1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia perfilman horor Indonesia semakin marak dan maju. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap bioskop ada, satu bahkan dua dari jumlah studio yang ditayangkan banyak bioskop di Indonesia adalah bertemakan horor. Film-film ini dapat dilihat di bioskop-bioskop kesayangan di kota masing-masing. Untuk informasi film yang diputar, jadwal dan jam tayang dapat dilihat di situs-situs internet, salah satunya di www.detik.com dan www.21cineplex.com, dan dapat pula diakses lewat SMS. Kondisi seperti ini dimulai sejak akhir tahun 2006 sukses meraup jumlah penonton lebih banyak dibanding film drama percintaan remaja yang sebelumnya sempat berjaya. Penonton film Indonesia yang mayoritas pada usia remaja, nampak terlihat tergila-gila nonton film horor tanpa mempedulikan buruk kualitas film horornya itu sendiri. Sebenarnya, trend horor ini sudah dimulai sejak film Jelangkung garapan Rizal Mantovani yang berkolaborasi dengan Jose Purnomo beberapa tahun lalu (mungkin sekitar 5-6 tahun lalu sepertinya) pada saat itu meledak diluar dugaan, Tusuk Jelankung diliris dan tidak sesukses Jelangkung. Periode berikutnya tahun 2002-2003 diisi dengan kejayaan film drama remaja seperti Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel i am in love, sampai dengan Virgin yang kualitasnya jauh lebih buruk dibandingkan dengan Ada Apa Dengan Cinta. Dan terhitung
2 sejak 2005, film horor kembali menjadi primadona. Sebut misalnya Bangsal 13, mirror, 12 am, Panggil Namaku 3 x, Rumah Pondok Indah, Hantu Bangku Kosong, Hantu Jeruk Purut, Pocong, terowongan Casablanca, Roh, dan puluhan judul lainnya yang mencoba meraup untung dari film horor (www.prakarsarakyat.org). Dampak dari keadaan seperti ini membuat para sutradara berpacu untuk membuat film. Kondisi seperti ini juga berpengaruh kepada perusahaanperusahaan lainnya seperti perusahaan musik, tampilan-tampilan hantu yang digunakan pada akting-akting dari setiap tokoh yang diperankan sesuai perfilman itu sendiri. Tak heran kondisi seperti ini menyebabkan larisnya juga balantika musik Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh dunia perfilman di tanah air, dengan banyaknya penyanyi-penyanyi baru di tanah air yang muncul di tanah air kita ini, dengan menggunakan soundtrack film yang digunakan sebagai salah satu bentuk promosinya. Bahkan tidak sedikit juga banyak pemeran-pemeran film yang diambil dari pemusik- pemusik yang baru muncul dari soundtrack filmnya itu sendiri, seperti Irwansyah, Icha, Nirina Zubir, Titi Kamal, Nova Elisa dan masih banyak nama artis lainnya. Mungkin ini dikarenakan pemain-pemain baru lebih murah untuk biaya produksinya. Membuat film horor sebenarnya tidak perlu berfikir yang susah-susah, ide cerita sudah ada dan beredar di masyarakat yang bersumber dari mitos-mitos (walaupun sebelumnya mereka juga survey tentang mitos itu), membuatnya bisa cepat, tidak seperti film sejarah zaman dulu yang harus memakan banyak waktu dan biaya yang lebih besar, dan produser dan sutradara akan senang kalau
3 penonton merasa ketakutan setelah menonton film mereka, meskipun terkadang penonton bukan takut, tapi penonton kaget. Seperti contoh di film Pocong, yang bisanya membuat kaget saja, dikarenakan tampilan-tampilan hantu yang mendadak datang,dan juga disertai dengan efek suara yang menggelegar itu. Jadi yang penting penonton teriak saja, kondisi tersebut telah merupakan kesuksesan darimana film tersebut. Jelas kondisi ini tidaklah hanya disebabkan oleh bintang film atau berlatarkan tema saja akan tetapi peran promosi juga sangat penting dalam kesuksesan sebuah film tersebut. Misalnya dengan adanya simbol di bioskopbioskop, ataupun adanya buku-buku misteri, musik-musik soundtrack film seperti diatas, dan masih banyak bentuk promosi lainnya, dari mulut ke mulut (word of mouth) juga terkadang sangat berpengaruh terhadap mengajak teman, rekan atau pasangannya, bahkan ada juga yang memang mereka hobby nonton film horor yang dipastikan akan menonton film tersebut dari judul ke judul, tanpa memikirkan judul apa yang mereka tonton tersebut. Karena dengan menonton film horor bagi mereka merupakan kepuasan tersendiri karena adrenalin mereka dapat naik ketika menonton film bertemakan horor tersebut. Maka dengan cara seperti ini akan menimbulkan minat seseorang untuk menonton film horor akan lebih besar lagi untuk pangsa pasarnya. Terlebih lagi guna memacu kondisi perfilman Indonesia yang saat ini diisukan bangkit dari kubur.
4 1.2. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan membahas mengenai: 1. Apakah promosi mempengaruhi minat menonton film horor? 2. Apakah tampilan hantu mempengaruhi minat menonton film horor? 3. Apakah subyektif norm mempengaruhi minat menonton film horor? 4. Apakah bintang film mempengaruhi minat menonton film horor? 5. Apakah hobby mempengaruhi menonton film horor? 6. Apakah tema mempengaruhi menonton film horor? 1.3. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab masalah yang ada. Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh promosi terhadap minat menonton film horor. 2. Menguji pengaruh tampilan hantu terhadap minat menonton film horor. 3. Menguji pengaruh subyektif norm terhadap minat menonton film horor. 4. Menguji pengaruh bintang film terhadap minat menonton film horor. 5. Menguji pengaruh hobby terhadap minat menonton film horor. 6. Menguji pengaruh tema film terhadap minat menonton film horor.
5 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa inspirasi, informasi, acuan, maupun bahan pertimbangan kepada banyak pihak yang terkait. a. Bagi penulis 1. Dapat mempelajari kembali teori mata kuliah yang telah di berikan sewaktu kuliah. 2. Untuk mengetahui orang tentang minat menonton film- film horor. b. Bagi Pembaca 1. Membantu pembaca mendapatkan informasi yang diperlukan dalam menyusun skripsi dan menerapkan alat analisis yang dipakai. 1.5. Batasan Penelitian Agar tidak terlampau luas dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai minat masyarakat Yogyakarta dalam menonton film horor peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Film horor Indonesia yang dimaksud adalah film horor Indonesia yang menerbitkan rasa ngeri, takut teror, jijik, berbagai kekuatan jahat, maupun karakternya, dan terkadang semua itu berasal dari dunia supernatural. 2. Yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat Yogyakarta yang pernah menonton film horor. 3. Banyaknya responden yang diteliti adalah 100 orang. 4. Variabel yang digunakan meliputi:
6 a. Promosi b. Tampilan hantu c. subyektif norm d. Bintang film e. Hobby f. Tema film g. Minat