BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

Universitas Sumatera Utara

Pakaian tradisonal Iban

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu hasil produksi Indonesia yang termasuk ke dalam komoditi non

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)

Powered by TCPDF (

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

Gambar 6 Gelungan Telek dari Banjar Kawan Foto: Ayu Herliana, 20011

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

BAB II TARI SIGEH PENGUTEN LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

RIAS PENGANTIN MUSLIM

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

TINJAUAN PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN (Studi Komparatif Baju Bodo Suku Bugis-Makassar- Mandar)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Tali Satin RANGKAIAN BUNGA OLGA JUSUF. dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Aksesoris dari batu alam

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KETERKAITAN KARAKTER SANGGUL BERBAGAI DAERAH DENGAN NILAI-NILAI BUDAYA. Asi Tritanti dan Eni Juniastuti

OPTIMALISASI PRODUKSI DAN PEMASARAN AKSESORIS JILBAB DARI KAIN PERCA DI DESA TAMBON BARU KABUPATEN ACEH UTARA

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

SALINAN. Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 6,nomor 5494);

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Sebagai bahan kajian untuk memperoleh teori dasar yang relevan guna mendukung permasalahan yang diajukan dan bisa mencapai sasaran yang diharapkan. 1. Pengertian Kerajinan Kerajinan menurut Sumintarsih (2001) dalam Isyanti (2003 : 17) kerajinan merupakan bagian dari hasil karya manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan manusia pendukungnya. Kerajinan tersebut membutuhkan modal ketelitian, keuletan, ketekunan dan mengandalkan keterampilan tangan. Chairin Haryati Yoedowinata (1987 : 2-3) berpendapat bahwa kerajinan atau craft diartikan sebagai suatu karya yang dikerjakan memakai alat sederhana dengan mengendalikan kecekatan tangan, dikerjakan oleh pribadi terlatih. Craft biasanya dikerjakan oleh pengrajin-pengrajin daerah terutama dengan dasar industri rumah tangga. Menurut Soepratno dalam Krisnadi (2004 : 7) sebagai berikut seni kria (kerajinan) yaitu sejenis kegiatan atau keterampilan yang dapat menghasilkan barang-barang yang bermutu seni, jadi hasil karya kerajinan tersebut dibuat sesuai dengan rasa keindahan dan ide-ide murni sehingga menjadi bentuk barang yang indah dan menarik. Hasan Shadily (1990 : 19) berpendapat bahwa kerajinan adalah jenis kesenian yang menghasilkan berbagai barang perabotan, hiasan atau barangbarang lain yang artistik, terbuat dari kayu, besi, porselin, emas gading, katun tenunan, dan sebagainya. SP. Gustami (2000 : 6) menyatakan cabang-cabang seni kerajinan diantaranya seni batik, tenun, ukir kayu, topeng, anyam rotan, keramik, wayang kulit, wayang golek, gamelan, keris, perhiasan dan lain sebagainya. Kerajinan merupakan hasil karya yang dihasilkan manusia, biasanya kerajinan berupa barang yang terbuat to user dari bahan yang bermacam-macam 5

