BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Hidayatullah dkk., 2013). Kompetisi renang mulai diadakan di Olympics pada

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut adalah ruangan yang di dalamnya terdapat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak sekitar tahun 1980 istilah dry cleaning mulai dikenal meluas oleh

BAB I. A. Latar Belakang. struktur normalnya yang dikenal dengan homeostasis normal. Sel akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dry cleaning. Pada tahun 1980 Indonesia mulai mengenal dry cleaning seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maraknya kasus kanker di negara berkembang dihubungkan dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. senyawa genotoksik seperti Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pencucian tersebut berlangsung selama sabun cuci, blau atau kanji belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat berubah ketika bereaksi terhadap stress yang ringan untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang Permasalahan. sinar X dalam bidang medis, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan bakar bensin merupakan produk komersial dengan volume terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

PENGARUH PAPARAN EMISI KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP FREKUENSI PEMBENTUKAN MIKRONUKLEUS DI MUKOSA RONGGA MULUT PADA MEKANIK BENGKEL MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bensin diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Produk minyak bumi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan oral mucous membrane atau oral mucosa. 1,2,3. lain sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar, dan sekresi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia sangat besar, realisasi

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih lezat. Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sekitar

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

I. PENDAHULUAN. sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kemungkinan mengakibatkan. berbagai penyakit-penyakit yang dapat dialaminya.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

BAB IV METODE PENELITIAN. pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun di kota tersebut merupakan urutan ke-2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN. faktor seperti radiasi, senyawa kimia tertentu, dan virus. Faktor-faktor

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB 4 METODE PENELITIAN. dan mulut. Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta karena penambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi. deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

I. PENDAHULUAN. tanaman obat tradisional. Sellaginella adalah tumbuhan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan cat rambut dianggap sebagai solusi untuk menutupi uban maupun merubah penampilan untuk mengikuti mode. Menurut penelitian Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008), umumnya perempuan dan laki-laki mengaku bahwa pewarna rambut merupakan solusi terbaik untuk menutupi uban (Fazriyati, 2011). Penner dan Nesterenko (2000) melaporkan bahwa cat rambut permanen yang umum dijual bebas mengandung campuran 1,2-(pyrocatechol), 1,3- (resorcinol),1,4-(hydroxyquinone) dihydroxybenzenes, hydroxyaminobenzenes (aminophenols), dan diaminobenzenes (phenylenediamines). Beberapa bahanbahan kimia tersebut memiliki aktivitas mutagenik dan bersifat karsinogenik. Cho dkk. (2003) mengatakan bahwa -phenylenediamine merupakan amina aromatik utama yang terdapat didalam pewarna rambut. -phenylenediamine merupakan salah satu turunan benzena yang mengikat dua gugus amina pada atam C nomor 1 dan 4. Senyawa ini dapat menyebabkan toksisitas, apabila terpapar melalui kulit, inhalasi, dan pencernaan (Sciencelab, 2013). Menurut Pardede dkk. (2008), konsentrasi -phenylenediamine dalam cat rambut umumnya sebesar 6%. Paparan -phenylenediamine dengan konsentrasi rendah pada kulit dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat yang bermanifestasi sebagai dermatitis kontak alergi. Dilaporkan oleh 1

2 Punjanon dan Arpornsuwan (2009), -phenylenediamine merupakan salah satu zat yang paling berbahaya dalam cat rambut karena dapat menyebabkan terjadinya mutasi genetik. Menurut International Agency for Research in Cancer (1998), paparan dasar pewarna berupa benzidin (phenylenediamine) mungkin berhubungan dengan terjadinya kanker pada manusia di beberapa kasus. Menurut Rauscher dkk. (2004), penggunaan cat rambut permanen jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia dan kanker hematopoetik lain. Kerusakan genetik merupakan penyebab dasar terjadinya kelainan dan penyakit degeneratif. Kerusakan genetik bisa terjadi akibat terpapar substansi genotoksik, prosedur medis (kemoterapi dan radiasi), kekurangan asam folat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres, dan keturunan (Rickes dkk., 2010). Biomarker terjadinya kerusakan genetik tersebut adalah terbentuknya mikronukleus, nucleus buds, binukleus, dan nukleus terfragmentasi, tetapi hanya mikronukelus yang lebih mudah digunakan untuk mengetahui efek sitotoksik dan sitostatik. Mikronukleus merupakan inti sel yang memiliki ukuran lebih kecil apabila terdapat lebih dari satu inti didalam sel. Mikronukleus terbentuk dari kesalahan saat pembelahan nukleus. Pada tahap anafase, potongan kromosom atau satu kromosom tertinggal sehingga terbentuk mikronukleus (Holland dkk., 2008). Zat toksik yang terkandung dalam cat rambut dapat terhirup oleh hidung saat pemakaian cat rambut. Rongga mulut dan rongga hidung saling berhubungan. Hal ini menyebabkan zat toksik yang terhirup oleh hidung dapat

