umum, menumbuhkan daya saing daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

KATA PENGANTAR. Wonogiri, Februari 2016 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Transkripsi:

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN RESUME OLEH : YARYAR HIARUHU NPM.110140059 PROGRAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2012

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Proses pembangunan nasional yang berlangsung dewasa ini sedang mengalami proses penataan sistem demokrasi. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan menjadi sorotan yang tajam, terutama dalam aspek transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas. Dalam konteks ini, penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan pemerintahan menjadi suatu tuntutan utama, oleh karena masyarakat mulai kritis dalam mengawasi dan mengevaluasi pelayanan publik dari instansi pemerintah. Disisi lain, pengukuran keberhasilan maupun kegagalan instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara obyektif, disebabkan oleh karena belum diterapkannya sistem pengukuran kinerja, yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan secara obyektif dan terukur dari pelaksanaan program-program disuatu instansi pemerintah. Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang nomor 25 Tahun 1999. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif diperlukan pemikiran yang

dirancang sesuai Rencana Stratejik (Renstra), visi, misi, tujuan, sasaran, program dan kegiatan. Anggaran merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah seperti tersebut di atas didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran. Dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 19 (1) dan (2) menyebutkan bahwa, dalam rangka penyusunan RAPBD Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai untuk kesejahteraan rakyat. Undang-Undang tersebut menyiratkan bahwa penyusunan anggaran pemerintah baik pusat maupun daerah harus berdasarkan kinerja yang jelas yang dalam prakteknya dikenal dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) dengan tujuan utama agar setiap rupiah yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah dapat diukur kinerjanya yang pada akhirnya dapat meningkatkan capaian kinerja instansi pemerintah secara menyeluruh. Implementasi Undang-Undang tersebut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan lebih teknis lagi dijabarkan dalam Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang diubah kembali dalam Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah dimana prinsip-prinsip ABK diakomodir dalam Permendagri untuk efektivitas dan efisiensi anggaran. Prinsip-prinsip ABK yang diatur dalam Permendagri yaitu indicator meliputi input, output dan outcome berserta tolok ukur kinerjanya serta target kinerja yang dituangkan dengan data kuantitatif. Indikator kinerja yang diatur dalam Permendagri sebagai implementasi ABK yaitu indikator masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metodekerja, keluaran (output) yang dihasilkan, dan hasil (outcome) yaitu berfungsinya output sesuai target yang ditetapkan. Untuk dapat menyusun anggaran yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan diperlukan sumber daya manusia yang memahami Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri mengenai Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksaanaan Anggaran (DPA) untuk masa satu tahun anggaran. 2. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) Pemahaman pegawai BKD Kuningan menguasai Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah Permendagri No. 59 Tahun 2007 yang diubah lagi menjadi Permendagri No. 21 tahun 2011 tentang pengelolaan keuangan negara untuk menyusun anggaran yang sesuai peraturan perundang-undangan. 2) Pemahaman pegawai BKD Kuningan untuk menguasai ABK sehingga anggaran memiliki indikator kinerja yang jelas. 3) EfektifitasKebijakan Anggaran Berbasis Kinerja di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kuningan dalam capaian kinerja tahunan BKD.

II. LANDASAN TEORI Anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja artinya bahwa tian rupiah yang dikeluarkan adalah untuk kesejahteraan rakyat sehingga pelaporan kinerja merupakan salah syarat terwujudnya good governance pada organisasi pemerintah daerah. Untuk itu menurut Mardiasmo (2002:3) Anggaran Daerah adalah rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu, sedangkan Anggaran Kinerja menurut Vera Jasini Putri (2003:6) yang dikutip Raharjo Adisasmita (2011:27) adalah anggaran yang menghubungkan pengeluaran(output) dan hasil (outcome)yang diinginkan. Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, penetapan kinerja dan evaluasi kerja dari setiap program dan jenis kegiatan. Tingkat keluaran kegiatan yang direncanakan dan biaya satuan keluaran menjadi dasar bagi alokasi anggaran dan perkiraan maju pada program yang bersangkutan. Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besaran pendapatan dan pengeluaran, membantu dalam pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan. Anggaran juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk memotivasi pegawai dan sebagai alat koordinasi terhadap seluruh aktivitas dan kegiatan berbagai unit kerja perangkat daerah. Aspek utama dari budgeting reform adalah perubahan dari tradisional budget ke performance budget. Pergeseran kemudian mengarah kepada penerapan sistem anggaran performance budgeting yakni sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Hal ini merupakan bagian dari amanat pelaksanaan otonomi daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang

diubah kembali dalam Keputusan Menteri Nomor 59 tahun 2007 yang dirubah lagi dalam permendagri No. 21 tahuan 2011 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang mengatur mengenai sistem penganggaran yang berbasis kinerja yakni penganggaran program dan kegiatan pemerintah yang berorientasi kepada output yang sejauh mungkin dapat terukur. Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan di era otonomi ini antara lain transparansi, akuntabilitas dan value for money. Pengertian transparansi anggaran berarti keterbukaan dalam setiap proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan anggaran daerah, sehingga masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses penganggaran daerah karena menyangkut kepentingan, aspirasi dan upaya pemecahan permasalan yang mereka hadapi untuk memenuhi kebutuhannya. Tuntutan penyelenggaraan pemerintah yang baik di era otonomi mendorong pemerintah daerah berusaha mewujudkan sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik, lebih transparan dan akuntabel dari masa sebelumnya, Dalam kaitan tersebut kemudian berkembang berbagai usulan sebagai hasil analisis pada setiap tahapan siklus anggaran yang kesemuanya bertujuan agar pengelolaan keuangan negara dapat lebih dipertanggungjawabkan. Anggaran Daerah yang berorientasi pada kinerja pelaporannya merupakan salah satu syarat terwujudnya good governance pada organisasi pemerintah daerah. Untuk itu, Wholey (1999) yang dikutip Rahardjo Adisasmita (2011:78) mengatakan 3 tahapan kunci dalam penerapan anggaran berbasis kinerja yaitu: 1) Penetapan tujuan dan strategi

2) Implementasi sistem pengukuran kinerja 3) Pengguna informasi kinerja sebagai dasar pembuatan keputusan. Penetapan tujuan dan strategi, kinerja (performance) merupakan suatu istilah yang memiliki banyak pengertian. Oleh karena itu tujuan organisasi dan strategi untuk tercapainya merupakan tehap pertama yang harus dilakukan oleh manajemen anggaran kinerja untuk diterapkan secara efektif. Penetapan tujuan dan strategi pada dasarnya merupakan proses yang memerlukan kesepakatan antara pimpinnan dengan para steakholders. Tujuan yang disepakati akan jadi tolak ukur kinerja organisasi yang harus dicapai dalam periode tertentu hanya diukur berdasarkan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya, tetapi dapat juga diukur berdasar. Dengan penyusunan anggaran berbasis kinerja diharapkan rencana dan program-program pembangunan yang disusun dapat mengarah kepada : 1) Terwujudnya sasaran yang ditetapkan 2) Dicapainya hasil yang optimal dari setiap insvestasi yang dilakukan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik 3) Tercapainya efisiensi serta peningkatan produktifitas di dalam jasa untuk mewujudkan kesinambungan pembangunan dan kemandirian nasional 4) Mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan Penyusunan anggaran yang dikelola berdasarkan prinsip efisiensi harus dikelola menggunakan 3(tiga) azas dasar, yaitu : 1) Transparansi 2) Akuntabilitas, dan 3) Partisipatif Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan sebuah formula yang komprehensif dan terpadu dari berbagai sistem yang bertujuan agar

