Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

dokumen-dokumen yang mirip
ternakan Tropik Journal of Tropical Animal Science

STUDI PERBANDINGAN KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING BABI BALI DENGAN DAGING BABI LANDRACE

STUDI KARAKTERISTIK KARKAS BABI BALI ASLI DAN BABI LANDRACE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU BABI GULING

Karakteristik mutu daging

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

PROFIL DAN KARAKTERISTIK LEMAK SEBAGAI IDENTITAS CITA RASA DAGING BABI LOKAL (Babi Bali) DAN BABI PERSILANGAN (Babi Landrace)

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

II. TINJAUAN PUSTAKA

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

DENDENG PENGASAPAN Dendeng adalah irisan daging yang dikeringkan dan ditambah bumbu. Pembuatan dendeng untuk memperoleh cita rasa khas adalah mengguna

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

POTENSI BABI BALI DALAM PENYEDIAAN DAGING DI BALI

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Cobb umur 55 minggu yang di ambil bagian dadanya dan dipisahkan dari

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

Karakteristik Organoleptik Dendeng Batokok dengan Bahan Pengasap dan Lama Pengasapan yang Berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

Kata Kunci : Nugget, Uji Organoleptik.

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

Dampak Penggunaan Asap Cair terhadap Kualitas Fisik dan Sensori Dendeng Daging Babi

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

KOMPONEN KIMIA DAGING DI LOKASI OTOT YANG BERBEDA PADA SAPI BALI YANG DIGEMBALAKAN DI AREA TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

Transkripsi:

STUDI PERBANDINGAN KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING BABI BALI DENGAN DAGING BABI LANDRACE Suandana, I W. E. E., N. L. P. Sriyani dan M. Hartawan Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan,, Denpasar E-mail : kaedy57@gmail.com Hp. 085738148505 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas organoleptik daging babi bali dengan babi landrace, penelitian ini dilaksanakan di Rumah Potong Hewan (RPH) Tradisional serta di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak (THT) dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan selama 2 bulan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perbandingan 2 sampel daging yang telah digoreng dan 38 panelis semi terlatih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna dan tekstur daging babi landrace nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan babi bali, sedangkan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, citarasa dan penerimaan secara keseluruhan daging babi bali nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan daging babi landrace. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa panelis lebih menyukai organoleptik dari daging babi bali dibandingkan dengan daging babi landrace. Kata Kunci: organoleptik, daging babi, babi bali, babi landrace COMPARATIVE STUDY OF ORGANOLEPTIC QUALITIES BALINESE PORK WITH LANDRACE PORK ABSTRACT This study aims to determine differences in the organoleptic quality of balinese pork with landrace pork, This research was conducted in Slaughter House Traditional andthen in Livestock Product Technology Laboratory and Microbiology, Faculty of Animal Husbandry for two months. The study design is completely randomized design (CRD) with a ratio 2 samples of meat that has been fried and 38 semitrained panelists. The results showed preference level panelist on the color and texture of landrace pork significantly (P<0,05) higher than balinese pork, while the preference level panelist on the aroma, flavor and overall acceptance of bali pork significantly (P<0,05) higher than the landrace pork. Based on the results of this study concluded that the panelists preferred the organoleptic of balinese pork compared with landrace pork. Keywords : organoleptic, pork, balinese pig, landrace pig Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 405

