BAB 1 PENDAHULUAN. biaya investasi yang dikeluarkan dalam pengembangan SI/TI, semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. permasalahan yang diambil dalam penelitian. Pada bagian ini juga dijelaskan alat dan

PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DATABASE ONLINE BaLIS ONLINE INSPEKSI (INSPEKTUR)

PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DATABASE ONLINE BaLIS INSPEKSI ONLINE 2.0 (PENGGUNA)

NAMA, KELAS, DAN NILAI JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. 1 Kepala BAPETEN 17-2 Sekretaris Utama 16 4.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA NEGARA. No.83, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Nuklir. Inspektur. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. tersebut antara lain adalah hardware, operator, software, lingkungan fisik dan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG NAMA DAN KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODOLOGI. Dalam studi kasus perencanaan strategis sistem informasi di Direktorat Perijinan

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION

2016, No derizinan Petugas Fasilitas Radiasi Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Nuklir Nomor 7 Tahun 2016 tentang

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

LAPORAN KINERJA DEPUTI PERIZINAN DAN INSPEKSI TAHUN 2015

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan

PERAN DAN FUNGSI BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

LAKIP TAHUN 2012 Laporan Akuntabilita s Kinerja Pemerintah DEPUTI PKN - BAPETEN

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

PERAN DAN FUNGSI BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No

FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEKOMISIONING. A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekomisioning URAIAN INSTALASI

Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat 10120, Telp. (+62-21) , , Fax. (+62-21) Po.Box Jkt Perijinan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

2017, No Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Kekhususan komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2010/2011

Terms of Reference (TOR) KONFERENSI INFORMASI PENGAWASAN

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perkembangan dunia usaha yang sangat cepat.

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan teknologi menyebabkan semakin ketatnya persaingan di dunia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

bahwa dalam rangka melaksanakan pelayanan publik yang berasaskan kecepatan, kemudahan, dan

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

- 1 - RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BAB 1. PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

GAMBARAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasi sistem informasi, banyak hal-hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang teknologi sistem informasi dan manajemen. Dua ilmu yang

PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN INSPEKSI DALAM PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

IMPLEMENTASI SMK3 di KRT-LPNK. Oleh: Dr. Ir. Anny Sulaswatty, M.Eng Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Riset dan Teknologi

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

( ) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BAPETEN. Tingkat penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. diidentifikasi, hal ini karena pengembangan teknologi informasi yang biasanya menyita

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 5 - INDIKATOR KINERJA UTAMA BAPETEN

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan (uneffective, tidak efektif) dan tidak hemat (inefficient, tidak efisien)

sesuai dengan jenis permohonan. 8. BAPETEN melakukan penilaian dokumen elektronik permohonan persetujuan

PENGAWASAN & SINERGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STANDAR PELAYANAN PELATIHAN PPR INDUSTRI TK. 1, TK.2 DAN MEDIK TK.1 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PENINGKATAN EFEKTIVITAS INSPEKSI TERHADAP PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK KEGIATAN WELL LOGGING

Revisi ke : 03 Tanggal : 12 Agustus 2014

LAPORAN PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TRIWULAN IV TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan (trading). Tanpa teknologi

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2012

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK OPERASIONAL. Cara Mendapatkan Akun Balis. Cara Pengajuan Permohonan Izin. Cara Pengajuan Permohonan Persetujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi memberikan pengaruh terhadap

RENCANA STRATEGIS DEPUTI PERIJINAN DAN INSPEKSI BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Revisi 2

BAB 1 PENDAHULUAN. promosi besar-besaran untuk menciptakan brand image, dan perluasan pangsa pasar saja

