BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lain mempunyai tingkatan dan nilai yang berbeda-beda. Kecantikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan-iklan yang muncul pada media elektronik seperti melalui televisi semuanya memiliki persamaan yaitu ingin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Seperti diketahui bahwa setiap produsen, baik itu yang menyediakan

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang semakin pesat ini banyak para pebisnis. yang bermunculan. Sekarang ini banyak persaingan untuk mengatasi

REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN "FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN"

BAB I PENDAHULUAN. Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media elektronik televisi merupakan bagian dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Penggolongan manusia tersebut disebut dengan ras

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. memperbesar penjualan barang-barang dan jasa. 1 Sedangkan menurut Thomas

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan

Bab 1 PENDAHULUAN. yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan makna, untuk itu manusia disebut sebagai homo signifikan yaitu

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan periklanan di dalam masyarakat dewasa ini sudah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. system komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media pandang dengar (audio visual) yang paling kuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi. Komunikasi dapat di lakukan secara verbal yaitu suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kita pasti akan menjumpai iklan. baik media cetak maupun media elektronik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan usaha yang paling ketat dalam Bidang Ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. (produsen atau pengiklan), pesan, media massa, komunikan (audiens), dan efek

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan manusia tetap awet muda dan menarik perhatian orang lain. Begitulah kira-kira apa yang dijanjikan oleh beberapa produk kecantikan modern saat ini. Tanda-tanda penuaan, flekflek hitam, keriput, dan noda yang dihasilkan faktor usia sudah bisa dicegah. Iklan televisi pada dasarnya merupakan wacana sosial yang dibentuk oleh media. Terkait dengan kecantikan, maka iklan adalah sarana efektif untuk menciptakan wacana, khususnya terhadap perempuan. Apabila wacana dalam iklan ini terus-menerus diproduksi, bukan tidak mungkin apa yang dimaksud oleh iklan mengenai kecantikan itulah yang akan dipahami oleh perempuan, khususnya perempuan yang menjadi target pasar tersebut. Realitas sosial seperti ini umumnya didorong oleh adanya anggapan bahwa perempuan adalah makhluk sosial yang harus tampil menarik, memiliki kulit yang putih, lembut, dan memiliki tubuh yang

indah. Keyakinan semu ini kemudian bertambah kuat ketika banyak iklan di televisi yang menegaskan bahwa perempuan yang baik atau cantik adalah perempuan sosial yang memiliki ciri-ciri seperti yang sudah disebutkan tadi. Meskipun definisi cantik di berbagai belahan dunia berbeda-beda, pada dasarnya cantik merupakan sebuah konstruksi sosial yang dilakukan oleh media massa. Definisi kecantikan mengenai kulit putih, tidak keriput, langsing, rambut panjang dan tebal, tidak ada noda dan flek, menjadi sebuah realitas yang terbentuk secara turun-menurun. Persoalan akan bertambah apabila pemahaman mengenai realitas yang dibentuk oleh iklan menjadi dasar pada eksploitasi tubuh perempuan. Seolah-olah seorang perempuan harus menjaga bentuk tubuh dan kecantikannya agar tetap sedap dipandang oleh kaum pria. Apabila ada perempuan yang mengalami perceraian itu adalah perempuan yang tidak memahami bagaimana menjaga kecantikannya. Hal ini bisa jadi menjadi sesuatu yang bagi sebagian perempuan tidak dipertanyakan lagi, inilah mitos yang turun menurun terbentuk oleh iklan. Tentang keadaan tersebut, tak jarang dalam jangka panjang kemudian berubah menjadi sebuah mitos. Mitos adalah bagaimana sebuah kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang sebuah realitas. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos-mitos masa kini adalah suatu realitas yang

menyinggung feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan (Fiske 1990 : 88). Faktanya, dalam konteks kesehatan, cantik itu harus diimbangi dengan kesehatan. apabila seseorang sehat namun tidak cantik, seharusnya menjadi hal yang baik. Namun apabila seseorang itu cantik namun tidak sehat, maka hal tersebut merupakan sebuah masalah. Dizaman yang serba modern ini, dunia menjanjikan segala kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Informasi-informasi yang ada sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi, baik itu informasi yang bersifat menghibur atau informasi yang bersifat berita. Media massa merupakan salah satu pilihan dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi tersebut. Keanekaragaman media massa di Indonesia membuat pilihan tersebut menjadi semakin tersedia, namun media massa siar (televisi) masih menjadi pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan infromasi tersebut. Media merupakan sebuah alat yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Ada dua cara dalam proses penyampaian pesan, yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bisa dengan cara bertemu tatap muka, dan cara tidak langsung yaitu menggunakan saluran media (surat kabar, radio, televisi, dan media mainsteam lainnya) (Mulyana 2003 : 63)

Passante mengemukakan dalam bukunya yang berjudul The Complete Ideal s Guides Journalism, bahwa masing-masing media memiliki karakteristik yang berbeda, karena perbedaan karakteristik inilah yang menimbulkan keunggulan dan kekurangannya masing-masing, dan memiliki dampak tersendiri. Media televisilah yang dipercaya memiliki dampak yang paling besar dibandingkan media-media lain, karena di dalam televisi terdapat unsur audio visual yang sangat kuat dalam proses penyampaian pesan. Hal ini disebabkan karena media televisi memiliki video dan audio yang dapat ditonton melalui televisi (2008:167-168), dan juga adapun karakteristik televisi menurut Ardianto dan Lukiati dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa adalah audio-visual, berpikir dalam gambar, dan pengoperasian yang lebih kompleks (2007 : 128). Iklan yang baik adalah iklan yang mampu menarik minat calon pembelinya, hal ini terjadi karena iklan memiliki sifat mengubah dan memengaruhi sikap dan pemikiran orang lain. Iklan juga harus dibuat agar para konsumen atau khalayak secara sukarela melakukan sesuatu tindakan yang menjadi keinginan oleh produsen atau pengiklan. Banyaknya persaingan bisnis inilah yang mengakibatkan pengiklan menyisihkan etika dalam pariwara, namun menjunjung tinggi kreatifitas dan inovasi dalam beriklan. Hal ini berguna untuk menarik perhatian calon pembeli dalam menentukan pilihannya. Iklan-iklan tersebut memberi nilai-nilai dalam masyarakat, dan seringkali berwujud asosiasi citra yang terkait dengan motif sosial yang terbentuk di masyarakat (Kasiyan, 2008:153).

Persaingan-persaingan yang muncul dalam berbisnis inilah yang menjadikan banyak produsen (baik pengiklan ataupun agensi iklan). Dalam pembuatan iklan, produsen membuat sebuah realitas baru yang bertujuan untuk menarik minat para target audience. Banyak realitasrealitas yang dibentuk oleh iklan sehingga merasuki pemikiran masyarakat, dan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah kebenaran yang sebenarnya telah dikonstruksi oleh media massa. Realitas yang ada di televisi dibuat seakan-akan merupakan gambaran sebuah realitas nyata yang ada di masyarakat. Peter Berger dan Thomas Luckman (1966) mencetuskan pemikiran mereka ke dalam suatu teori yang menjelaskan tentang sebuah konstruksi realitas sosial yang ada di dalam suatu masyarakat. Dalam teori tersebut, mereka menyatakan bahwa realitas terbentuk secara sosial dan realitas merupakan sebuah pandangan yang objektif. Pandangan tersebut dibuat dan media massa diasumsikan memiliki peran penghubung (mediasi) antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman-pengalaman pribadi individu. Realitas konstruksi oleh media tersebut lebih banyak menyorot kepada kaum wanita. Eksploitasi gender perempuan dalam iklan menjadi hal yang wajar dan seakan-akan memang diciptakan seperti itu. Seperti contoh dalam iklan produk pelangsing, body lotion, dan anti aging. Model(endorser) yang digunakan dalam iklan selalu memakai model perempuan yang menginginkan kesempurnaan dalam tubuhnya. Hal ini

merepresentasikan bahwa perempuan merupakan sosok yang tidak pernah memiliki kepuasan, dan akan tampil seperti apa yang dikonstruksikan oleh media tersebut. Penggunaan perempuan sebagai model iklan selalu dikaitkan dengan keindahan dan sensualitas yang dimiliki oleh model tersebut. Banyak iklan di televisi yang memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang indah, hal ini menyebabkan bahwa pandangan masyarakat mengenai perempuan cantik adalah perempuan yang memiliki tubuh yang indah, kulit yang putih, langsing, dan tinggi meskipun pada akhirnya masyarakat sendirilah yang harus menginterpretasikan makna dari simbol-simbol tersebut. Produk yang diiklankan dapat didramatisirkan dan dibuat lebih menggairahkan atau kurang lazim dari biasanya sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengingatnya (Shimp, 2003:535). Keadaan gender perempuan direkayasa dalam iklan, sehingga menampilkan kesan yang menarik, sehingga dapat mempersuasi masyarakat untuk menggunakan barang yang diiklankan. Seperti yang ada dalam iklan Olay total effect versi Kajol, dalam iklan tersebut seorang Kajol menyampaikan pesan seperti seseorang yang memberikan kesaksian (testimoni) tentang hidupnya. Kajol adalah seorang artis Bollywood terkenal dan dalam iklannya, ia membeberkan bahwa hidup itu sekarang lebih sulit, keadaan yang menekan seseorang sehingga terciptalah sebuah stress yang mengakibatkan tanda-tanda penuaan. Setelah mendapatkan Olay, Kajol memiliki kekuatan untuk melawan

tanda-tanda penuaan yang menjadi maasalah kebanyakan perempuan, dan dia masih tampak muda karena bantuan Olay total Effects. Peneliti mengambil contoh dari Iklan Olay Total Effects karena iklan tersebut menceritakan kecantikan dari sisi perempuan. Bagaimana kecantikan tersebut dipandang dan menjadi mitos dimata perempuan itu sendiri. Gambar 1.1 Olay Total Effects Scene 19 Sedangkan di iklan yang lain yaitu iklan Ponds Age Miracle, diperlihatkan sosok perempuan dimata seorang pria. Bagaimana kecantikan dipandang dari sisi seorang pria. Peneliti secara sengaja meneliti kedua iklan tersebut, karena kedua iklan tersebut memiliki konteks yang sama, namun berbeda sudut pandang. Bagaimana kecantikan dan mitos kecantikan perempuan muncul dimata seorang pria. Dalam iklan tersebut, ada seorang pria tampan yang mengagumi kecantikan istrinya. Pria tersebut berkata kalau setiap melihat istrinya, sama seperti ia pertama kali melihatnya meskipun sudah sepuluh tahun berkeluarga.

Gambar 1.2 Ponds Age Miracle Scene 20 Peneliti mengambil kedua iklan tersebut dengan alasan bahwa kedua iklan tersebut merupakan iklan internasional yang diproduksi secara global, dan iklan tersebut sudah di dubbing ulang oleh pengiklan. Dubbing iklan tersebut menggunakan bahasa Indonesia yang dimana diharapkan dapat membuat masyarakat Indonesia merasa memang iklan tersebut mewakili perempuan yang ada di Indonesia. Peneliti meneliti iklan Olay karena keadaan geografis India tidak jauh berbeda dari Indonesia, yang dimana menggambarkan bahwa bentuk dan warna kulit tubuh yang ada di India tidak jauh berbeda dari Indonesia. Iklan tersebut juga menggunakan bahasa Indonesia yang menjadikan iklan tersebut perwakilan dari orang Indonesia. Iklan Ponds diambil di Thailand, yang merupakan Negara di Asia tenggara sama seperti Indonesia. Jadi peneliti beranggapan bahwa keadaan letak yang sama dengan Indonesia membuat perbedaan kulit dan perempuan di Thailand tidak jauh berbeda dengan perempuan dan kulit

Indonesia. Iklan tersebut juga menggunakan bahasa Indonesia yang menjadikan iklan tersebut perwakilan dari orang Indonesia.. 1.2 Perumusan Masalah Perkembangan media khususnya televisi yang sangat besar khususnya dalam periklanan. Hal ini menimbulkan semakin banyak konstruksi sosial yang ditimbulkan oleh iklan dan menjadikan konstruksi sosial tersebut sebagai suatu nilai kebenaran yang ada di masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, yang menjadi focus penelitian adalah mengungkap Mitos kecantikan dalam iklan (Studi Semiotika Roland Barthes Terhadap Iklan Olay Total Effect dan Ponds Age Miracle )? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan guna menemukan tanda-tanda verbal dan nonverbal yang dikonstruksi oleh pengiklan (media) dalam iklan Olay Total Effects dan Ponds Age Miracle. Penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan mitos yang terdapat dalam iklan tersebut. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki dua kegunaan yang dibagi menjadi kegunaan akademis dan kegunaan secara praktis. Dalam kegunaan

akademis, penelitian ini beguna menjadi wacana penelitian kualitatif dengan analisis semiotika, sehingga penelitian ini memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu komunikasi, khususnya di Universitas Multimedia Nusantara. Dalam kegunaan secara praktis, penelitian ini berguna untuk para pembaca, khususnya mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara dalam menanggapi maksud dan tujuan yang diberikan oleh media, dan juga ditujukan untuk para praktisi iklan agar dapat membuat iklan yang kreatif namun tetap menjunjung tinggi etika dalam beriklan. Hal praktis lainnya adalah agar analisis penelitian ini dapat memberi informasi dan kesadaran pembaca atas makna dan tanda yang ada di setiap iklan, khususnya iklan dalam media siar televisi BAB II KERANGKA TEORI