PENDAHULUAN Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging dapat menimbulkan kepuasan atau kenikmatan bagi yang memakannya karena kandungan gizinya lengkap, sehingga keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi. Daging dapat diolah dengan cara dimasak, digoreng, dipanggang, disate, atau diolah menjadi produk lain yang menarik, antara lain daging korned, sosis, dendeng, dan abon. Oleh karenanya, daging dan hasil olahannya merupakan produk-produk makanan yang unik. Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Organ-organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pancreas, dan jaringan otot termasuk dalam definisi daging (Soeparno, 1994). Daging merupakan bahan pangan yang mengandung nutrisi tinggi dan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia (Arka, 1988). Maka dari itu ketersediaan daging yang aman, sehat dan utuh merupakan perwujudan kongkrit bagi setiap konsumen daging di pasaran. Daging yang baik dapat dinilai dari kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi daging itu sendiri. Penilaian dari kualitas fisik daging meliputi ph, daya ikat air, susut mentah, susut masak, warna, aroma, tekstur dan citarasa, sedangkan kualitas kimia dan mikrobiologi daging meliputi kandungan nutien daging dan keberadaan mikroorganisme pada daging. Penilaian kualitas daging dapat diukur secara objektif yaitu absolute, misalnya analisis proksimat, dan secara subjektif, misalnya dengan pengujian organoleptik atau metode panel (Soeparno, 1994). Daging yang umum dikonsumsi dan dipasarkan di Indonesia adalah daging sapi, domba, kambing, babi, ayam, itik, ikan dan lainnya, khususnya di Bali sebagian besar masyarakat Bali mengonsumsi daging babi dibandingkan daging ternak lainya. Di Bali beberapa ternak babi yang dagingnya umum dikonsumsi dan beredar dipasaran adalah babi bali dan babi landrace, kedua ternak babi tersebut berasal dari bangsa yang berbeda dan pada umumnya melalui manajemen pemeliharaan yang berbeda. Babi bali merupakan babi tipe lemak dan dipelihara secara tradisional dengan pakan bernutrisi rendah seperti: dedaunan dan limbah dapur (Budaarsa et al., 2013), sehingga daging babi bali memiliki Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 406

daging yang cukup berlemak. Babi landrace merupakan tipe pedaging dan pelemak (dwi guna) dengan pakan bernutrisi tinggi seperti: ransum dan konsentrat (Sihombing, 2006), oleh karena itu daging babi landrace memiliki kandungan lemak yang rendah dan kandungan protein yang cukup tinggi. Perbedaan bangsa dan manajemen pemeliharaan tersebut menyebabkan daging babi bali dan daging babi landrace memiliki kualitas daging yang berbeda. Perbedaan kualitas daging dapat mempengaruhi penerimaan konsumen di pasaran, karena kualitas daging berkaitan dengan hasil olahan daging tersebut. Bagi konsumen, daging dari berbagai spesies dan bangsa ternak mempunyai nilai penerimaan yang bebeda. Diantara individual konsumen, nilai penerimaan daging juga berbeda, tergantung pada faktor fisiologis dan sensasi organoleptik. Faktor yang sangat menentukan penerimaa daging dipasaran adalah faktor organoleptik daging seperti: warna, aroma, tekstur dan citarasa daging (Soeparno, 1994), karena faktor organoleptik merupakan penilaian langsung oleh konsumen dengan menggunakan panca indra mereka dan hasilnya merupakan nilai penriman dari konsumen itu sendiri. Pada dasarnya daging babi bali dan daging babi landrace memilki kualitas yang berbeda sehingga memiliki nilai penerimaan yang berbeda. Hasil penelitian (Tobing, 2012) menunjukkan kualitas karkas dan daging segar babi peliharaan lebih tinggi dibanding babi hutan pada bobot hidup, persentase karkas, tebal lemak punggung, kadar protein, tekstur dan keempukan daging, tetapi kadar lemak, kadar kolesterol dan warna daging segar babi hutan lebih tinggi dibandingkan daging segar babi peliharaan. Di pasaran daging guling babi bali lebih disukai dari pada babi ras, karena citarasa daging guling babi bali lebih gurih daripada daging babi landrace (Budaarsa, 2012), dan bahkan informasi di masyarakat daging babi bali lebih disukai dari pada babi ras, karena citarasa daging babi bali lebih gurih daripada daging babi ras. Namun informasi tersebut perlu dilakukan pembuktian secara ilmiah, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas organoleptik daging babi bali dengan daging babi landrace. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi ilmiah terkait perbandingan kualitas organoleptik daging babi bali dengan daging dabi landrace. Informasi tersebut bisa dijadikan acuan oleh konsumen untuk memilih daging babi bali atau daging babi landrace. Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 407

MATERI DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Pemotongan ternak dilaksanakan di Rumah Potong Hewan (RPH) tradisional milik Bapak I Wayan Patra yang terletak di Banjar Pegending, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Pengambilan data sampel penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak (THT) dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan, Gedung Agrokomplek, yang terletak di Jalan P. B Sudirman, Denpasar, Bali. Penelitian ini dilaksanakan dengan alokasi waktu operasional 2 bulan. Materi penelitian Materi dalam penelitian ini adalah daging pada otot paha yang berasal dari ternak babi berumur 3 bulan dan berjenis kelamin jantan, tetapi berasal dari bangsa (breed) dan manajemen pemeliharaan yang berbeda. Sampel daging tersebut berasal dari ternak babi bali dan babi landrace. Ternak babi bali dipelihara secara tradisonal di Kecamatan Grogak, Kabupaten Buleleng sedangkan ternak babi landrace dipelihara secara intensif di Banjar Pegending, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Babi-babi tersebut di potong di RPH tradisional di Banjar Pegending Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Alat dan bahan penelitian Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Alat-alat yang di gunakan: kompor, penggorengan, pisau, sendok, piring kertas, tissue, label, tusuk gigi, lembaran kuisioner dan alat tulis - Bahan-bahan: minyak, garam, alkohol, aquades - Bahan-bahan dari ternak: bagian otot paha yang diambil dari bagian karkas - Panelis yang digunakan adalah panelis semiterlatih Prosedur pengambilan data Pengambilan data sampel dalam penelitian diawali dengan pemilihan ternak yang akan dipotong dan diambil dagingnya. Setelah sampel ditentukan, kemudian dilakukan pemotongan. Proses pemotongan diawali dengan penusukan leher (sticking) untuk Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 408

mengeluarkan darahnya (bleeding). Proses selanjutnya adalah penyiraman air panas pada kulit untuk pelepasan bulu dan pembersihan dengan air dingin. Tahap berikutnya adalah pemisahan bagian karkas dengan non karkas yang dilakukan dengan pengeluaran jeroan (eviscerating). Setelah karkas utuh di dapatkan, karkas dibawa ke laboratorium THT dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan,. Tahapan-tahapan yang dilakukan di laboratorium THT dan Mikrobiologi diawali dengan proses sterilisasi peralatan dan pemecahan karkas babi yang masih utuh. Lokasi otot yang dijadikan sampel adalah otot paha (Biceps femoris). Sampel yang diambil kemudian dipotong dadu kurang lebih berukuran 1 cm, kemudian daging digoreng sampai matang dan ditambahkan garam. Sampel daging disajikan diatas piring kertas yang telah diberi label berkode untuk membedakan sampel satu dengan sampel lainnya yang hanya diketahui peneliti. Panelis diberi lembar kuisioner dan dijelaskan langkah-langkah pengisian hasil pengujian sampel. Masing-masing panelis memperoleh 2 buah sampel dengan pengujian berdasarkan tingkat kesukaan berdasarkan skala hedonik yang menggunakan kisaran angka penilaian dari angka 1 sampai 5. Keterangan skor penilaian yaitu: 1. Sangat tidak suka, 2. Tidak suka, 3. Biasa, 4. Suka, 5. Sangat suka. Rancangan percobaan Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perbandingan dua sampel daging yang berbeda. Sampel organoleptik diujikan kepada 38 orang panelis semi terlatih dari mahasiswa Fakultas Peternakan,. Panelis semi terlatih adalah panelis yang mengetahui sifat sensorik dari sampel karena mendapat penjelasan atau pelatihan singkat (Soekarto 1985). Sampel pertama (A1) merupakan sampel yang berasal dari daging babi bali sedangkan sampel kedua (B1) merupakan sampel yang berasal dari daging babi landrace. Variabel/peubah yang diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah warna, aroma, tekstur, citarasa dan penerimaan secara keseluruhan terhadap dua sampel daging yang diujikan. Dalam uji hedonik tersebut menggunakan Metode Consumer Preference Test yaitu metode Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 409

pengujian secara langsung dilakukan oleh panelis dalam menilai suatu sifat atau kualitas dari suatu bahan pangan, uji dilakukan oleh panelis dengan acuan sebuah lembar kuisioner. Analisis statistik Data organoleptik yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis Non-Parametrik uji Mann-Whitney (Saleh, 1996) dengan bantuan program SPSS 16.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis perbandingan dengan menggunakan uji Non-Parametrik (Kruskal-Wallis) antara daging babi bali (A1) dengan daging babi landrace (B1) menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna daging A1 nyata (P<0,05) lebih rendah sebesar 20,2% dibandingkan dengan daging B1. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma daging A1 nyata (P<0,05) lebih tinggi sebesar 10,33% dibandingkan daging B1. Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur daging A1 nyata (P<0,05) lebih rendah sebesar 23,43% dibandingkan daging B1. Tingkat kesukaan panelis terhadap citarasa daging A1 nyata (P<0,05) lebih tinggi 12,89% dibandingkan daging B1. Tingkat penerimaan keseluruhan panelis terhadap daging A1 nyata (P<0,05) lebih tinggi 13,22% dibandingkan daging B1. Table 1. Hasil studi perbandingan kualitas organoleptik daging babi bali dengan daging babi landrace Perlakuan 2) Variabel 1) A1 B1 SEM 3) Warna 3,37 a 4,05 b 0,182 Aroma 3,87 b 3,47 a 0,199 Tekstur 3,03 a 3,74 b 0,185 Citarasa 4,11 b 3,58 a 0,205 Penerimaan Keseluruhan 4,16 b4) 3,61 a 0,173 Keterangan : 1) Variabel yang diamati 2) Perlakuan yang diberikan ke masing-masing unit perlakuan, diantaranya: A1 : Daging babi bali B1 : Daging babi landrace 3) SEM = Standar Error Of The Threatment Mean 4) Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan nyata (P<0,05). Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 410

Warna merupakan salah satu sifat sensoris daging yang dinilai paling awal, karena penilaian warna dapat dilakukan saat pertama kali daging dilihat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna daging babi bali lebih rendah dibandingkan dengan daging babi landrace dan secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa warna daging babi bali dengan babi landrace berbeda dan panelis lebih menyukai warna daging babi landrace dibandingkan dengan daging babi bali. Hal ini disebabkan karena setelah melalui proses pemasakan/penggorengan warna daging babi bali terlihat lebih gelap dari pada daging babi landrace. Warna gelap tersebut berasal dari kerusakan mioglobin pada saat proses penggorenan daging. Darwindra (2008) menyatakan bahwa proses pemanasan daging mengakibatkan terbentuknya sejumlah pigmen globin didenaturasi sehingga terjadi kerusakan globin pada saat pemasakan, myoglobin ini bereaksi dengan ion-ion nitrit. Lebih lanjut diungkapkan, warna daging yang berubah menjadi merah coklat merupakan warna dari myoglobin yang telah direduksi dan kerusakan globin. Sehingga semakin merah warna daging (semakin tinggi kandungan myoglobin dalam daging) maka semakin gelap warna daging yang dihasilkan setelah melalui proses pemanasan karena banyaknya myoglobin yang direduksi dan kerusakan globin. Warna yang lebih gelap pada daging babi bali disebabkan karena kandungan myoglobin pada daging babi bali yang lebih tinggi dari pada myoglobin daging babi landrace. Hasil penelitian Sriyani et al. (2015) menunjukan bahwa warna daging segar babi bali lebih merah dibandingkan dengan daging segar babi landrace. Perbedaan warna daging babi bali dengan daging babi landrace dipengaruhi oleh faktor bangsa/genetik dan tingkat aktivitas ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie (2003) yang menyatakan bahwa faktor penentu warna daging dipengaruhi oleh pakan, spesies, bangsa, umur, jenis kelamin, stress (tingkat aktivitas dan tipe otot). Faktor penentu utama yang mempengaruhi warna daging yaitu konsentrasi pigmen daging atau myoglobin, konsentrasi myoglobin berbeda setiap spesies, bangsa dan lokasi otot. Tipe molekul myoglobin, status kimia myoglobin, status kimia dan fisik komponen lain dalam daging mempunyai peranan besar dalam penentuan warna daging (Lawrie dan Ledward, 1995). Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 411

