BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

I. PENDAHULUAN. Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran sasaran. hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat

Firmanzah, PhD. Pasca Sarjana Ilmu Manajemen University of Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB I PENDAHULUAN. menjadi momen pendidikan politik yang sangat penting dalam rangka mendewasakan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

Kata kunci: Strategi Pemasaran Politik, Profit Kontestan, Profit pemilih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah atau seringkali

PR POLITIK & MARKETING POLITIK. Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Fokus Malam Edisi Rabu, 24 Juni 2009 Tema : Politik Topik : Mencermati Iklan-iklan politik capres di Media

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Promosi yang merupakan langkah dari perusahaan dalam

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menggunakan produk atau jasa dari perusahaan. harus mampu menciptakan, memelihara, melindungi dan membangun image

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pemilih Pemula di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Partai politik adalah organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. selalu membuat terobosan baru. Hal ini perlu dilakukan agar kelangsungan perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

POLITICAL MARKETING PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN 2009 DI SUMUT. Studi Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun produk karena produk ataupun jasa yang

ENAM REVISI PILKADA USULAN PUBLIK LSI DENNY JA FEBRUARI 2015

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada kebutuhan akan transportasi. Kebutuhan akan transportasi ini

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

3 Sukses LSI di Pilpres 2014

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

Bab V. Kesimpulan. 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan. persentase pengaruh sebesar -0,0029 atau -0.

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara 7 /PHPU.D-XII/2014 Tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. barang yang lengkap, nyaman dan layak bagi konsumen. Dengan kemajuan perusahaan yang bergerak dibidang retail di Kota

IMAGOLOGI POLITIK SKRIPSI. Oleh : WAHYUDI AULIA SIREGAR NIM : : Drs. P. Anthonius Sitepu, MSi

Matahari Kembar Kapolri? LSI DENNY JA Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Sastrayuda, 2010). Bentang alam yang

ABSTRAK. Nama : Ezra Karamang, dengan judul skripsi : Pengaruh Bauran Pemasaran Politik dan

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980)

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Meningkatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersaingan di era globalisasi ini. Perusahaan diharapkan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kajian political marketing mix saat ini sudah cukup pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat signifikan terhadap kehidupan berpolitik di Indonesia yang membuat peran serta pelaku politik dan kontribusi masyarakat dalam perpolitikan semakin besar. Semangat emansipasi dan demokrasi politik telah meningkatkan intensitas persaingan politik di Indonesia (Firmanzah, 2008). Sehingga meningkatkan intesitas persaingan politik yang dilakukan oleh para politisi dan partai politik dalam menentukan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan politik. Karena tujuan dengan diadakannya political marketing mix adalah untuk mendapatkan perhatian dan kecendrungan memilih dari para pemilih. Political marketing mix merupakan konsep permanen yang harus dilakukan terus menerus oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image publik (Butler & Collins, 2001). Dalam perkembangannya banyak kandidat partai politik menggunakan political marketing mix dalam strategi kampanye. Meskipun political marketing mix tidak menjamin kemenangan namun hal ini dapat menyediakan tools mengenai bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan mendapatkan suara (O Shaughnessy, 2001).

Di Indonesia pemilihan presiden tahun 2009-2014 yang dilakukan kedua kalinya dipilih langsung oleh masyarakat yang diikuti oleh tiga pasangan calon presiden, yaitu SBY-Boedionno, Mega-Prabowo, dan JK- Wiranto bisa dijadikan sebagai barometer dalam melihat bagaimana mereka mengimplementasikan political marketing mix. Kemenangan yang diperoleh oleh pasangan SBY-Boediono tidak terlepas dari kemenganan tim marketingnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penerapan politik yang optimal dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pasar pemilih dapat membawa kemenangan persaingan politik di segmentasi yang ditargetkan baik lokal maupun nasional. Menurut Firmansyah (2008), political marketing mix dengan marketingdalam dunia bisnis memiliki perbedaan, meskipun marketing mix tetap berlaku dalam political marketing politik, di mana ada nuansa political marketing yang harus diperhatikan adalah perbedaan tujuan politik dengan tujuan bisnis. Dalam penerapan political marketing mix ada dua hal yang harus ditempuh, yaitu marketing program dan voter segmentation. Marketing program merupakan penyampaian produk politik yang meliputi :Produc, Promotion, Place. Dengan menerapkan konsep tersebut diyakini mampu menawarkan strategi untuk mendapatkan dukungan sehingga lebih mendapat kecendrungan untuk dipilih. Sedangkan voter segmentation adalah cara menentukan pemilih pada beberapa level kategori sehingga pengemasan produk politik dapat dilakukan sesuai kategori tersebut. Menurut pendapat (Butler & Collins, 2001), adanya

peningkatan yang berubah-ubah terhadap perilaku masyarakat dalam memilih. Hal ini membuat dugaan mengenai pilihan dari pemilih menjadi lebih sulit, salah satu penyebab hal ini bisa terjadi karena kurang kuatnya ideologis yang dimiliki oleh pribadi masyarakat sehingga pemilih lebih cendrung pragmatis, dan melihat berdasarkan apa yang menjadi keunggulan calon dibandingkan pesaing dari satu sudut pandang saja. Penggunaan political marketing mix ini dibenarkan oleh (Gronroos, 1994) atas dasar kesederhanaan penggunaan dan pemahaman yang membuatnya menjadi alat yang berguna bagi keputusan pemasaran dan akademis. Sehingga dengan pengelompokkan ini, bisa diberikan level kategori dalam pengemasan produk politik yang sesuai kategori. Penerapan political marketing mix (bauran pemasaran) terletak pada kebutuhan pemilih yang menjadi fokus perhatian dalam pembinaan hubungan jangka panjang kandidat terhadap pemilih. Bentuk produk dalam political marketing mix terlihat dalam tiga kategori, yaitu image partai (citra partai), image kandidat (citra kandidat), dan janji politik. Menurut Niiffenenger (1989), pengukuran promosi politik dilakukan dengan menilai efektivitas dan kesesuaian yang digunakan untuk mencapai tujuan melalui advertising dan media, publikasi, even dan debat, slogan/jargon kampanye, penggunaan selebritis, dan konsisten citra. Dalam proses pemasaran, advertising melalui berbagai media dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk meningkatkan popularitas seorang

kandidat parpol. Namun tingkat pendidikan dari para pemilih juga harus menjadi perhatian, karena masyarakat pada saat sekarang ini sudah cukup peka dan paham mengenai politik sehingga mereka dapat melihat berdasarkan apa yang mereka ketahui. Seiring perkembangan zaman paham politik sangat diperlukan, karena fungsi dari edukasi politik kepada masyarakat dapat menguntungkan penerapan political marketing mix di masyarakat yang membutuhkan kondisi pemahaman politik yang kuat di kehidupan masyarakat. Karena berpolitik diartikan sebagai proses yang wajar dan normal dalam masyarakat, mereka harus sadar dan mengetahui pentingnya peraturan dan kebijakan yang diterapkan untuk mengatur perilaku pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Untuk tempat atau distribusi dalam politik diartikan sebagai suatu jaringan yang berisi orang dan institusi yang terkait dengan aliran produk politik kepada masyarakat secara luas (O Shaughnessy, 1990) sehingga masyarakat dapat mengetahui tentang politik secara luas. Hal yang terpenting dalam tempat dalam political marketing mix adalah pada jaringan yang dibangun sampai ke titik terbawah di daerah-daerah. Banyak partai politik di Inggris mengorganisasikan keanggotaan dan mesin politiknya sampai basis regional dan lokal. Dalam proses pemenangan persaingan politik pemilihan calon Walikota Padang periode 2014-2019 juga ikut serta menerapkan teknik dan strategi political marketing mix dalam memenangkan persaingan. Masyarakat dihadapkan pada pilihan yang cukup banyak, dengan 10 kandidat calon

Walikota Padang, membuat masyarakat harus memperhatikan dan mempelajari produk politik melalui berbagai tahap pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing kandidat untuk memperkenalkan dan menjelaskan apa yang akan mereka lakukan saat terpilih menjadi Walikota Padang. Berdasarkan hasil quick count perhitungan cepat yang dilakukan, didapatlah hasil bahwa terpilih dua kandidat dengan hasil pilihan terbanyak yang akan masuk pada pemilihan kedua untuk menentukan secara pasti siapa yang akan menjadi Walikota Padang. Terlepas dari berbagai macam kontroversi yang menyertainya, hasil telah ditetapkan dan diputusakan bahwa pasangan nomor urut 10 Mahyeldi-Emzalmi menduduki perikat pertama dengan suara 29,45 % suara, serta diikuti oleh pasangan nomor urut 3 diurutan kedua Desri Ayunda-James Hellyward dengan jumlah suara 19,11 % suara (KPU SUMBAR 2013). Strategi political marketing mix yang dilakukan oleh kedua pasangan ini untuk menentukan siapa yang akan menjadi Walikota Padang terlihat sangat ketat. Dimulai dari baliho besar yang dipajang di sepanjang jalan, pamflet, kartu nama yang diberikan kepada masyarakat, stiker untuk ditempel di rumah masyarakat. Serta berkeliling mengunjungi masyarakat disekitar tempat tinggal sang calon Walikota. Dalam pemasaran yang dilakukan oleh dua kandidat pemegang suara terbanyak yang telah dijabarkan diatas, mereka telah melakukan kegiatan pemasaran dengan kategori hal-hal yang paling mudah dipahami dan diketahui oleh masyarakat (survei lembaga poling Indonesia). Seperti menggunakan stiker (materi iklan yang terbuat dalam bentuk ukuran kertas kecil), poster

(materi iklan yang terbuat dari kertas ukuran besar dan ditempel di jalan-jalan atau dinding), spanduk (materi iklan yang terbuat dari kain ukuran besar dan umumnya dipasang di jalan-jalan), dan baliho (materi iklan yang terbuat dari papan/ triplek dengan ukuran besar dan umumnya dipasang di tempat-tempat umum. Dengan penerapan strategi political marketing mix yang telah dilakukan oleh para kandidat untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, secara data terbukti bahwa jumlah pemilih tidak sampai 100% dilakukan oleh masyarakat kota Padang. Hal ini tergambar dalam tabel dibawah ini. Table 1.1 Persentase Tingkat Partisipatif Masyarakat Padang Hal Persentase Pemilu tahun 2009 70, 50 % Pemilihan Presiden tahun 2009 71, 10 % Pemilihan Gubernur tahun 2010 63, 90 % Pilkada Padang 2013 (putaran 1) 57, 71 % Sumber : Edi Endrizal kordinator lembaga survei Indonesia (2013) Dari hasil persentase yang terdapat dalam tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa persentase pemilih sejak tahun 2009 hingga tahun 2014 setiap periode pemilihannya mengalami penurunan. Untuk Pilkada putaran pertama pemilihan Walikota Padang 2013 terdata bahwa jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan berbagai alasan berjumlah 237.129 orang atau sekitar 42,29% orang. Masyarakat yang tidak memilih ada yang termasuk dalam Golongan Putih (Golput), dan juga yang tidak bisa memilih karena beberapa alasan, seperti ada yang terdata sudah meninggal dunia,

kesalahan NIK, pindah alamat, dll. Untuk memecahkan permasalahan tersebut solusi sudah dikeluarkan oleh pihak KPU untuk membantu pemilih agar bisa menggunakan hak pilih mereka pada waktu yang disediakan. Hal ini menjelaskan bahwa dari 560.723 orang yang terdaftar sebagai daftar pemilih tetap (DPT) 323.594 orang menggunakan hak pilihnya atau sama dengan 57,71%. Dengan rincian 313.146 surat suara sah, dan 10.448 surat suara tidak sah. Berikut ini adalah hasil pemilihan umum pada pemilihan kota Padang pada Pilkada Walikota Padang putaran pertama tahun 2013. Tabel 1.2 Hasil Pilkada Padang 2013 Desri Lokasi Hellyward Mahyeldi Ayunda- Emzalmi James Pemilih Padang 27 % 32,25 % 17.859 Barat (55,26%) Padang 25,12% 20,82% 23.939 Selatan (57,94%) Padang 34,63% 20,14% 29.586 Timur (53,67%) Padang 32,33% 18,06% 20.537 Utara (55,04%) Koto 25,64% 17,88% 65.500 Tangah (57,92%) Nanggalo 23,21 % 11,66% 22.193 (59,84%) Kuranji 38,24% 11,29% 50.494 (57,76%) Pauh 33,58 % 18,49% 22.146 (58,99%) Lubuk 26,69% 31,83% 18.460 Kilangan (57,78%) Lubuk 27,47% 25,38% 42.843 Begalung Bungus Teluk Kabung (59,43%) 19,28% 5,22% 10.037 (62,98%) Sumber : KPU Padang ( 4 November 2013) Penduduk Golput dan alasan lain 32.318 46,33% 41.317 42,06% 55.122 46,33% 37.314 44,96% 113.092 42,08% 37.087 40,16% 87.421 42,24% 37.544 41,01% 31.948 42.22% 72.091 40,57% 15.936 37,02%

Edi endrizal seorang kordinator lembaga survei Indonesia mengatakan bahwa turunnya partisipasi pemilih disebabkan oleh tidak percayanya masyarakat terhadap partai politik. Sejak tahun 1999-2009 tingkat partisipasi masyarakat dalam memilih partai politik menurun 5%. Namun masih ada 95% masyarakat yang masih bisa diasumsikan akan menggunakan suaranya dalam pemilihan umum. Dari data LSI (lembaga Survei Indonesia) mengatakan bahwa 20% masyarakat memilih dan peduli terhadap partai politik karena mereka memiliki ikatan dengan partai politik. Ikatan yang dimaksud meliputi ikut menjadi tim sukses, mengenal salah satu kandidat, ada kepercayaan akan program kerja yang dikampanyekan, dan lain-lain. Meskipun menurut data yang dijabarkan diatas banyak masyarakat yang masih belum menggunakan hak pilihnya, namun persentase pemilih yang menggunakan hak pilihnya juga banyak. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi prioritas utama yang dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu alasan masih ikut berpartisipasinya masyarakat dalam pemilihan umum dikarenakan masih adanya kesamaan pendapat dengan tujuan pemilihan umum yang diadakan di Kota Padang, hal ini dibuktikan dengan keikutsertaaan masyarakat dalam pemilihan umum. Sehingga indikator yang menimbulkan daya tarik bagi pemilih mesti lebih dikembangkan dan dikaji lebih lanjut sehingga bisa diimplikasikan untuk menarik perhatian dari masyarakat yang belum memilih. Sehingga dimasa depannya semua masyarakat kota Padang bisa ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.

Melalui permasalahan yang telah dijabarkan dalam latar belakang diatas maka penulis ingin meneliti Analisis Pengaruh Political Marketing Mix Terhadap Keputusan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Memilih Calon Walikota Padang Periode 2014-2019. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Political Marketing Mix meliputi Produc, Promotion, Place terhadap keputusan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas memilih calon Walikota Padang periode 2014-2019. 1.3 Tujuan Penelitian Atas dasar perumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh Political Marketing Mix meliputi Produc, Promotion, Place terhadap keputusan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas memilih calon Walikota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan kontribusi pemikiran konsep-konsep dalam pengembangan ilmu political marketing mix.

2. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan pembelajaran dan pengalaman bagi mereka yang terlibat dalam penerapan analisis kasus. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di lingkup fakultas Ekonomi Universitas Andalas.Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengaruh Political Marketing Mix terhadap keputusan mahasiswa dalam memilih Walikota Padang.Elemen yang dibahas adalah Political Marketing Mix dan keputusan mahasiswa. Penelitian dilakukan dalam bentuk kuisioner, data diambil dari sebagian populasi yang dijadikan responden untuk mengetahui responnya terhadap beberapa masalah. Responden yang diambil adalah mahasiswa jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian terbagi atas enam bab, yaitu : 1. Bab I : Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. 2. Bab II : Tinjauan Pustaka Berisikan teori-teori yang berkaitan dengan topik seperti konsep Political Marketing Mix meliputi produk, promosi, dan tempat. Selain itu ada konsep keputusan pemilih.

3. Bab III : Metodologi Penelitian Menerangkan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, operasional variabel penelitian, pengkukuran variabel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengujian hipotesis. 4. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Menjelasakan tentang strategi Political Marketing Mix yang dilakukan oleh calon terpilih, menjelaskan masalah yang di teliti yaitu mengenai pengaruh Political Marketing Mix terhadap keputusan mahasiswa dalam memilih Walikota Padang. 5. Bab V : Penutup Berisi tentang kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dilakukan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.