BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

: Kasar pada sebelah bawah daun

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG

II. LANDASAN TEORI A.

II. TINJAUAN PUSTAKA

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE

Lampiran I. Lay Out Peneltian

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

TINJAUAN PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN PETANI PADI SAWAH DI WKPP SEI BERAS SEKATA, KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHATANI DAN KLASIFIKASI USAHATANI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

INOVASI TEKNOLOGI Menduku. Swasembada PADI, Jagung Dan Kedelai Di Provinsi Bengkulu

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5

PENDAHULUAN Latar Belakang

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. kelas Monocotyledonae, ordo Poales dengan famili Graminae dengan genus

III KERANGKA PEMIKIRAN

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

Kata kunci: Varietas Unggul Baru (VUB), Inpari, produksi dan adopsi petani

Transkripsi:

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Penyuluhan Program penyuluhan merupakan hasil dari berbagai langkah yang harus dipahami dan dilaksanakan secara logis. Langkah-langkah perencanaan program penyuluhan pertanian tersebut adalah : Langkah I : Tujuan, Kebijaksanaan dan Prosedur Jika secara administratif, kegiatan penyuluhan telah ditetapkan pada suatu daerah, maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Tetapkan wilayah kerja penyuluhan. 2. Tentukan tujuan yang ingin dicapai. 3. Aturlah agar setiap petugas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyuluhan di dalam suatu organisasi dapat mengetahuinya. 4. Jelaskan kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi yang akan melaksanakan penyuluhan. 5. Susun bagan sistem dan prosedur yang harus diikuti oleh para staf. Untuk mengetahui hal-hal seperti tersebut di atas, dapat dilakukan dengan mempublikasikan suatu buku pedoman yang diperuntukan bagi semua penyuluh pada waktu dilakukan latihan atau suatu lokakarya atau rapat kerja.

Langkah II: Kumpulkan Informasi Yang Melatar-belakangi Program Penyuluhan Pengumpulan informasi yang melatar-belakangi program penyuluhan yang akan dilaksanakan, dapat dilakukan melalui pertemuan umum, kunjungan kepada tokoh-tokoh masyarakat, survey, membagikan daftar pertanyaan atau diskusi dengan kelompok-kelompok tokoh masyarakat yang telah ada. Langkah III : Pilihlah Panitia Perencana dan Diskusikan Rencana Kerja Jika pada suatu daerah telah ada organisasi penyuluhan, maka dapat dipergunakan organisasi rencana penyuluhan yang telah ada, tetapi pada suatu organisasi baru, maka pertama-tama harus diputuskan terlebih dahulu apakah dalam menyusun program penyuluhan akan bekerja dengan bentuk kelompok. Sekali telah diputuskan akan bekerja dengan bentuk kelompok, maka anggotaanggota yang terpilih selanjutnya berkumpul untuk mendiskusikan informasi yang menjadi latar belakang program penyuluhan, guna mengembangkan suatu rencana kerja dengan memanfaatkan saran-saran mereka. Langkah IV : Konsultasi dengan Para Ahli dan Kumpulkan Informasi Hasil Penelitian Untuk menjamin agar prosedur teknis yang akan dilaksanakan sudah benar, maka informasi yang melatar belakangi program penyuluhan perlu didiskusikan terlebih dahulu dengan para ahli atau para peneliti. Di samping itu diskusi ini juga dipandang penting untuk mengetahui apakah tersedia informasi di