memudahkan dalam pelaksanaannya dan tidak menimbulkan multitafsir dalam penerapannya. memperhatikan Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan antara pendanaan dengan dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator, standar biaya dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan. Tingkat keluaran kegiatan yang direncanakan dan biaya setiap keluaran am menjadi dasar bagi alokasi anggaran dan perkiraan maju pada program yang bersangkutan. Tujuan Penganggaran menurut Dadang Solihin blog. Spot (2007) : 1) Meningkatkan kualitas pelayanan publik 2) Meningkatkan keterkaitan antara kebijakan,perencanaan dan pelaksanaan 3) Mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan program prioritas dan kegiatan pendukung. 4) Mengembangakan pengelolaan dan pengukuran kinerja. III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian dilaksanakan di Badan kepegawaian Daerah kabupaten Kuningan sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang mengelola seluruh aspek kepegawaaian di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan data dengan jumlah pegawai 63 orang, 5 bidang esselon 3 harus mengatur seluruh pegawai Kabupaten Kuningan yang berjumlah 15 296 orang. Diperlukan pemikiran yang menyeluruh untuk 35 SKPD, 32 kecamatan dan 16 kelurahan dan 360 Desa. Penelitian awal dimulai sejak Oktober 2011, dimulai dengan adanya Buku Perkiraan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dari Bappeda, banyak para pejabat struktural kurang memahami dengan jenis kegiatan untuk tahun anggaran 2012. Dengan jumlah pejabat struktural yang terdiri dari 5 esselon 3 dan 11 esselon 4 mengatur pegawai yang tersebar di 30 SKPD,

32 Kecamatan 6 kelurahan, 362 Desa, dari mulai rekruetment, penempatan, promosi, pengembangan karier hingga purna bhakti pegawai. Metode penelitan yang digunakan adalah metode kualitatif, melalui studi Kepustakaan, wawancara berpedoman, pengamatan dan dokumentasi. Untuk menghindari adanya bias pada hasil penelitian, maka dilakukan cross chekdengan metode triangulasi, yaitu data dikumpulkan melalui sumber majemuk dari wawancara, pengamatan dan analisa dokumen. IV. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian setelah lahirnya kebijakan ABK 10 tahun yang lalu sampai sekarang belum sepenuhnya diterapkan karena perencanaan anggaran hanya difahami oleh kasubag program, kasubag keuangan dan kasubag tertentu karena setiap koreksi apalagi kalau sudah dikaitkan dengan permendagri No. 13 tahun 2006 yang kemudian mengalami perubahan permen 59 tahun 2007 yang diubah demi penyempurnaan lagi menjadi permendagri No. 21 tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan Negara. Kondisi ini semakin sulit karena kurangnya sosialisasi di level esselon 2 dan 3, maka level bawahnya akhirnya kurang berusaha untuk mencari tahu, karena menganggap sudah ada bagian yang mengurusnya atau manguasainya. V. SARAN 1. Sosialisasi dan pelatihan kebijakan perencanaan dan keuangan senantiasa dimasukkan dalam kurikulum kegiatan diklat sebagai muatan local yang sangat penting untuk meningkatkan kapasitas PNS dalam pemahaman anggaran berbasis kinerja. 2. Dalam memperkecil faktor kekurang fahaman dengan sosialisasi mengenai pemahaman anggaran berbasis kinerja dalam setiap proses perencanaan seperti musrenbang, asistensi rencana anggaran kerja (RKA)

untuk lebih efekif dalam setiap pemberiaan pemahaman kepada aparatur PNS dari berbagai tingkatan. 3. Untuk meningkatkan capaian kinerja BKD Kabupaten Kuningan kiranya perlu dilaksanakan sebagai berikut : a) Setiap proses perencanaan dibicarakan bersama agar disamping menyamakan persepsi juga untuk saling mendukung dalam tiap program dan kegiatan, sehingga pelaksanaan dan target sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peetapan kinerja. b) Pejabat-pejabat lebih cepat menyesuaikan diri dengan memahami tugas pokok dan fungsinya agar bias terus mengadakan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan dalam upaya capaian program yang lebih efektif terhadap kebutuhan perbaikan aparatur PNS sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman.