1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat membutuhkan transportasi udara sebagai media perpindahan barang, orang dan jasa yang cepat dan murah, terbukti dengan adanya 233 lapangan udara (bandara udara, aerodrome, perintis ) serta diikuti dengan pertumbuhan transportasi udara sebesar 3 7 % per tahun di Indonesia. Untuk tercapainya prinsip prinsip utama transportasi udara berupa keselamatan, kompabilitas antar daerah, efisiensi, ramah lingkungan dibutuhkan suatu perubahan teknologi pengelolaan ruang udara. Perubahan teknologi pengelolaan ruang udara telah ditetapkan secara internasional. International Civil Aviation Organization (ICAO), badan internasional yang bertanggung jawab dalam bidang transportasi udara, telah menetapkan standar internasional sistem transportasi udara yang mencakup seluruh aspek transportasi udara. Salah satu perubahan sistem transportasi udara yang ditetapkan ICAO adalah sistem komunikasi transportasi udara sebagai suatu standar internasional sistem komunikasi penerbangan. Standar baru sistem komunikasi yang ditetapkan ICAO adalah penggunaan teknologi data link dan Aeronautical Telecommunication Network (ATN) sebagai sarana komunikasi transportasi udara yang direncanakan dipakai oleh seluruh transportasi udara di dunia.
2 Data link yang digunakan berdasarkan standar ICAO terdiri dari beberapa model yaitu VHF Digtital Link (VDL) Mode 2, VDL Mode 3, VDL Mode 4. Standar standar data link yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan transportasi udara negara yang bersangkutan, ICAO hanya memberikan standar internasional yang kemudian dikembangkan oleh masing masing negara sesuai dengan topologi masing masing negara. Perubahan pada ATN yang ditetapkan ICAO sebagai standar baru sistem komunikasi penerbangan internasional adalah penambahan AFTN, IPv6 Based Network, ATN router. Indonesia yang sebagian wilayah berupa laut tanpa implementasi ATN, wilayah udara Indonesia dikendalikan oleh negara lain menyebabkan masalah kedaulatan dalam pengelolaan ruang udara Indonesia. Sistem komunikasi transportasi udara di Indonesia masih menggunakan sistem komunikasi analog berupa suara sebagai media komunikasi antara ground station dengan pesawat. Sistem komunikasi menggunakan suara memiliki banyak gangguan atau interferensi yang dapat mengakibatkan miskomunikasi antara ground station dengan pesawat maupun sebaliknya. Untuk mengurangi tingkat miskomunikasi antara ground station dengan pesawat terbang, maka dibutuhkan suatu sistem komunikasi menggunakan data link yang telah ditetapkan ICAO sebagai suatu standar sistem komunikasi internasional. Peran data link pada transportasi udara adalah menggantikan sistem komunikasi tradisional berupa suara (voice) dengan suatu sistem komunikasi yang berbasis pada paket data. Pertukaran data yang berupa paket data antara ground station dengan pesawat dapat mengurangi miskomunikasi.
3 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai lembaga riset teknologi negara mempunyai Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) yang dalam hal untuk bekerja sama dengan Departemen Perhubungan (DepHub), bertanggung jawab sebagai pengkaji standar komunikasi yang ditetapkan ICAO yang digunakan pada wilayah udara Indonesia. Salah satu data link yang dikaji oleh PTIK, BPPT adalah VDL Mode 2, yaitu salah satu model standar yang ditetapkan ICAO. Saat ini pengkajian VDL Mode 2 digunakan untuk simulasi dan analisis penerapan sistem komunikasi penerbangan di Indonesia, untuk kedepannya PTIK, BPPT akan melakukan analisis dan simulasi seluruh standar data link yang ditetapkan oleh ICAO. Dari hasil analisis yang dilakukan, akan ditetapkan data link yang cocok digunakan di Indonesia yang sebagian luas wilayahnya berupa lautan. Untuk membantu BPPT dalam menerapkan sistem komunikasi transportasi udara maka pada skripsi ini akan dilakukan analisis dan simulasi pada data link VDL Mode 2 sebagai standar yang digunakan sistem komunikasi transportasi udara internasional. Hasil analisis dan simulasi sistem VDL Mode 2 ini diharapkan dapat membantu BPPT dalam menentukan data link yang tepat digunakan di Indonesia. 1.2 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup atau batasan batasan mengenai sistem yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
4 1. Sistem komunikasi penerbangan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penerbangan yang beroperasi di wilayah Indonesia atau melalui wilayah Indonesia. 2. Sistem komunikasi penerbangan dibuat sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan ICAO yaitu VDL Mode 2. 3. Sistem dibuat berdasarkan pada Manual VDL Mode 2 ICAO. 4. Model VDL Mode 2 dirancang dengan menggunakan simulator OPNET modeler yang difokuskan pada network domain, node domain, process domain. 5. Sistem yang di rancang pada OPNET Modeler meliputi model node domain VDL Mode 2 dan model proses Media Access Control (MAC). 6. Hasil simulasi VDL Mode 2 pada OPNET Modeler akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan. 7. Analisis dari hasil simulasi VDL Mode 2 pada OPNET Modeler berupa delay yang meliputi uplink dan downlink. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat sistem komunikasi penerbangan yang dibuat adalah : 1. Merancang arsitektur VDL Mode 2 pada network simulator OPNET Modeler dimana node domain yang dirancang dapat dikembangkan lebih lanjut. 2. Memberikan suatu model simulasi VDL Mode 2 sehingga dapat dilakukan simulasi menggunakan komputer tanpa harus melakukan percobaan di lapangan secara langsung. 3. Melakukan analisis VDL Mode 2 pada simulator OPNET Modeler.