Babi bali merupakan jenis ternak yang lebih aktif beraktivitas dibandingkan dengan babi landrace sehingga warna daging babi bali lebih merah dibandingkan dengan babi landrace. Tingginya aktifitas babi bali menyebabkan terjadi banyak pengikatan oksigen oleh mioglobin (oksimioglobin) yang menyebabkan banyaknya terbentuk globin atau warna merah pada daging. Otot yang mempunyai aktivitas fisik yang banyak biasanya diikuti oleh kandungan myoglobin yang tinggi sehingga daging atau otot berwarna lebih merah jika dibandingkan dengan daging atau otot yang kurang aktivitasnya. Tobing (2012) menyatakan bahwa derajat merah pada daging dipengaruhi oleh jumlah myoglobin, sehingga semakin tinggi kandungan myoglobin dalam daging maka semakin merah warna daging tersebut. Warna daging segar babi bali lebih merah dibandingkan daging segar babi landrace sehingga setelah melalui proses pemanasan warna daging babi bali lebih coklat dibandingkan dengan babi landrace. Hasil uji organoleptik pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma daging babi bali lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan daging babi landrace. Hal ini menunjukkan bahwa aroma daging babi bali lebih spesifik dibandingkan dengan aroma daging babi landrace. Aroma daging babi merupakan senyawa volatile yang menguap dan menyebar di udara setelah proses pemasakan, salah satu senyawa yang menguap dan menimbulkan aroma yang spesifik pada proses pemasakan adalah lemak yang terkandung dalam daging. Sesuai dengan pendapat Budaarsa (2012) bahwa aroma spesifik daging babi yang dimasak berasal dari lemak daging yang dipanaskan, oleh karena itu semakin tinggi kandungan lemak daging maka akan semakin spesifik aroma daging tersebut. Hasil penelitian Suandita ( unpublish ) menunjukan bahwa kandungan lemak daging segar babi bali lebih tinggi dibandingkan dengan daging segar babi landrace. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan laporan dari penelitian Rasna dan Sriyani (2015), persentase kandungan asam lemak daging segar babi bali lebih tinggi dibandingkan daging segar babi landrace. Hal tersebut menyebabkan aroma daging babi bali yang telah dimasak lebih spesifik dibandingkan dengan babi landrace, karena babi bali memiliki lemak yang tinggi sehingga setelah dilakukan proses pemasakan menimbulkan aroma yang lebih spesifik dibandingkan dengan babi landrace. Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 412