masing-masing lembaga tersebut di atas yang akan dimanfaatkan, sebelum mulai menyusun program penyuluhan. Langkah V : Menyusun Rencana Kerja Rencana kerja ini harus dibuat oleh petugas yang akan melaksanakan penyusunan program penyuluhan. Rencana kerja tersebut haruslah mencakup informasi yang melatar-belakangi penyusunan program penyuluhan. Informasi yang akan dikumpulkan berupa : a. Keadaan-keadaan yang telah ada di daerah tersebut yang terdiri atas : Lingkungan fisiknya, berupa gambaran tentang topografi wilayah, sungai, iklim, kehidupan tanaman, hewan dan kehidupan lainnya. Juga mengenai produksi tanaman, dan distribusi produksi tanaman di wilayah tersebut, rata-rata pemilikan lahan, jenis tanaman yang dikelola, permasalahan di bidang pemasaran dan penyediaan sarana produksi pertanian yang diperlukan oleh petani serta system budidaya tanaman. Informasi berikutnya adalah tata guna tanah yang meliputi data tentang proporsi lahan yang diusahakan untuk tanaman pangan, perkebunan, penggembalaan hewan dan lahan yang digunakan untuk kegiatan lain di luar pertanian serta bagaimana pola pemanfaatannya. Demikian pula tentang kondisi tanah yang baik jenisnya maupun tingkat kesuburannya. Pemasaran wilayah tersebut perlu untuk didata erutama tentang jumlah, jenis dan dimana pasar di daerah itu. Untuk membuat data tentang sarana komunikasi yang tersedia, perlu dirinci tentang jumlah telepon, jalan kereta api, transportasi air, fasilitas pos dan komunikasi elektronik. Informasi selanjutnya yang diperlukan adalah tingkat kehidupan di daerah itu, bagaimana pendapatan rata-rata masyarakat, berapa

banyak penduduk yang hidup dari kegiatan pertanian, tingkat perumahan mereka, pakaian mereka, sekolah anak-anak mereka dan selanjutnya nyatakanlah tingkat hidup mereka dalam kondisi memuaskan, baik, sedang atau buruk. Berikutnya kumpulkan data tentang struktur sosial. b. Masalah-masalah dan keinginan masyarakat. Yang perlu diketahui dari masalah-masalah dan keinginan masyarakat ini adalah hal-hal apa saja yang oleh masyarakat dipandang sebagai masalah dan halhal apa saja yang diinginkan untuk memperbaiki kondisi social mereka. Sepanjang program menyangkut masyarakat pedesaan maka keinginan dan masalah mereka akan terpusat pada pertanian. c. Diskusi tiap masalah yang penting dan pemecahan yang mungkin. Di sini dapat didiskusikan aspek teknis berasal dari masalah yang ditemui. Apakah hasil penelitian yang ada telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi? Apakah telah diperoleh bantuan dari para ahli pada waktu menyusun program dan apakah saran yang diberikan oleh para ahli untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan. d. Kalender kerja. Dalam menyusun kalender kerja ini harus dicakup hal-hal antara lain pekerjaan apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukan dan kapan pekerjaan itu dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Kalender kerja ini merupakan hal yang penting dari seluruh program penyuluhan, karena hal ini

menyangkut komitmen yang bersifat spesifik antara penyuluh lapangan dan para petani. Isi dari kalender kerja ini harus diringkas dan langsung mengarah kepada pokok masalah yang akan diatasi. Begitu pula isi dari kelender kerja ini harus berkaitan erat dengan diskusi masalah-masalah penting seperti tertuang dalam butir c dan daftar masalah serta keinginan masyarakat pedesaan seperti tertera pada butir b tersebut di atas. Langkah VI : Persetujuan dan Revisi Diskusikan program kerja yang telah disusun oleh penyuluh lapangan dengan penduduk setempat dan dapatkan persetujuan dari mereka. Demikian juga persetujuan dari pejabat setempat, para supervisor dan para ahli. Jika program kerja penyuluhan tersebut memerlukan adanya revisi, lakukanlah revisi agar program kerja penyuluhan yang kurang memenuhi keinginan dan kurang memecahkan masalah yang dihadapi penduduk setempat, dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Langkah VII : Libatkan Orang Lain Untuk memperkenalkan program kerja penyuluhan kepada masyarakat setempat, sebarkan program kerja penyuluhan yang telah disusun oleh para penyuluh lapangan dan libatkanlah setiap orang serta berikan tanggung jawab tertentu kepadanya. Hal-Hal yang perlu diperhatikan penyuluh :