6 seperti logam, kayu, bambu, tulang, kulit dan masih banyak lagi lainnya. Pada proses pembuatan kerajinan membutuhkan keahlian khusus dari pengrajin. Bahan dan alat yang dibutuhkan juga harus memadai, agar produk yang dihasilkan bagus dan berkualitas. 2. Perhiasan a. Pengertian Perhiasan Husni & Siregar (2000 : 1) kata perhiasan bentuk dasarnya adalah hias. Menurut Buku Kamus Bahasa Indonesia, edisi kedua, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, kata hias adalah kata kerja yang berarti memperelok diri dengan pakaian dan sebagainya yang indah-indah, atau berdandan. Kata hias bila dilekati konfiks per-an menjadi perhiasan statusnya berubah menjadi kata benda yang berarti barang apa yang dipakai untuk berhias. Kamus Bahasa Indonesia (1996 : 348) perhiasan berasal dari kata hias yang artinya indah/cantik. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke II (1995 : 19) perhiasan yaitu barang tambahan yang artinya barang berfungsi sebagai pelengkap dan pemanis busana. Perhiasan adalah sebuah benda yang digunakan untuk merias atau mempercantik diri. Perhiasan biasanya terbuat dari emas ataupun perak dan terdiri dari berbagai macam bentuk mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin dan lain-lain. Biasanya perhiasan diberikan untuk hadiah. Perhiasan mempunyai bentuk beragam mulai dari bulat, hati, kotak dan lain-lain. Perhiasan biasanya berasal dari bahan tambang. (www.wikipedia.com/29/01/2014) Perhiasan adalah sebuah hasil karya yang diciptakan oleh manusia. Berbagai macam jenisnya antara lain bros, kalung, anting, gelang, cincin dan lain-lainnya. Perhiasan telah dikenal manusia dari zaman dahulu sampai sekarang. Mulai dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana seperti daun, bunga, kayu, batu, tulang, kulit kerang. Sekarang bahan yang digunakan sudah mengalami perkembangan seperti dari bahan kaca, tembaga, emas, perak to dan user sebagainya.

7 Perhiasan digunakan sebagai sarana untuk memperindah diri. Meskipun zaman dahulu banyak digunakan sebagai sarana upacara ritual, penolak bala (jimat), simbol dari status sosial dan melengkapi pakaian penari. Sekarang ini perhiasan lebih istimewa dipakai saat acara pernikahan. Tata rias pengantin yang dilengkapi dengan perhiasan dapat menambah nilai keindahan dari diri pengantin. Gambar-gambar perhiasan : Gambar 2.1. Perhiasan pada pakaian adat pengantin Jawa Tengah. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 24) to user

8 Gambar 2.2. Perhiasan kepala Mahkota Kembang Goyang dan Untaian Melati wanita Banjar. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 28) Gambar 2.3. Perhiasan kepala dan telinga merupakan kebanggaan tingkat sosial suku Dayak. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 44) to user

9 Gambar 2.4. Perhiasan yang bentuknya emas permata merupakan lambang kemewahan dan kecantikan. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 28) Gambar 2.5. Perhiasan tangan dan jari digunakan untuk menari. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 49) to user

10 Gambar 2.6. Perhiasan kepala wanita Bali yang dikenakan untuk menari. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 30) b. Jenis-Jenis Perhiasan 1) Perhiasan Kepala a) Perhiasan Rambut Perhiasan rambut yang dikenakan oleh pengantin perempuan dan laki-laki di setiap daerah lebih berfungsi sebagai pelengkap busana. Perhiasan rambut yang dikenakan dengan cara disisipkan diantara rambut disebut sunting dan bila sunting dipadu dengan sebuah sisir disebut sisir hias/suri. Sedangkan hiasan rambut yang dikenakan dengan cara ditusukkan pada sanggul/ konde disebut tusuk sanggul/tusuk konde. b) Perhiasan Dahi Perhiasan dahi adalah perhiasan yang dikenakan melingkar sepanjang dahi, dikenal dengan istilah jamang. Jamang lazim digunakan sebagai benda aksesori atau perhiasan kepala pengantin perempuan di beberapa daerah Sumatera. Perhiasan yang dipakai to di user dahi disebut patam dhoi, berbentuk

11 tiara (mahkota) yang diletakkan di dahi. Perhiasan ini pada umumnya dibuat dari emas atau suasa. Tiara patam dhoi dihiasi juga dengan butir-butir permata yang beraneka warna. c) Perhiasan Telinga Perhiasan telinga adalah perhiasan yang dikenakan pada bagian telinga umumnya oleh perempuan, berfungsi sebagai pelengkap perhiasan untuk mempercantik penampilan si pemakai. Perhiasan telinga yang dikenakan dengan cara digantung pada ujung daun telinga disebut antingan, sedangkan yang dikenakan dengan cara ditusukkan pada ujung daun telinga bagian bawah disebut giwang atau subang, dan yang dikenakan dengan menjepitkan disebut sumping. Pada lempengan ini hanya diberi bentuk ragam hias dengan motif daun-daunan, teknik pembuatannya dengan cara tuangan atau cetakan. (Husni & Siregar, 2000 : 53-55) 2) Perhiasan Badan Perhiasan badan terdiri dari perhiasan leher, dada, pinggang, tangan dari jari. Jenis perhiasan badan antara lain : kalung, bros, selempang, ikat pinggang, gelang lengan, gelang tangan, dan cincin. a) Perhiasan Leher Perhiasan leher pada umumnya berupa perhiasan kalung. Bentuknya ada yang terdiri dari dua komponen yaitu rantai dan liontin, tetapi ada juga yang hanya terdiri dari satu komponen yakni berupa rantai saja. b) Perhiasan Dada Perhiasan ini umumnya berupa bros dan selempang. Bros adalah sejenis perhiasan yang dikenakan dengan memakai peniti pengait disematkan pada busana bagian dada. Selempang adalah sejenis hiasan yang melingkar dari bahu kiri sampai pada bagian pinggang kanan atau to user sebaliknya.

12 c) Perhiasan Tangan Perhiasan tangan adalah sejenis perhiasan yang dikenakan pada lengan atas, siku, dan pergelangan tangan, jenis perhiasan tangan terdiri dari kelat bahu dan gelang tangan. d) Perhiasan Jari Perhiasan jari pada umumnya berupa cincin, bentuknya lingkaran kecil. Cincin dapat dibuat dari emas, perak, suasa atau tembaga. Untuk memperindah bentuk cincin dapat diletakkan batu permata, dan ada juga cincin yang diberi hiasan huruf yang biasanya huruf awal nama seseorang. Bagi sepasang pengantin yang akan melaksanakan akad nikah, adakalanya melaksanakan tukar cincin yang ini disebut cincin pertunangan. (Husni & Siregar, 2000 : 108-109) 3) Perhiasan Kaki Perhiasan kaki adalah perhiasan yang melingkar pada bagian betis dan pergelangan kaki. Perhiasan ini dapat dibuat dari emas, perak, tembaga sepuh emas. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang jarang sekali memakai perhiasan gelang kaki saat berpergian atau menghadiri upacara-upacara resmi. Perhiasan ini hanya digunakan pada saat membawakan tari adat. Tarian adat yang ditarikan oleh pemuda pemudi yang memakai perhiasan pada betis kakinya untuk menambah semaraknya bunyi irama tari-tarian tersebut. (Husni & Siregar, 2000 : 184) Jenis-jenis perhiasan terdiri dari tiga bagian, yaitu perhiasan kepala, perhiasan badan dan perhiasan kaki. Perhiasan kepala meliputi mahkota, tusuk konde dan anting. Perhiasan badan meliputi kalung, bros, gelang tangan dan cincin. Perhiasan kaki meliputi gelang kaki. Perhiasan mempunyai jenis yang bermacam-macam dan bentuk yang beragam. Bentuk dan motif hiasannya juga berbedabeda disetiap daerah. to user