Budaarsa (2012) menyatakan bahwa ketebalan lemak pada punggung merupakan hal yang baik pada pembuatan babi guling, karena lemak di bawah kulit ketika panas akan cair meresap ke dalam daging dan keluar melunuri kulit sehingga memberi aroma spesifik. Menurut Soeparno (2009), lemak daging dipengaruhi oleh umur ternak, jenis pakan, lama dan kondisi penyimpanan setelah dipotong, faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kualitas lemak yang terdapat pada daging ternak. Secara genetik babi bali termasuk tipe lemak, berbeda dengan babi ras yang sebagian besar tipe daging, jadi babi bali lebih cepat menimbun lemak dalam tubuhnya, sehingga lemak punggungnya lebih tebal dibandingkan babi ras (Budaarsa, 2012). Tekstur merupakan sifat sensoris daging yang berkaitan dengan tingkat kehalusan dan daya putus daging. Berdasarkan hasil uji organoleptik pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur daging babi bali nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan daging babi landrace. Tingginya penerimaan panelis terhadap tekstur daging babi landrace disebabkan karena babi landrace memiliki ukuran serat otot lebih kecil dari pada babi bali dan jaringan ikat yang lebih kecil serta tidak sekuat babi bali, sehingga setelah melalui proses pemasakan daya putus daging babi landrace lebih tinggi dibandingkan daging babi bali. Babi landrace merupakan babi ras yang dipelihara secara intensif sehingga babi tersebut tidak banyak bergerak, sedangkan babi bali dipelihara secara ekstensif sehingga banyak beraktifitas yang membuat serat ototnya lebih besar dan kuat. Natasasmita et al. (2005) mengungkapkan bahwa jumlah jaringan ikat dalam otot akan mempengaruhi tekstur daging. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tobing (2012) yang menunjukkan bahwa tingginya penerimaan panelis terhadap tekstur daging babi peliharaan kemungkinan besar disebabkan perbedaan aktivitas babi peliharaan dengan babi hutan di mana babi peliharaan tidak banyak bergerak oleh karena hidup di dalam kandang dan dipelihara secara intensif. Kondisi ini menyebabkan otot tidak banyak beraktivitas sehingga jumlah jaringan ikat dalam otot lebih sedikit yang menjadikan tekstur daging babi peliharaan lebih halus dan disukai oleh panelis. Rendahnya tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur daging babi bali kemungkinan disebabkan karena babi bali dipelihara secara tradisional sehingga aktif bergerak. Aktivitas ternak mempengaruhi ukuran berkas otot individual (fasciculi) dan juga jumlah jaringan Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 413

ikat dalam otot yang kemudian akan mempengaruhi tekstur daging. Semakin tinggi aktivitas seekor ternak, maka berkas otot individual (fasciculi) semakin luas dan jumlah jaringan ikat dalam otot semakin banyak sehingga tekstur daging menjadi kasar dan kurang disukai oleh panelis (Tobing, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lebret dan Bouregba (2008) yang menunjukkan bahwa tekstur daging babi yang dilepas di lahan penggembalaan (pasture) terlihat lebih kasar dibandingkan dengan tekstur daging babi yang sistem pemeliharaannya dikandangkan. Citarasa merupakan kualitas sensoris daging yang dinilai melalui indra pengecap pada lidah dan bibir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap citarasa daging babi bali nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan daging babi landrace. Hal tersebut menunjukan bahwa setelah melalui proses pemasakan citarasa daging babi bali lebih gurih dari pada daging babi landrace. Pada umumnya rasa gurih pada olahan daging berasal dari proses pelelehan lemak daging yang terjadi pada saat proses pemasakan. Suandita ( unpublish ) mendapatkan kandungan lemak daging babi bali lebih tinggi dibandingkan babi landrace, sehingga daging babi bali yang cenderung memiliki kandungan lemak lebih tinggi dari pada kandungan lemak daging babi landrace memiliki citarasa yang lebih gurih. Sesuai dengan hasil penelitian Budaarsa (2012), daging babi bali memiliki citarasa yang lebih gurih dibandingkan dengan babi ras. Salah satu faktornya adalah karena babi bali merupakan tipe lemak sedangkan babi landrace merupakan babi tipe dwi guna yaitu tipe daging dan lemak. Sehingga lemak yang terkandung dalam daging babi bali lebih banyak dibandingkan dengan daging babi landrace. Faktor makanan juga berpengaruh pada kandungan lemak daging, pakan yang dikonsumsi babi bali adalah pakan yang berkarbohidrat cukup tinggi misalnya: dedaunan, umbi-umbian batang pisan dan lainnya. Karbohidrat yang didapat dari pakan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak. Nurwantoro et al. (2012) menyatakan pemberian pakan yang berprotein rendah, berkarbohidrat dan lemak yang tinggi pada pemeliharaan secara tradisional yang menyebabkan ternak banyak menimbun lemak pada tubuhnya. Oleh karena itu babi bali lebih mudah menimbun lemak dalam tubuhnya dibandingkan dengan babi landrace yang dipelihara dengan intensif. Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 414

Menurut Pollan (2006), jumlah kandungan lemak pada daging yang dihasilkan menentukan kelembutan, intensitas rasa, dan juiciness saat dimasak. Lemak dalam daging mengalami perubahan kimia yang kompleks bila terkena panas. Perubahan kimia tersebut berinteraksi dengan asam lemak yang berkembang di daging dan menimbulkan citarasa yang gurih. Lemak tersebut juga memberikan aroma khas daging ketika dimasak dan juiciness lemak yang meleleh di daging. Kandungan lemak daging mempengaruhi citarasa daging setelah melalui proses pemasakan, sehingga daging babi bali yang mengandung lemak yang lebih banyak menghasilkan citarasa yang lebih gurih dibandingkan dengan babi landrace yang memiliki kandungan lemak lebih rendah. Hasil penelitian Rasna dan Sriyani (2015) menunjukan bahwa kandungan asam lemak daging babi bali lebih tinggi dibandingkan dengan daging babi landrace, salah satunya yaitu asam oleat dengan persentase perbandingan 31,23%: 28,70%. Asam lemak tersebut diduga mempengaruhi citarasa pada daging babi bali yang lebih gurih dari pada daging babi landrace. Daya terima merupakan bagian dari parameter sensoris daging untuk tingkat penerimaan konsumen terhadap semua sifat sensoris daging. Penilaian akhir atau penerimaan daging didasarkan atas tingkat daya terima konsumen secara keseluruhan dan yang mendasari panelis memutuskan daging mana yang paling ditrima atau disukai panelis. Kepuasan yang berasal dari konsumen daging tergantung pada respon fisiologis dan sensoris diantara masing-masing individu konsumen. Hasil analisis statistik dari uji organoleptik pada penelitian ini menunjukan bahwa skor daya terima daging babi bali dengan babi landrace memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05). Berdasarkan hasil analisis, daging babi bali memiliki skor penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging babi landrace, yang artinya bahwa panelis lebih menyukai daging babi dibandingkan dengan daging babi landrace. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena pada penilaian terhadap aroma dan citarasa daging, daging babi bali lebih disukai dibandingkan daging babi landrace. Aroma daging babi bali dinilai lebih spesifik dan citarasa dagin babi bali dinilai lebih gurih dibandingkan daging babi landrace. Aroma dan citarasa merupakan sebuah sifat sensoris yang memberikan nilai yang tinggi terhadap tinkat penerimaan konsumen pada suatu bahan pangan, oleh sebab itu secara keseluruhan konsumen lebih menyukai daging babi bali karena memiliki aroma dan citarasa yang lebih menarik. Tingkat penerimaan panelis pada warna dan tekstur daging Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 415

babi bali yang lebih rendah kemungkinan dapat ditutupi oleh aroma dan citarasa daging babi bali tersebut. Hal itu dikarenakan warna dan tekstur daging dapat dimodifikasi dengan menggunakan bahan lain pada saat proses pemasakan (Syamsir, 2014). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil uji organoleptik perbandingan antara daging babi bali dengan babi landrace menunjukan tinkat penerimaan panelis terhadap aroma, citarasa dan penerimaan keseluruhan daging babi bali lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan daging babi landrace, sedangkan tinkat penerimaan panelis terhadap warna dan tekstur daging babi bali lebih rendah (P<0,05) dibandingkan daging babi landrace. Dapat disimpulkaan bahwa berdasarkan penerimaan secara keseluruhan panelis lebih menyukai daging babi bali dibandingkan dengan babi landrace, karena penerimaan secara keseluruhan panelis merupakan kesimpulan oleh panelis dalam memilih suatu produk yang diujikan. Saran Disarankan manfaat berupa informasi ilmiah terkait bagaimana perbandingan kualitas organoleptik daging babi bali dengan daging dabi landrace dapat digunakan dalam pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal, yang berupa daging bermutu tinggi dari hasil ternak babi lokal. Karena kualitas organoleptik produk daging babi yang baik berkaitan dengan bagaimana penerimaan konsumen di pasaran. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapankan kepada Dekan Fakultas Peternakan yang sudah memberikan fasilitas dan dukungan selama mengikuti perkuliahan. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Peternakan yang sudah memberikan pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan. Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 416

DAFTAR PUSTAKA Arka, I. B. 1988. Peranan Ilmu Kesmavet Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia. Pidato Guru Besar. PSKH UNUD. Denpasar. Budaarsa K. 2012. Artikel Babi Guling Bali Dari Beternak, Kuliner, Hingga Sesaji. http://www.fapet.unud.ac.id/wp-content/uploads/babi-guling-bud.pdf Budaarsa, K., N. Tirta. A, K. Mangku Budiasa dan P. A. Astawa. 2013. Eksplorasi Hijauan Pakan Babi Dan Cara Penggunaannya Pada Peternakan Babi Tradisional Di Provinsi Bali. Majalah Ilmiah Peternakan. Vol. 4 No. 1 : 26-30. www.ojs.unud.ac.id. Darwindra, H. D. 2008. Pigmen. http://www.pigmen-buah.com (25 Desember 2013). Diakses pada tanggal 14 April 2016. Lawrie, R.A., D. A. Ledward. 1995. Lawrie s Meat Science 7th Edition padwtow, Cronwall, England : TJ Internatioanal. Lawrie. R. A. 2003. Ilmu Daging Edisi Kelima Penerjemah Prof Dr. Aminuddin Parakkasi. Penerbit Indonesia, Jakarta. Lebret, Thierry dan Alain Bouregba. 2008. Article first published BJU International. Volume 102, Issue 10, pages 1419 1424, November 2008. Natasasmita, S., Siagian, P.H., Silalahi, P. 2005. Pengaruh Substitusi Jagung dengan Corn Gluten Feed (CGF) dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Babi dan Analisis Ekonomi. IPB (Bogor Agricultural University). Bogor. Nurwantoro V. P., Bintoro,A. M. Legowo, A. Purnomoadi., L. D. Ambara, A. Prokoso Dan S. Mulyani. 2012. Nilai ph, kadar air, dan total Escherichia coli daging sapi yang dimarinasi dalam jus bawang putih. Jurnal Aplikasi Teknologi pangan, Vol. 1 No. 2: 20-22. www.jurnal.ift.or.id. Pollan, 2006. Karakteristi Lemak Daging Sesuai Dengan Umur Ternak. http://www.google.com. Diakses pada desember 2015 Rasna, N. M. A. dan N. L. P. Sriyani. 2015 b. Profil dan Karakteristik Lemak Sebagai Identitas Citarasa Daging Babi Lokal (Babi Bali) dan Babi Persilangan (Babi Landrace). Laporan Akhir Hibah Unggulan Program Studi. Fakultas Peternakan. Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Non Parametrik, Edisi ke-2. Yogyakarta: BPPE Sihombing D. T. H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University. Soekarto S. 1985. Penilaian Organoleptik. Jakarta: Bharata Karya Aksara Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 417

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi II. Gajah Mada University Press. Yogjakarta. Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Kelima, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. SPSS ver 16.0. 2007. Statistic Package for Social Sciences. SPSS. Inc. Polar Engineering and Consulting. Sriyani, N L. P, Artiningsih, Rasna N. M., Lindawati S. A., Oka A. A. 2015 a. Study Perbandingan Kualitas Fisik Daging Babi Bali dengan Babi Landrace Persilangan yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Tradisional. Majalah Ilmiah Peternakan. Vol. 18 No. 1: 26-29. www.ojs.unud.ac.id. Syamsir, Elvira. 2014. Karakteristik Mutu Pengolahan Daging Berkualitas. Staf Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan FATETA dan Peneliti Seafast Center IPB. Bogor. Tobing S. Wardani. 2012. Perbandingan kualitas karkas dan daging antara babi peliharaan dengan babi hutan. Program Pascasarjana Andalas. Padang. Suandana et al. Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 405-418 Page 418