1. Buatlah daftar tentang semua hal yang disampaikan oleh masyarakat setempat selama berlangsungnya survey di daerah tersebut dan rincikan hal-hal mana yang termasuk bidang pertanian. 2. Buatlah tanggapan terhadap hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Apakah hal-hal yang disampaikan oleh masyarakat setempat tersebut benar-benar dipandang penting? Jika dipandang penting apa alasannya? Klasifikasikan hal-hal yang disampaikan, manakah yang benar-benar merupakan hal-hal nyata yang diperlukan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraanya. 3. Susunlah daftar mengenai hal-hal yang diprioritaskan dan diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, mulailah dengan prioritas yang pertama berupa masalah di bidang pertanian dan merupakan kunci untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan hal-hal yang tidak berkaitan dengan bidang pertanian dapat ditempatkan pada prioritas yagn lebih rendah. 4. Ketahuilah, apakah orang yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan sadar terhadap kegiatan ini? Jika tidak, bagaimana membuat mereka menjadi sadar? 5. Ketahuilah di mana posisi masyarakat setempat yang menjadi sasaran kegiatan penyuluhan. Dalam hal ini harus diketahui hal-hal mana yang merupakan keinginan petani dan merupakan kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang dapat mereka lakukan sendiri dan mana yang memerlukan bantuan dari luar serta yang mana merupakan kebutuhan mayoritas penduduk setempat.

Langkah VIII : Pemimpin-pemimpin yang terdapat di daerah dapat berupa pemimpin Formal ataupun pemimpin nonformal. Penyuluhan yang akan dijalankan oleh penyuluh lapangan agar dapat berjalan lancar, maka para pemimpin yang terdapat di daerah tugas seorang penyuluh lapangan harus diketahui dan dilibatkan di dalam penyusunan rencana kegiatan penyuluhan, karena hal ini akan dapat membantu kelancaran tugas penyuluh lapangan di kemudian hari, terutama dalam penyampaian informasi dan di dalam penerapan teknologi yang dianjurkan, mengingat kebiasaan para pengikut untuk meniru tingkah laku panutannya (Suhardiyono.1992 : 91-94). Penilaian dalam bidang penyuluhan dapat ditujukan ke dalam dan ke luar. Kedalam : Untuk mengoreksi diri, mengoreksi kerjasama dengan teman-teman sederajat, mengoreksi pekerjaan dalam lingkungan instansi di mana kita bekerja. Keluar : Untuk mengoreksi kerjasama dengan instansi lain, dengan masyarakat, dengan petani; yang jadi sasaran antara lain : 1. Sampai dimana pengetahuan, petani tentang sesuatu hal (yang sudah diajarkan). 2. Berapa banyakkah orang yang sudah melakukan sesuatu dengan metode yang kita ajarkan. 3. Dapatkah mereka memecahkan sendiri-sendiri masalah-masalah yang dihadapinya (Ginting.2000 : 23).

2.2 Budidaya Padi Sawah Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan dengan klasifikasi sebagai berikut : - Genus : Oryza Linn - Famili : Gramineae (Poaceae) - Species : Ada 25 species, dua di antaranya ialah : Oryza sativa L Oryza glaberina Steund Sedangkan subspecies Oryza sativa L, dua di antaranya ialah : - Indica (padi bulu) - Sinica (padi cere) dahulu dikenal Japonica (AAK. 1990 : 15). Beberapa varietas padi sawah yang diusahakan di WKPP Sei Beras Sekata adalah : 1. Varietas : Ciherang (1980) Umur Anakan Produktif Anjuran : 140-150 hari. : 14-17 batang : Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl. Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661 131-3-1-///IR64/////IR64 Bentuk gabah Bobot : Panjang ramping : 1000 butir = 27-28 gr Dilepas tahun : 2000