13 3. Bros a. Pengertian Bros Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Daryanto, SS (1998 : 107) bros adalah perhiasan bermata mutiara yang disematkan pada pakaian (bagian atas, baju dan sebagaianya). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 166) bros adalah perhiasan terbuat dari emas, perak, dan sebagainya. Bermata intan (berlian, mutiara, dsb) yang disematkan pada pakaian (biasanya di bagian dada). Menurut Harini Endang (2001 : 9) bros adalah ornamen peniti yang digunakan bersama dengan pakaian biasanya bros ini dipakai untuk memperindah hiasan lain yang telah dipakai. Bros adalah benda perhiasan dekoratif yang dirancang agar dapat terpasang disematkan ke pakaian atau media lain. Pada bagian belakang bros terdapat jarum dan kait seperti peniti untuk menyematkan perhiasan ini pada kain. Selain dikenakan pada pakaian, ada beberapa jenis bros yang berfungsi sebagai ikat atau hiasan rambut. Secara historis, bros pertama kali dikenal pada zaman Perunggu. Awalnya bangsa Romawi, Yunani, dan bangsa Jerman dan suku yang bermigrasi di Eropa dari zaman Perunggu menggunakan gesper hias. Bros berfungsi sebagai perhiasan, namun kadang-kadang juga berfungsi sebagai pengancing pakaian, yaitu sebagai peniti dengan bentuk yang lebih besar dan lebih cantik. (Iva Hardiana, 2013 : 4) Bros adalah perhiasan yang cara memakainya dengan cara disematkan atau dikaitkan pada pakaian (biasanya di bagian dada) atau media lain menggunakan peniti yang terpasang di belakang bros tersebut. Selain itu, bros biasanya dihiasi dengan batu permata seperti intan, berlian, mutiara baik yang asli maupun yang imitasi atau tiruan. b. Jenis-Jenis Bros Bros biasanya terbuat dari logam mulia, seperti emas atau perak, tapi logam lain seperti perunggu, kuningan atau beberapa materi lainnya juga lazim digunakan sebagai bahan. to user Kini bahan pembuat bros sudah

14 sangat beragam, seperti kristal, manik-manik, kayu, keramik, kaca, berbagai jenis kain hingga plastik. Bros seringkali dihiasi dengan intan atau bertatahkan batu permata baik yang asli maupun yang imitasi. (Iva Hardiana, 2013 : 4) Bros mempunyai banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan. Selain dapat dikenakan pada pakaian untuk memperindah diri dalam berpakaian, bros juga dapat dikenakan pada jilbab sebagai pengait dalam memakai jilbab. Bros mempunyai banyak pilihan, mulai berasal dari bahan kain, rajutan, plastik, logam maupun bahan-bahan yang lainnya. Gambar-gambar bros : Gambar 2.7. Bros dari bahan kain. (Sumber : Iva Hardiana, 2013 : 5) Gambar 2.8. Bros dari bahan logam. to user (Sumber : Suryati, 2003 : 104)

15 B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dari Dian Cahyadi berjudul Pemberdayaan Potensi Desain Perhiasan Kandawarik Dan Strategi Pengembangannya Di Sulawesi Selatan : Studi kasus pada pengrajin perhiasan emas / perak di Borong, Kota Makassar Tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat disimpulkan : Perhiasan Kandawarik merupakan suatu warisan yang dihasilkan melalui perjalanan panjang dalam sejarahnya, sebagai potensi yang memiliki nilainilai tradisi. Sebagai sebuah produk, perhiasan Kandawarik memiliki potensi besar sebagai aset budaya dan aset ekonomi. Arah pengembangan desain yang dihasilkan diharapkan mampu bersaing di pasar perhiasan dunia. Kekayaan ragam hias dan ragam produk yang dihasilkan memiliki kandungan nilai-nilai dari tradisi lokal dengan bentuk-bentuk yang universal menjadi kekuatan utama untuk mampu berkompetisi dan mengembangkan diri. 2. Penelitian dari Suryati berjudul Perhiasan Produk Sanggar Solo Ayu Surakarta (Sebuah Tinjauan Desain) Tahun 2003. Hasil penelitian dapat disimpulkan : Jenis-jenis hasil kerajinan perhiasan sanggar Solo Ayu antara lain : jenis perhiasan kepala dan jenis perhiasan badan. Proses produksi kerajinan logam sanggar Solo Ayu. Langkah-langkah proses produksi barang kerajinan aksesoris logam adalah sebagai berikut : persiapan dan pemilihan bahan baku logam, teknik pemotongan, teknik pembentukan, teknik mematri, teknik merangkai, teknik finishing. Adapun jenis finishing antara lain : teknik lapis perak dan teknik chrom emas. Bentuk hasil kerajinan perhiasan sanggar Solo Ayu. Secara garis besar bentuk/model variasi hasil kerajinan perhiasan logam sanggar Solo Ayu meliputi sebagai berikut : tusuk konde, anting-anting/subang, kalung, bros, gelang, cincin. 3. Penelitian dari Harini Endang Sri Rahayu berjudul Studi Pembuatan Perhiasan Cincin Batu Permata Produksi Slamet Raharjo Surakarta Tahun 2001. Hasil penelitian dapat disimpulkan : Bentuk dan jenis motif/ornamen perhiasan cincin batu permata ada beberapa bentuk yaitu bentuk waluan, segi empat, segi enam, segi delapan dan bentuk mangkokan. Jenis motif/ornamen yang diterapkan adalah motif garuda, to user naga, bunga dan daun, singa, garis