5 4. Hasil analisis VDL Mode 2 pada simulator OPNET Modeler dijadikan sebagai dasar penetapan mode VDL yang akan digunakan. 5. Menyesuaikan sistem komunikasi penerbangan di Indonesia dengan standar baru yang berlaku pada sistem komunikasi penerbangan internasional. 6. Meningkatkan kualitas keakuratan data dalam komunikasi antara pesawat terbang dengan ground station. 7. Meningkatkan tingkat keselamatan transportasi udara dengan adanya komunikasi yang baik antara pesawat terbang dengan ground station. 1.4 Metodologi Dalam mengembangkan sistem yang akan dibuat, harus melalui beberapa proses agar sistem yang dibuat tepat sasaran dan bermanfaat bagi BPPT, yang secara tidak langsung berpengaruh pada Departemen Perhubungan sehingga diperlukan pemakaian beberapa metodologi antara lain: 1. Metodologi survei sistem yang sedang berjalan Untuk memulai pegembangan sistem yang akan dibuat, harus terlebih dahulu melakukan survei pada BPPT untuk mengetahui sistem yang sedang berjalan, kendala kendala yang dihadapi, serta mencari data data yang berhubungan dengan sistem yang akan dibuat dalam pengadaan sistem jaringan komunikasi pesawat terbang baru. Survei ini bertujuan untuk memberikan dasar terhadap apa yang harus dikembangkan.
6 2. Metodologi analisis sistem komunikasi yang sedang dipakai Data data yang diperoleh dari hasil survei sistem yang sedang berjalan, akan diketahui kendala kendala yang dihadapi. Data data hasil survei akan dianalisis lebih lanjut dan dijadikan sebagai dasar pembuatan sistem komunikasi penerbangan yang baru. Hasil analisis akan dikonfirmasikan kepada pihak BPPT sebagai badan yang bertanggung jawab terhadap kajian pengadaan sistem komunikasi penerbangan yang baru. 3. Metodologi perancangan sistem Hasil dari survei dan analisis akan dijadikan sebagai dasar pembuatan sistem komunikasi penerbangan. Proses perancangan sistem harus berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan agar sistem yang akan dibuat dapat berguna bagi BPPT sebagai bahan pertimbangan pengadaan sistem komunikasi penerbangan baru. Perancangan sistem dilakukan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh BPPT. 4. Metodologi simulasi sistem Sebelum sistem digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan simulasi dengan menggunakan suatu program yang memungkinkan uji coba sistem yang telah dibuat. Uji coba ini memastikan sistem yang dibuat telah sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dapat diterapkan dan diimplementasikan. Dari hasil simulasi dapat dilihat rincian sistem komunikasi yang dipakai.
7 1.5 Sistematika Penulisan 1.5.1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1 dijelaskan tentang latar belakang sistem komunikasi penerbangan yang akan dikembangan serta batasan batasan sistem komunikasi penerbangan yang sesuai standar internasional. Dalam bab ini juga dikemukakan tujuan dan manfaat serta proses proses dalam pengembangan sistem komunikasi penerbangan yang akan diterapkan pada sistem penerbangan Indonesia. 1.5.2 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dijelaskan teori teori pendukung dalam pembuatan sistem komunikasi penerbangan yang berdasarkan standar internasional. Pada bab ini juga berisi masukan masukan yang penting guna menciptakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Pada bagian ini juga tercantum data data yang diperlukan sebagai acuan pembuatan sistem komunikasi penerbangan yang sesuai dengan standar. 1.5.3 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN Pada bab 3 akan dijelaskan mengenai sejarah dan struktur organisasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), analisis sistem yang sedang berjalan, permasalahan yang dihadapi perusahaan pada sistem yang sedang berjalan, dan usulan pemecahan masalah terhadap sistem yang sedang berjalan.
8 1.5.4 BAB 4 PERANCANGAN DAN HASIL ANALISIS Pada bab 4 akan dijelaskan lebih detail mengenai perancangan sistem komunikasi VDL Mode 2 dan hasil analisis dari simulasi perancangan sistem VDL Mode 2 terhadap lalu lintas data antara pesawat terbang dan ground station. 1.5.5 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir ini akan diberikan simpulan tentang sistem komunikasi penerbangan yang dilengkapi dengan data hasil simulasi sistem yang dibuat. Dari hasil analisis simulasi yang dilakukan maka akan dapat diberi kesimpulan layak atau tidak sistem ini diimplementasikan pada sistem komunikasi transportasi udara di Indonesia. Akhir dari bagian ini juga memberikan masukan masukan atau saran saran kepada pihak yang bertanggung jawab atas pengadaan sistem komunikasi penerbangan sebagai acuan pada pengembangan sistem komunikasi penerbangan yang sesuai dengan standar internasional pada masa yang akan datang.