BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent killer merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi karena merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal (Depkes, 2007). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007 sebesar 31,7% dari total penduduk dewasa, sedangkan prevalensi hipertensi pada remaja di Indonesia mencapai 6-15% (Riskesdas, 2010). Penelitian di Amerika menemukan sebanyak 1% remaja memiliki tekanan darah diatas persentil ke-95 berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Peningkatan prevalensi jumlah penyakit generatif seperti hipertensi ini karena terkait dengan perubahan pola makan dan pola hidup yang cenderung tidak sehat dan stress yang tinggi (KepMenkes, 2010). Hipertensi tidak hanya pada orang dewasa, tetapi bisa juga terjadi pada usia remaja. Tekanan darah pada usia remaja dapat digunakan untuk meprediksi kemungkinan hipertensi dikemudian hari. Menurut Saing (2005), Angka kejadian hipertensi pada anak dan remaja diperkirakan 1-3%. Berdasarkan Riskesdas (2013), masuk dalam 5 besar kejadian hipertensi, pada tahun 2012 di daerah pedesaan presentasenya 51,7% dan di kota besar presentasenya 47,7%. Peningkatan prevalensi hipertensi pada remaja dipengaruhi beberapa faktor antara lain perubahan gaya hidup seperti salah satunya dalam pengkonsumsian makanan fast food. Konsumsi 1
dari makanan cepat saji sangat berhubungan dengan meningkatnya asupan kalori dan total lemak, penambahan gula yang sangat banyak tetapi minim serat, buah dan sayur serta kualitas kandungan makanan bagi kebutuhan anak dan remaja (Bowman et al, 2004). Nielsen et al., (2002) mengemukakan bahwa presentasi total asupan energi remaja yang berusia 12-18 tahun dari restoran cepat saji meningkat setidaknya mencapai 300% dari tahun 1977 sampai 1996. Fast food berpotensi menimbulkan banyak penyakit, dari yang ringan sampai berat, seperti obesitas, rematik akibat penimbunan asam urat, tekanan darah tinggi, serangan jantung koroner, stroke dan kanker, karena kandungan dalam fast food tinggi kadar garam, lemak dan kalori yang dapat meningkatkan tekanan darah seseorang (Beavers, 2008). Artikel penelitian yang disusun oleh Arief (2011), mengatakan kegemaran remaja dalam mengkonsumsi makanan fast food atau makanan impor karena kegemaran dan nilai atau gengsi yang mereka dapatkan, sekalipun mereka telah mengetahui dampak negatifnya. Hal seperti itulah yang membuat pola konsumsi pada kalangan remaja mulai berubah dan menjadi suatu kebiasaan. Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menuju ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah serat pangan membawa konsekuensi berkembangnya penyakit seperti hipertensi (Basha, 2004). Pada penelitian Badjeber (2012) siswa yang mengkonsumsi fast food lebih dari 3 kali per minggu mempunyai risiko 3,28 kali lebih besar menjadi gizi lebih. Prevalensi obesitas pada tahun 2004 di remaja SMP Kota sebesar 7,8% dan pervalensi konsumsi fast food di kota 53% (Mahdiah, 2004). 2
Menurut Lisnawaty, 2008 dalam penelitian yang dilakukan di Mall Makassar anak remaja minimal 3 kali dalam sebulan membeli fast food karena makanan yang disajikan cepet, memiliki nilai sosial atau gengsi, enak tetapi kebanyakan tidak mengetahui kandungan yang terdapat dalam fast food. Oleh karena itu, perlu pengawasan supaya tidak keliru dalam memilih makanan karena pengaruh lingkungan. Tidak terkecuali SMA yang berada Provinsi, khususnya di Kota, oleh karena itu dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah konsumsi fastfood merupakan faktor risiko meningkatnya tekanan darah pada remaja sekolah menengah atas di agar para remaja lebih memperhatikan konsumsi makannya dan gaya hidupnya agar dapat menjaga kesehatannya dan terhindar dari risiko penyakit hipertensi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka perumusan masalah yang diajukan adalah : 1. Apakah frekuensi konsumsi fast food merupakan faktor risiko terjadinya 2. Apakah asupan energi dari fast food merupakan faktor risiko terjadinya 3. Apakah asupan lemak dari fast food merupakan faktor risiko terjadinya 4. Apakah asupan natrium dari fast food merupakan faktor risiko terjadinya 3
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui konsumsi fast food sebagai faktor risiko tingginya tekanan darah siswa SMA di Kota. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui frekuensi konsumsi fast food sebagai faktor risiko b. Mengetahui asupan energi dari fast food sebagai faktor risiko c. Mengetahui asupan lemak dari fast food sebagai faktor risiko d. Mengetahui asupan natrium dari fast food sebagai faktor risiko D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti hal yang berkaitan dengan masalah makanan fast food dan faktorfaktornya 4
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Memberikan informasi dan pengetahuan bagi siswa agar memilih makanan yang tidak hanya menarik dan enak saja tetapi harus menyehatkan agar meminimalkan resiko yang ditimbulkan akibat makanan yang tidak menyehatkan. b. Bagi pihak sekolah Memberikan informasi dan perhatian bagi pihak sekolah dalam pelaksanaan pangan jajanan di sekitar sekolah agar bisa memberikan edukasi dan membuat kebijakan pada siswa tentang jajanan sekolah yang baik supaya terhindar dari permasalahan tersebut. c. Bagi peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman serta keterampilan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, serta sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut. d. Bagi Pembaca Diharapkan dapat menambah wawasan, selain itu dapat meminimalisir efek negatif konsumsi makanan fast food. 5
E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dan Asupan Natrium dari Western Fast Food dengan Tekanan darah Pada Remaja oleh Puspita Sari dan Wirawanni, Yekti (2010). Meneliti dengan metode cross sectional pada 48 siswa kelas X dan XI di SMAN 4 Semarang hasilnya sebanyak 9,1% subyek laki-laki dan 11,5% subyek perempuan kategori obesitas android. Terdapat 2,1% subjek termasuk kategori asupan natrium tinggi dari western fast food dengan frekuensi konsumsi 44x/bulan. Ada hubungan rasio lingkar pinggang-pinggul dengan tekanan darah (r= 0,37; p=0,01 untuk sistolik dan r= 0,293; p= 0,043 untuk diastolik). Tidak ada hubungan asupan natrium dari western fast food dengan tekanan darah (r= 0,010 p= 0,944 untuk sistolik dan r= 0,166 p= 0,260 untuk diastolik). Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian, waktu penelitian, metode yang digunakan serta subjek penelitian. 2. Danastri, Ajeng. 2008. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Lokal Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak-Anak SD Tarakanita Bumijo. Skripsi, Program Studi S-1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada,. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian case control pada anak kelas 4,5, dan 6 SD Tarakanita Bumijo dengan sampel 66 kasus dan 66 kontrol menggunakan stratified random sampling, data konsumsi fast food menggunakan FFQ dan aktivitas fisik menggunakan IPAQ hasilnya konsumsi fast food lokal dengan 6
frekuensi yang sama dengan anak yang tidak obesitas (p>0,05) sedangkan frekuensi fast food western lebih tinggi pada anak yang obesitas (p<0,05), anak yang obesitas memiliki aktivitas fisik lebih rendah dibanding anak yang tidak obesitas (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian, waktu penelitian, dan subjek penelitian. 3. Equantin, L. 2013. Kebiasaan Konsumsi Kopi, Perilaku Merokok Dan Kualitas Tidur Sebagai Faktor Risiko Tingginya Tekanan Darah Pada Remaja Di Kota. Skripsi, Program Studi S-1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada,. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian case control pada siswa SMP di Kota dengan 40 sampel kasus dan 40 sampel kontrol hasilnya konsumsi kopi >6x/minggu merupakan faktor risiko peningkatan tekanan darah (p=0,043) dengan OR (CI 95% : 0,94-23,99), merokok dan kualitas tidur bukan faktor risiko peningkatan tekanan darah. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian, waktu penelitian, metode yang digunakan serta subjek penelitian. 7