2 Golongan : Cere Hasil : 5-8,5 t/ha Nomor pedigri:s3383-id-pn-41-3-1 Tahan Hama : Wereng coklat biotipe 2 dan 3 Tahan Penyakit Tekstur nasi Tinggi tanaman Umur tanaman Warna gabah Keterangan Status Kontak : Bakteri Hawar Daun (HDB) strain III dan IV. : Pulen : 107-115 cm : 116-125 hari : Kuning bersih : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV. Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 5000 m dpl. : Komersial : (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development) (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Padi). (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1997-2010). 2. Varietas : IR. 64 (1985) Umur : 115 hari. Potensi hasil : 5 ton/ha Keterangan : a. rasa nasi enak b. tahan wereng hijau, wereng cokelat biotip 1,2 dan 3; c. agak tahan bakteri busuk daun, tahan virus kerdil rumput (Prasetiyo. 2002 : Lampiran)

3. Varietas Situ Bagendit Komoditas : Padi Gogo Tahun : 2003 Kisaran hasil : 3 s/d 5 ton/ha GKB pada lahan kering; 5 s/d 6 GKB pada lahan sawah. Rasa nasi Keterangan : Pulen. Umur:110 s/d 120 hari. : Agak tahan terhadap Blast; Agak tahan terhadap bakteri hawar daun strain III dan IV; Cocok ditanam di lahan kering dan mampu juga ditanam di lahan sawah. Status Kontak : Komersial : (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development) (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Padi). (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1997-2010). 4. Varietas Cibogo Komoditas : Padi Sawah Tahun : 2003 Kisaran hasil Rasa nasi Umur Keterangan : 7 s/d 8,1 ton/ha gabah kering giling : Pulen : 115 s/d 125 hari : Tahan wereng coklat Biotipe 2; agak tahan HDB strain IV dan wereng coklat biotipe 3; Rentan terhadap penyakit virus Tungro; Dapat ditanam pada lahan sawah sampai 800

meter di atas permukaan laut. Status Kontak : Komersial : (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development) (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Padi). (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1997-2010).

2.3 Ilmu Usahatani Analisis usahatani dibuat bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan budi daya padi yang dilakukan dan sebagai bahan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Perkiraan biaya dan penerimaan yang tersaji dalam analisis usaha di bawah ini akan berbeda dengan daerah lain, karena perbedaan agroklimat dan agroekosistem. Namun, penggunaan sarana dan prasarana produksi pada prinsipnya sama sehingga dapat dijadikan pedoman perhitungan biaya dan pendapatan di daerah lain. Analisis usaha ini dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi usaha yang sedang berlangsung (Sriyanto.2010 : 68). Klasifikasi usahatani dapat dibedakan menurut corak dan sifat, organisasi, pola, serta tipe usahatani. 1. Corak dan Sifat Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri. 2. Organisasi Menurut organisasinya, usahatani dibagi menjadi 3 yakni, individual, kolektif, dan kooperatif. a). Usaha individual ialah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah, hingga pemasaran ditentukan sendiri.

b). Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan. Contoh usaha kolektif yang pernah ada di Indonesia yaitu Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). c). Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran hasil, dan pembuatan saluran. Contoh usahatani kooperatif yaitu PIR (Perkebunan Inti Rakyat). PIR merupakan bentuk kerja sama antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar. 3. Pola Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi 3, yakni khusus, tidak khusus, dan campuran. a). Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakan satu caban usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan, dan usahatani tanaman pangan. b). Usaha tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas. c). Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi.

4. Tipe Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, dan usahatani jagung. Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani (Suratiyah.2009 : 14-15). 2.4 Landasan Teori a. Evaluasi Tujuan evaluasi akan menentukan data yang harus dikumpulkan untuk Mengevaluasi program penyuluhan. Dikenal dua jenis evaluasi : evaluasi formatif yang mengumpulkan informasi untuk pengembangan program penyuluhan yang efektif, dan evaluasi sumatif yang mengukur hasil akhir suatu program agar dapat memutuskan apakah program akan diteruskan diperluas, atau diperkecil. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif atau data kualitatif. Data kuantitatif berguna untuk mengukur perubahan-perubahan yang terjadi karena program penyuluhan, sedangkan data kualitatif memberikan informasi mengenai alasan mengapa agen penyuluha dan petani mengambil tindakan tertentu. Pada tahun-tahu belakangan ini, kian bertambah kepentingan untuk menggunakan data kualitatif karena data itulah yang selama ini paling banyak membantu dalam meningkatkan program penyuluhan. (Van Den Ban, 1990 : 246-247). Model penelitian evaluasi merupakan salah satu di antara model penelitian yang cukup popular dikalangan para pejabat penelitian ini juga dikenal sebagai penelitian program. Penelitian evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan

dalam rangka menentukan kebijaksanaan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program, serta mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program, serta mempertimbangkan proses teknik yang telah digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian evaluasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data secara sistematis yang dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam yang sudah dicontohkan ( Arikunto, 2007 :221-222). b. Sikap Sewaktu kita berada dalam lingkungan dan situasi sosial, yakni ketika kita terlibat dalam interaksi social, pernahkah kita merasa betul-betul netral dan bereaksi tanpa rasa suka dan tidak suka terhadap mitra interaksi kita? Pernahkah kita dapat melepaskan sama sekali perasaan senang dan tidak senang dari persepsi dan perilaku kita? Agaknya hal itu sulit untuk terjadi. Selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang sedang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan kita akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini. Itulah fenomena sikap. Secara histories, istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spence di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respons untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam

menghadapi stimulus yang dating tiba-tiba. Nilai (value) dan opini (opinion) atau pendapat sangat erat berkaitan dengan sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam defenisi-defenisi mengenai sikap (Azwar.1988 : 3-4). 2.5 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian memiliki Program Penyuluhan Pertanian yang berguna bagi PPL dan Petani. Bagi PPL program berfungsi sebagai acuan kerja pelaksanaan penyuluhan pertanian sedangkan bagi petani program penyuluhan pertanian sebagai perencanaan dan sarana untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Program Penyuluhan Pertanian dilaksanakan oleh PPL dan Petani yang setiap tahunnya akan dievaluasi di Balai Penyuluhan Pertanian. Dalam mengevalusi program penyuluhan pertanian dapat dilihat dari berbagi hal yaitu dari segi Formatif dan Summatif sekaligus dilihat pula manfaat program dari segi ekonomi dan sosial. Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian terdiri dari dua hal yaitu : 1. Evaluasi Formatif yaitu : Evaluasi pelaksanaan kegiatan program yang tertera dalam program penyuluhan pertanian secara tertulis. 2. Evaluasi Summatif yaitu : Evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani. Kedua hal yang dievaluasi tersebut akan menunjukkan hasil dengan kriteria Berhasil atau Tidak.

Keberadaan seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tengah-tengah kehidupan petani, akan memunculkan sikap yang berbeda-beda dari petani itu sendiri, baik positif maupun negatif. Pemunculan sikap itu dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi pertanian yang berbeda-beda. Adapun karakteristik sosial ekonomi pertanian yang akan disorot adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, pengalaman berorganisasi, luas lahan, produktivitas, tingkat kosmopolitan, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan, produksi, pendapatan, besar peminjaman (kredit). Secara singkat, kerangka pemikiran mengenai Evaluasi Penyuluhan Pertanian Petani Padi Sawah dan Penilaian dapat dilihat pada skema berikut : Penyuluhan Pertanian Pemerintah

PPL Program Penyuluhan Pertanian Petani Pelaksanaan Program Balai Penyuluhan Pertanian Pelaksanaan Program PPL Kontak Tani Evaluasi Petani Berhasil Tidak Adopsi Tidak Keterangan : : Ada Pengaruh : Ada Hubungan Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Penyuluhan Pertanian Padi Sawah dan Penilaian 2.6 Hipotesis Penelitian 1. Ada Program Penyuluhan Pertanian terhadap petani budidaya padi sawah di daerah penelitian.

2. Ada kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di daerah penelitian. 3. Ada materi-materi penyuluhan pertanian apa saja yang diberikan di daerah penelitian. 4. Ada beberapa teknologi yang sudah dilaksanakan di daerah penelitian. 5. Ada program penyuluhan pertanian yang sudah dilaksanakan di daerah penelitian. 6. Ada masalah-masalah yang dihadapi PPL dalam menyusun materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan. Terdapat upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di daerah penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN