BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Setelah kemerdekaan, Bangsa Indonesia telah menyadari bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang. dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB I PENDAHULUAN. organisasi pekerja melalui serikat pekerja/serikat buruh. Peran serikat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang. berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (PT) Telkom Cabang Solo merupakan salah satu badan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

BAB I PENDAHULUAN. maka manusia harus bekerja. Manusia sebagai mahluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. A. Latar Belakang Penelitian

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata merupakan sekumpulan aturan yang memuat ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENYEDIA JASA AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA OUTSOURCING

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan jasa penyedia tenaga kerja menjadi tren di tengah. perkembangan persaingan bisnis yang semakin kompetitif.

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cepat membawa dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja alih daya (outsourcing) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB II STATUS HUKUM TENAGA KERJA OUTSOURCING. A. Latar Belakang dan Pelaksanaan Outsourcing dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan

SISTEM PENGUPAHAN PEKERJA OUTSOURCING PADA BANK CIMB NIAGA DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebaik mungkin dengan cara menyediakan lapangan atau kesempatan kerja

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

BAB I PENDAHULULAN. lain melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah da rah Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Salah satunya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi biaya produksi (cost of production). Salah satu solusinya adalah dengan sistem

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mendukung pekerjaan dan penghidupan yang layak. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. negaranya termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya yang di dalamnya terdapat hak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan sistim outsourcing.

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. berlanjut dengan krisis kepercayaan, krisis politik, krisis sosial, krisis

BAB I PENDAHULUAN. jasa tenaga kerja atau sering disebut dengan perusahaan outsourcing.

BAB II TINJAUAN UMUM HUBUNGAN KERJA DAN OUTSOURCING. Dengan diadakannya perjanjian kerja maka terjalin hubungan kerja antara

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan tidak dimungkinkan terhadapnya. modal dan tanggungjawab sendiri, sedangkan bekerja pada orang lain maksudnya

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam suatu kegiatan produksi.

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA. 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

KEKUATAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MAGANG BAKTI DENGAN BANK CENTRAL ASIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ekonomi global dan perkembangan teknologi yang demikian cepat

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

seperti Hak Cipta (Copyright), Merek (Trade Mark)maupun Desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan

BAB II PEKERJA (WAITRESS), DAN KECELAKAAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Setelah kemerdekaan, Bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan hak asasi warga negara sebagaimana di atur dalam pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam amandemen Undang-undang Dasar Tahun 1945, tentang ketenagakerjaan disebut dalam pasal 28 d ayat (2). Implikasi dari hal tersebut Negara mempunyai kewajiban untuk mengfasilitasi warga negaranya agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak, Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang di bidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban Negara tersebut. 1 Untuk memperoleh pekerjaan yang layak harus adanya Perusahaan yang fungsinya adalah untuk kegiatan produksi yang mengolah sumbersumber ekonomi yang menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan agar dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan memperlukan sumber-sumber daya atau di sebut juga faktor-faktor produksi 1 Undang-undang Dasar Tahun 1945. 1

2 meliputi sumber daya manusia/tenaga kerja, modal, sumber daya alam/fisik, entrepreneur/wirausaha, dan sumber daya informasi. 1 Iklim pasar bebas semacam ini, hanya perusahaan yang evisien dengan produk yang berkualitas tinggi saja yang akan mampu bertahan dapat terus meningkatkan kualitas produk maupun layanan. Persaingan dalam dunia bisnis antara perusahaan tersebut membuat perusahaan harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktifitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi terhadap kompetensi utama dari perusahaan akan dihasilkan sejumlah produk dan jasa yang memiliki kualitas dan memiliki daya saing di pasar. Kecenderungan beberapa perusahaan untuk memperkerjakan karyawan dengan sistem outsourcing pada saat ini, dilatar belakangi oleh strategi perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya produksi (cost of production). Dengan menggunakan sistem outsourcing ini, pihak perusahaan berusaha untuk menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan 2 Outsourcing sendiri adalah hubungan kerja dimana pekerja/buruh yang di pekerjakan di suatu perusahaan dengan sistem kontrak, tetapi kontrak tersebut bukan di berikan oleh perusahaan pemberi kerja, melainkan oleh perusahaan pengerah tenaga kerja. 3 1 Irma Nilasari dan Wiludjeng,Pengantar Bisnis,Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama,Bandung,2005,hlm 2. 2 Andrian Sutedi,Hukum Perburuhan, Sinar Grafika Jakarta 2009, hlm 217. 3 Abdul khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,PT Citra Aditya Bakti Bandung 2009, hlm 74.

3 Mengenai peraturan outsourcing sendiri bisa dilihat di dalam Undangundang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu dalam pasal 64 sampai dengan pasal 66. Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada pasal 64 di tegaskan bahwa outsourcing dilakukan dengan perjanjian kerja secara tertulis melalui dua cara, yaitu perjanjian pemborongan pekerja, atau penyedian jasa pekerja/buruh. 4 Sebelum di atur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sistem outsourcing ini, perjanjian pemborongan-pekerjaan ini di atur dalam KUHPerdata, Buku III Bab 7a pasal 1601, 1601b, 1601c(2), 1604-1617. 5 Pengaturan pelaksanaan outsourcing sendiri pada dasarnya hanya dapat digunakan pada jenis pekerjaan tertentu saja yaitu pekerjaan yang kegiatannya merupakan kegiatan penunjang (non core business) atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi dan tidak boleh di terapkan pada pekerjaan yang kegiatannya yang bersifat pokok (core business) atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi seperti yang di sebutkan dalam pasal 66 Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 6. Pelaksanaan outsourcing sendiri tidak dapat diterapkan dalam jangka waktu sementara, dengan menggunakan outsourcing perusahaan akan mengeluarkan dana lebih sebagai management fee perusahaan outsourcing. Namun dalam kenyataannya Outsourcing harus diterapkan secara jangka 4 Abdul Khakim, Idem 75. 5 Agusmidah, Hukum Ketenaga Kerjaan Indonesia, Ghalia Bogor 2010, hlm 44. 6 Agusmidah, Idem 56.

4 panjang, dari mulai kalir pekerja, efesiensi dalam bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lain sebagainya. Sehingga Perusahaan dapat tertuju pada kompetensi utamanya dalam bisnis sehingga dapat berkompetisi dalam pasar, dimana hal-hal intern perusahaan-perusahaan yang bersipat menunjang (supporting) di alihkan kepada pihak lain yang lebih profesional. Pada kenyataanya pelaksanaanya, pengalihan ini juga menimbulkan beberapa permasalahan terutama masalah ketenagakerjaan mengingat secara hukum hubungan kerja yang terjadi adalah antara pekerja dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja sedangkan pekerja dalam kesehariannya bekerja di perusahan pemberi kerja (principal) dan harus tunduk kepada peraturan perusahaan pemberi kerja walaupun antara keduanya tidak ada hubungan hukum secara langsung. PT. PKSS adalah bentuk perusahaan yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang berwenang. Perusahaan ini menggunakan praktik outsourcing dalam perekrutan tenaga kerjanya, pekerja outsourcing ini tidak di tempatkan dalam kegiatan pokok yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Mengamati perusahaan sebagai simbol dari sistem ekonomi dominan, menjadi jelas secara intern, struktur dan fungsinya adalah anti-tesis bagi perlindungan hukum pekerja atau buruh, keduanya saling bertentangan, selalu dijumpai kesenjangan antara das sollen (keharusan) dan das sain (kenyataan) dan selalu muncul diskrepansi antara law in the books dan law in action.

5 Kesenjangan antara das sollen dengan das sain ini disebabkan adanya perbedaan pandangan dan prinsip antara kepentingan hukum (perlindungan terhadap pekerja) dan kepentingan ekonomi (keuntungan peusahaan), sementara hukum menghendaki terpenuhinya hak-hak pekerja atau buruh secara maksimal, bagi perusahaan hal tersebut justru dirasakan sebagai suatu rintanga karena akan mengurangi laba atau keuntungan. Kehadiran pemerintah yang semula diharapkan dapat memberikan jaminan perlindungan atas hak-hak dasar pekerja atau buruh, malah justru sebaliknya, pemerintah lebih terkesan represif bahkan eksploitatif terhadap kepentingan pekerjaan. Indikasi lemahnya perlindungan hukum bagi pekerja dapat terlihat dari problematika outsourcing (alih daya) yang akhir-akhir ini menjadi isu nasional yang aktual. Problem outsourcing memang cukup bervariasi seiring akselerasi penggunanya yang semankin marak dalam dunia usaha, sementara regulasi yang ada belum terlalu memandai untuk mengatur outsourcing yang telah berjalan di tengah kehidupan ekonomi dengan hegemoni kapitalisme financial yang beroprasi melalui dis-solution subject, yang tidak memandang pekerja sebagai subjek produksi yang patut dilindungi, melaikan sebagai objek yang dapat di ekspoitasi. 7 Pada kenyataannya para pekerja banyak yang mengeluh mengenai dibatasinya bekerja diperusahaan yang di salurkan oleh PT. PKSS Bandung (menggunakan sistem kontrak) sehingga tidak mempunyai kepastian bagi 7 George Ritzer dan Douglas, Teori Sosial, Cetakan Kedua 2009 hlm 23.

6 para pekerja, apakah setelah putus kontrak mereka bisa bekerja lagi tidak. Masalah yang lainnya dari pihak outsourcing mengatur saat masa perjanjian kerja berakhir pekerja outsourcing di haruskan untuk membuat perjanjian kontrak baru sehingga perjanjian kontrak yang sebelumnya di anggap tidak ada, ini sangat jelas bertentangan dengan keputusan MK yang mengeluarkan penjelasan mengenai pasal 64 sampai dengan pasal 66 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang isinya pekerja outsourcing pada saat perjanjian kerja memasuki 3 tahun perusahaan di wajibkan untuk mengangkat pekerja outsourcing menjadi pegawai tetap. Selain itu juga pemotongan gaji sehingga mengurangi pendapatan para pekerja. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian secara mendalam terhadap keberadaan outsourcing PT. Prima Karya Sarana Sejahtera (PKSS) Bandung yang dalam menyalurkan pekerjanya ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Cianjur. Untuk itu peneliti memberikan judul: KEBERADAAN OUTSOURCING PT. PRIMA KARYA SARANA SEJAHTERA (PKSS) BANDUNG DALAM MENYALURKAN PARA PEKERJA KE BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG CIANJUR DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

7 A. Identifikasi masalah : Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keberadaan PT. PKSS sebagai perusahaan outsourcing dalam menyalurkan para pekerja ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Cianjur ditinjau dari Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan? 2. Bagaimana pelaksanaan hubungan kerja antara pekerja dengan PT. PKSS dan antara pekerja PT. PKSS dengan Bank BRI Cabang Cianjur sebagai pengguna tenaga kerja ditinjau dari Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan? B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak di capai peneliti yaitu : 1. Untuk mengetahui keberadaan PT. PKSS sebagai perusahaan outsourcing dalam menyalurkan para pekerja ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Cianjur ditinjau dari Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan hubungan kerja antara pekerja dengan PT. PKSS dan antara pekerja PT. PKSS dengan bank BRI Cabang Cianjur sebagai pengguna tenaga kerja. C. Kegunaan Penelitian Penelitian atau pembahasan suatu masalah yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi pihak-pihak yang

8 tertarik dan berkepentingan dengan hasil penelitian tersebut. Adapun kegunaan penelitian ini adalah meliputi dua bagian : 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum dan hukum perdata pada umumnya, serta memberi kontribusi untuk pengembangan hukum ketenagakerjaan pada khususnya, serta tambahan referensi bagi kepentingan yang bersifat akademis sebagai suatu sumbangsih untuk melengkapi bahan kepustakaan. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis sebagai bekal untuk mengetahui keberadaan outsourcing dalam menyalurkan para pekerja kepada perusahaan dan diharapkan juga dapat bermanfaat bagi instansiinstansi terkait. D. Kerangka Pemikiran Masalah ketenagakerjaan di Indonesia saat ini meliputi masalah jumlah dan pertumbuhan penduduk, struktur umur dan terbatasnya tingkat pendayagunaan tenaga kerja, penyebaran penduduk, tingkat pendidikan, serta penggunaan sistem outsourcing dan perusahaan tidak melaksanakannya penjelasan MK mengenai Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