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

KEPUTUSAN KEPALABADANPENGAWASTENAGA NUKLIR NOMOR 1149 TENTANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak komputer dan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) memegang peranan penting dalam dunia bisnis. Hal ini merubah pemikiran para pemilik maupun pengelola bisnis di kalangan swasta maupun pemerintah, dengan mengalokasikan sebagian anggaran biaya untuk mengembangkan SI/TI. Tingginya biaya investasi yang dikeluarkan dalam pengembangan SI/TI, semakin memperjelas peranan SI/TI dalam mendukung aktivitas bisnis organisasi terasa semakin meluas. SI/TI tidak hanya memberikan peningkatan dalam kinerja organisasi saja, melainkan juga sebagai pemberdaya dalam menjalankan proses bisnisnya guna mencapai tujuan bisnisnya. Melihat pemanfaatan SI/TI tersebut, maka Pemerintah sebagai suatu organisasi yang berorientasi pada pelayanan, perlu mengoptimalkan pemanfaatan SI/TI dalam mendukung pencapaian tujuan nasional. Pelayanan pemerintah yang birokratis dan terkesan kaku dieliminir melalui pemanfaatan teknologi informasi menjadi lebih fleksibel, dan lebih berorientasi pada kepuasan pengguna. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) adalah Lembaga Pemerintah non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BAPETEN merupakan lembaga dibawah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) didirikan pada tanggal 8 Mei 1998 dan bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan, perizinan dan inspeksi sesuai dengan peraturan 1

2 perundangan yang berlaku. BAPETEN baru beroperasi secara penuh pada awal tahun 1999, berkantor di Jalan MH. Thamrin, Jakarta dan masih menyewa. Baru pada bulan Juli 2004 BAPETEN memiliki gedung sendiri sebagai perkantoran di Jalan Gajah Mada No. 8, Jakarta sampai sekarang. BAPETEN sudah mengembangkan SI/TI dan menerapakannya guna mendukung kegiatan bisnisnya. Salah satu SI/TI yang dibangun oleh BAPETEN adalah BAPETEN Licensing and Inspection System (B@LIS). BAPETEN Licensing and Inspection System (B@LIS) merupakan sistem informasi manajemen pendukung pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir berbasis web dalam jaringan intranet/internet yang terintegrasi dari 2 (dua) Modul utama yaitu Modul Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (FRZR) dan Modul Inspeksi Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (FRZR), dengan beberapa Modul pendukung lainnya. Penggunaan sistem ini ditujukan untuk beberapa pengguna, seperti para pemegang izin dan pemohon izin pemanfaatan radiasi, staf Direktorat Perizinan FRZR (DPFRZR), para inspektur, staf Direktorat Inspeksi FRZR (DIFRZR), dan staf Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DIIBN). Modul Perizinan B@LIS merupakan salah satu modul utama pada SI/TI B@LIS yang terintegrasi dengan modul utama yaitu Modul Inspeksi Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (FRZR) dan 3 (tiga) modul pendukung meliputi Modul Pekerja Radiasi, Modul Catatan Dosis dan Modul Bendahara PNBP. Pengembangan modul ini untuk membantu mencapai tujuan penyelenggaraan perizinan yang merupakan bisnis proses utama pada BAPETEN. Hal itu meliputi pencapaian dalam melaksanakan tugas pengawasan pemanfaatan sumber radiasi pengion dan pelayanan prima kepada masyarakat.

3 Setelah melakukan pembangunan B@LIS terutama Modul Perizinan B@LIS untuk Direktorat Perizinan FRZR (DPFRZR) yang menghabiskan anggaran biaya yang tidak sedikit, diharapkan proses bisnis di DPFRZR menjadi lebih baik dan sistem ini dapat membantu mempercepat proses pelayanan perizinan yang bersifat fixed, sequential, dan memiliki beban kerja (workload) tinggi. Akan tetapi belum adanya pengukuran secara ekonomi yang dapat menggambarkan seberapa besar manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan adanya sistem ini. Pengukuran ekonomi ini dilihat berdasarkan biaya dan manfaat yang didapat dari investasi terhadap Modul Perizinan B@LIS. Dengan menggunakan metode Information economics (IE) maka Modul Perizinan B@LIS di BAPETEN dapat di analisis apakah biaya investasi yang telah dikeluarkan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan SI/TI tersebut sebanding dengan manfaat yang didapat. 1.2 Identifikasi Masalah Setiap investasi teknologi informasi pada suatu perusahaan tentunya memungkinkan timbulnya beberapa masalah dalam penerapannya. Untuk itu dalam penulisan skripsi ini diteliti beberapa masalah, antara lain : 1. Perhitungan biaya keseluruhan dalam implementasi Modul Perizinan BAPETEN Licensing and Inspection System (B@LIS) 2. Seberapa besar manfaat yang di peroleh dari pengimplementasian Modul Perizinan BAPETEN Licensing and Inspection System (B@LIS). 3. Jika investasi yang dilakukan sudah tepat, seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh oleh BAPETEN.