16 lurus/diagonal. Proses pembuatan emban cincin untuk batu permata terdiri dari beberapa tahap yaitu : tahap awal meliputi persiapan pembuatan desain; persiapan proses desain. Tahap pembuatan meliputi persiapan bahan dan alat, proses pengecoran bahan logam, penempatan bahan logam, pembentukan dasar perhiasan, proses penyempurnaan bentuk, proses pembuatan motif/ornamen pada perhiasan, tahap akhir finishing dan proses pembuatan batu permata. Bentuk visualisasi cincin karya Slamet Raharjo antara lain : cincin dengan motif kepala singa, naga, bunga, garuda, motif garis lurus/diagonal dan sebagainya. Hasil penelitian relevan yang telah dipaparkan mempunyai hubungan terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian kerajinan perhiasan bros ini. Ketiga penelitian relevan tersebut sama-sama meneliti tentang perhiasan. Mulai yang pertama penelitian ini berjudul Pemberdayaan Potensi Desain Perhiasan Kandawarik Dan Strategi Pengembangannya Di Sulawesi Selatan : Studi kasus pada pengrajin perhiasan emas / perak di Borong, Kota Makassar Tahun 2005. Penelitian ini memaparkan mengenai sejarah perhiasan dan pengembangan desain. Kedua berjudul Perhiasan Produk Sanggar Solo Ayu Surakarta (Sebuah Tinjauan Desain) Tahun 2003. Penelitian ini memaparkan jenis dan bentuk perhiasan yang dihasilkan serta langkah-langkah proses pembuatan. Ketiga berjudul Studi Pembuatan Perhiasan Cincin Batu Permata Produksi Slamet Raharjo Surakarta Tahun 2001. Penelitian ini sama dengan penelitian kedua yaitu memaparkan jenis dan bentuk perhiasan serta proses pembuatannya. Penelitian mengenai kerajinan perhiasan bros ini tidak jauh berbeda dengan penelitianpenelitian yang telah dipaparkan tersebut. Rumusan masalahnya juga meliputi sejarah perhiasan yang dibuat, alat dan bahan serta proses pembuatan perhiasan, yang terakhir adalah bentuk perhiasan yang dihasilkan pengrajin. Berbagai paparan yang dihasilkan dapat membantu dalam penelitian kerajinan perhiasan bros ini. Dapat digunakan sebagai kajian yang tepat untuk penelitian ini. to user

17 C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan gambaran alur penalaran yang didasarkan pada masalah-masalah dalam penelitian. Kerangka berpikir berguna untuk mempermudah alur penalaran yang didasarkan pada masalah penelitian. Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil suatu pemikiran bahwa pada setiap pembuatan kerajinan perhiasan bros, pengrajin tentu mempunyai latar belakang dalam membuatnya. Pembuatan kerajinan perhiasan bros dapat dilakukan pengrajin menggunakan bahan dan peralatan yang memadai, serta desain. Selain itu, juga diperlukan manajemen dan teknik produksi dalam pembuatannya. Saat pembuatan kerajinan perhiasan bros dimulai, pengrajin melalui beberapa tahap dalam proses produksinya. Setelah proses produksi selesai, maka dapat dihasilkan kerajinan berupa perhiasan bros. Skema kerangka berpikir yang digambarkan sebagai berikut : Pengrajin Perhiasan Bros di Dukuh Kendel Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Latar Belakang Pembuatan Kerajinan Perhiasan Bros Bahan Manajemen Produksi Peralatan Desain Teknik Produksi Proses Produksi Produk Gambar 2.9. Skema to kerangka user berpikir.