3 diabsorbsi juga oleh membran rongga mulut (NRC, 2003). Menurut Beebe dan Myers (2010), bahan kimia yang terpapar saat penggunaan cat rambut dapat terserap di rongga mulut melalui jalur inhalasi sebab terdapat faring. Secara anatomis, faring menghubungkan rongga mulut dengan rongga hidung. Sel epitel oral merupakan tempat terjadinya kerusakan genetik tahap awal akibat induksi bahan karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi dan pencernaan. Sel mukosa bukal adalah penghalang pertama yang mampu memetabolisme zat karsinogenik menjadi produk reaktif (Holland dkk., 2008). Mukosa oral disusun oleh epitel pipih berlapis (epithelium squamosum stratificatum) yang dibawahnya terdapat jaringan ikat berupa lamina propia dan submukosa (Jones dan Klein, 2013). Epitel oral tersusun oleh stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum korneum, dan memiliki kemampuan memperbarui selnya. Pada lapisan basal terdapat sel punca yang akan mengalami mitosis kemudian berdiferensiasi dan bermigrasi ke permukaan menggantikan sel terdahulu. Sel punca pada lapisan basal dapat mengekspresikan kerusakan genetik seperti mikronukleus (Tolbert dkk., 1992). Sel yang mengandung mikronukleus akan mengalami diferensiasi dan keratinisasi menuju lapisan superficial bersama sel yang normal kemudian sel tersebut akan mengalami eksfoliasi ke kavitas rongga mulut. Oleh sebab itu, sel hasil eksfoliasi mukosa bukal digunakan untuk mendeteksi efek genotoksik dan mempelajari lesi kanker dan prekanker yang disebabkan oleh agen penyebab kerusakan genetik (Holland dkk., 2008).

4 Analisis frekuensi mikronukleus sel epitel mukosa bukal rongga mulut merupakan metode deteksi kerusakan genetik yang paling tidak invasif pada manusia. Sel yang telah diambil dengan metode usapan menggunakan cytobrush kemudian diberi pewarnaan dilanjutkan dengan pengamatan menggunakan mikroskop untuk menghitung frekuensi mikronukleus pada sel epitel (Holland dkk., 2008). B. Perumusan Masalah Bagaimana efek paparan cat rambut terhadap frekuensi mikronukleus sel epitel mukosa bukal pengguna cat rambut di Yogyakarta? C. Keaslian Penelitian Cho dkk. (2003) meneliti frekuensi mikronukleus sel limfosit perifer pada 20 pengguna cat rambut dan ditemukan bahwa paparan akut pewarna rambut yang mengandung -phenylenediamine menyebabkan kerusakan DNA sel limfosit perifer. Espinoza dkk. (2008) menyatakan bahwa terdapat peningkatan frekuensi mikronukleus sel urothelial pada pengguna cat rambut meskipun tidak signifikan. Penelitian frekuensi mikronukleus sel epitel mukosa bukal rongga mulut pada pengguna cat rambut di Yogyakarta akibat paparan bahan cat rambut sejauh penulis ketahui belum pernah diteliti. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efek paparan cat rambut terhadap frekuensi mikronukleus sel epitel mukosa bukal pengguna cat rambut di Yogyakarta.

5 E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi ilmiah deteksi kerusakan DNA pada tubuh manusia akibat paparan cat rambut melalui perubahan struktur sel epitel mukosa bukal rongga mulut. 2. Memberikan masukan kepada peneliti maupun klinisi lain untuk mendeteksi secara dini kelainan di rongga mulut dengan mengetahui frekuensi mikronukleus sel epitel mukosa bukal rongga mulut.