4 1.3 Ruang Lingkup Dalam penyusunan skripsi ini, terdapat pembatasan ruang lingkup agar pembahasan tidak keluar dan menyimpang dari topik yang telah ditentukan, diantaranya adalah : 1. Analisis kelayakan investasi Modul Perizinan BAPETEN Licensing and Inspection System (B@LIS) yang telah diimplementasikan di BAPETEN dan akan di analisis berdasarkan analisis biaya dan manfaat. 2. Penelitian hanya dilakukan terhadap Modul Perizinan dari BAPETEN Licensing and Inspection System (B@LIS) yang digunakan Direktorat Perizinan FRZR (DPFRZR). 3. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode information economics. 4. Penelitian tidak bertujuan untuk merancang dan mengajukan konsep atau aplikasi yang baik, melainkan hanya menganalisis seberapa besar manfaat pengimplementasian Modul Perizinan B@LIS di BAPETEN. 5. Penelitian tidak dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dan arsitektur dari B@LIS. 1.4 Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah: 1. Mengukur manfaat investasi implementasi sistem yang telah diimplementasikan di BAPETEN.

5 2. Menganalisis seberapa besar kelayakan investasi Modul Perizinan pada B@LIS yang telah berjalan di BAPETEN dengan metode information economic. Manfaat yang diperoleh BAPETEN dan pembaca dari analisis ini antara lain : 1. Mengetahui apakah implementasi Modul Perizinan B@LIS layak sebagai investasi di BAPETEN 2. BAPETEN dapat menggunakan informasi mengenai biaya dan manfaat yang telah diperoleh untuk mengevaluasi dan mengambil tindakan selanjutnya yang terkait dengan pengembangan Modul Perizinan pada B@LIS selanjutnya. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari sisi akademis adalah penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan. 1.5 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian mengenai analisis biaya dan manfaat Modul Perizinan pada B@LIS di BAPETEN adalah sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data Dalam metode ini dilakukan pengumpulan data dan informasi dari objek penelitian secara langsung untuk mendapatkan data primer dan data pendukung yang berguna untuk mendukung data-data yang dikumpulkan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini yaitu: a. Wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan, pengelolaan, dan pengoperasian Modul Perizinan pada B@LIS, b. Observasi terhadap Modul Perizinan pada B@LIS sedang berjalan,

6 c. Kuesioner untuk mendapatkan informasi dari segi domain bisnis dan teknologi. 2. Metode Analisis Data Untuk menganalisis lebih lanjut data yang terkumpul, dilakukan dengan menggunakan konsep dan langkah analisis metode information economics. 3. Metode Studi Kepustakaan Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber pustaka atau literatur-literatur seperti buku, artikel, internet, jurnal serta sumber bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis data. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika dalam pembahasan skripsi ini diklasifikasikan dalam lima bab yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas secara singkat mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai, metodologi yang digunakan, dan sistematika penulisan. BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori dasar/umum seperti information economics dan teori-teori pendukungnya. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum, struktur organisasi, dan proses bisnis dari perusahaan yang dijadikan obyek penelitian yaitu

7 BAPETEN. Selain itu, juga dijelaskan secara khusus mengenai Modul Perizinan pada B@LIS. Pada bab ini juga dilakukan analisis biaya dan manfaat serta kelayakan investasi dengan menggunakan metode information economics. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai hasil yang didapat dari penelitianpenelitian sesuai dengan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan ditentukan nilai akhir dan predikat dari kelayakan investasi Modul Perizinan pada B@LIS di BAPETEN. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan simpulan yang merupakan rumusan dari hasil analisis penelitian dan pembahasan bab bab sebelumnya. Dari simpulan tersebut akan dihasilkan saran saran yang dapat dipergunakan untuk pengembangan implementasi selanjutnya yang akan dihadapi lembaga pemerintahan.