9 Berdasarkan data sensus terkini jumlah penduduk Indonesia telah melebihi 240 juta jiwa, dan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya di perkirakan mencapai 1.49% dari jumlah tersebut 8. Di lain pihak, pembangunan dan kegiatan ekonomi belum mampu menyediakan kesempatan kerja yang memadai bagi penduduk, khususnya bagi mereka yang usianya produktif 9. Menurut Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak berdasarkan Pancasila Kemudian dengan adanya dari sektor formal, utamanya industri manufaktur yang di harapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan tenaga kerja sampai saat ini masih belum optimal. Untuk mengatasi masalahmasalah ketenagakerjaan sebagaimana diuraikan di atas, pemerintah menyusun strategi melalui program-program kerja di antaranya perluasan kesempatan kerja. 10 Tujuan mendasar dari upaya dibidang perluasan kesempatan kerja adalah terwujudnya hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. sesuai dengan bakat minat, dan kemampuannya. Serta pemerataan kesempatan kerja dan penyedia tenaga kerja sesuai dengan 8 Sonnya Harry Budiutomo Harmadi, Dalam Buku Aloysius Uwiyanto dan Siti Hajati, Asas-Asas Hukum Perburuhan,PT Rajagrafindo Persada, Jakarta 2014, hlm 27. 9 Aloysius Uwiyanto dan Siti Hajati, Asas-Asas Hukum Perburuhan,PT Rajagrafindo Persada, Jakarta 2014, hlm 29 10 Pandji Anoraga, dalam Buku Aloysius Uwiyanto dan Siti Hajati, Asas-Asas Hukum Perburuhan,PT Rajagrafindo Persada, Jakarta 2014, hlm 31.

10 kebutuhan pembangunan 11. Harus di upayakan agar semua orang yang mampu dan ingin bekerja dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian dan keterampilannya serta memperoleh penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga secara layak. Kesempatan kerja dalam praktik kerap terkendala oleh tidak tersampaikannya informasi mengenai kebutuhan akan pekerjaan atau sebaliknya, kebutuhan akan tenaga kerja. Untuk itu, program perluasan kesempatan kerja lainnya adalah melalui perusahaan penyedia jasa yaitu pengusaha yang memasok penyediaan tenaga kerja kepada perusahaan pemberi kerja untuk melakukan pekerjaan di bawah perintah langsung dari perusahaan pemberi kerja, disebut perusahaan penyedia jasa pekerja. Perusahaan penyedia jasa pekerja wajib berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi ketenagakerjaan. Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan proyek atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Perusahaan penyedia jasa pekerja untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi dipersyaratkan: 1. Adanya hubungan kerja antar pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja. 11 Undang-undang Dasar 1945, pasal 27 ayat (2).

11 2. Perjanjian kerja dapat berupa perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. 3. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syart-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja. 4. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja dan perusahaan penyedia jasa pekerja, dibuat secara tertulis sesuai ketentuan yang di atur dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun yang dimaksud dengan kegiatan jasa penujang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok suatu perusahaan. Pekerja buruh yang bekerja pada perusahaan penyedia jasa pekerja, juga memperoleh hak yang sama dengan yang diperjanjikan, mengenai perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul dengan pekerja lainnya di perusahaan penyedia jasa pekerja. 12 Perusahaan penyedia jasa pada kenyataannya sudah tidak sejalan dengan Undang-undang Dasar 1945 dan penjelasan MK mengenai Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang termuat dalam pasal 64 sampai dengan pasal 66. Perusahaan lebih Kecenderungan untuk memperkerjakan karyawan dengan sistem outsourcing pada saat ini, dilatar 12 Op cit, Andrian Sutedi, hlm 225.

12 belakangi oleh strategi perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya produksi (cost of production) dan keuntungan untuk perusahaan. Menurut Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 sudah jelas menyatakan segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ketentuan tersebut, menunjukan bahwa di Indonesia hak untuk bekerja telah memperoleh tempat yang penting dan dilindungi oleh Undang-undang Dasar Tahun 1945. Berdasarkan hukum ketenagakerjaan, istilah outsourcing, sebenarnya bersumber dari ketentuan yang terdapat dalam pasal 64 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjan, yang menyatakan bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja yang dibuat secara tertulis. Dalam praktiknya, ketentuan tentang penyediaan jasa pekerja yang diatur dalam peraturan diatas akhirnya memunculkan pula istilah outsourcing, ( dalam hal ini maksudnya menggunakan sumber daya manusia dari pihak luar perusahaan). Beberapa praktisi hukum ketenagakerjaan sebenarnya banyak yang mengkritik sistem outsourcing ini, karena secara legal formal perusahaan pemberi kerja tidak bertanggung jawab secara langsung terhadap pemenuhan hak-hak pekerja yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam rangka melindungi pekerja untuk meminimalisasi dampak negatif dari sistem outsourcing. Syarat- syarat

13 tersebut wajib dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa pekerja maupun perusahan pemberi pekerja, agar pekerja/buruh yang bersangkutan tetap terlindungi hak-haknya dan tidak mengalami eksploitasi secara berlebihan. Syarat-syarat yang wajib di penuhi adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan penyedia jasa pekerja merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang berwenang. 2. Pekerja/karyawan yang ditempatkan tidak boleh digunakan untuk melaksanakan kegiatan pokok yang berhubungan langsung dengan proses produksi. 3. Adanya hubungan kerja yang jelas antara pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia jasa pekerja, sehingga pekerja yang di tempatkan tersebut mendapatkan perlindungan kerja yang optimal sesuai standar minimum ketenagakerjaan 4. Hubungan kerja yang harus di tuangkan dalam perjanjian secara tertulis (dua perjanjian sebagaimana yang telah disebutkan di atas), yang memuat seluruh hak dan kewajiban para pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan ketenagakerjaan. 13 Pendapat Iman Soepomo perlindungan tenaga kerja di bagi menjadi tiga macam, yaitu: 13 Op cit, Andrian Sutedi, hlm 217.

14 1. Perlindungan ekonomis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk jika tenagakerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya. 2. Perlindungan sosial yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi. 3. Perlindungan teknis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja. 14 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah merumuskan pengertian istilah ketenagakerjaan sebagai hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa, yang di atur dalam Undang-undang ketenagakerjaan adalah segala hal-hal sebelum masa kerja, anatar lain menyangkut : pemegang, kewajiban mengumumkan lowongan kerja, dan lain-lain. Hal-hal yang berkenaan dengan masa bekerja antara lain menyangkut : perlindungan kerja, upah, jaminan sosial, kesehatan dan keselamatan kerja dan pengawasan. Adapun hal-hal sesudah masa kerja, antara lain pesangon dan pensiun/jaminan hari tua 15 Menurut Undang-undang Nomor 49 tahun 2004 tentang Sistem jaminan sosial Nasional pasal 1 bahwa yang dimaksud dengan jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, dimana tujuannya 14 Op cit,abdul Khakim, hlm 108. 15 Agusmidah,Idem hlm 9.

15 adalah untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap tenaga kerja pada pekerja kontrak dan/atau anggota keluarganya. Jenis-jenis jaminan sosial bagi pekerja dan keluarga terdiri dari : a) Jaminan keselamatan, b) Jaminan kecelakaan kerja, c) Jaminan hari tua, d) Jaminan pemeliharaan kesehatan. Pelaksanaan Perjanjian dalam outsourcing dapat berbentuk perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh. Mengenai Perjanjian-Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak harus memenuhi syarat sah perjanjian seperti yang tercantum dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu : a) Sepakat, bagi para pihak, b) Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan, c) Suatu hal tertentu, d)sebab yang halal 16 Mengenai perjanjian pemborongan pekerjan tidak semata-mata hanya berdasarkan pada asas kebebasan berkontrak sesuai dengan pasal 1338 KUHPerdata, namun juga harus memenuhi ketentuan ketenagakerjaan, yaitu Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, ketentuan mengenai outsourcing diatur dalam pasal 64, 65, dan 66. Pengaturan lebih lanjut ditetapkan dalam Kepmenakertrans No. 101/men/VI/2004 tentang Tata Cara Perizinan perusahaan penyedia jasa pekerjaan/buruh dan kepmenakertrans No. 220/Men/X/2003 tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerja kepada perusahaan lain. Dalam penyedia jasa pekerja, ada dua tahapan perjanjian yang harus di lalui yaitu : 2003, hlm 57. 16 Lalu Husni,Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,PT Rajagrafindo Persada, Jakarta

16 1. Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerja dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pekerja kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerja atau penyedia jasa pekerjaan yang dibuat secara tertulis. 2. Perjanjian antara perusahaan penyedia pekerjaan/buruh dengan pekerjaan. Melihat uraian diatas, keberadaan pelaksanaan outsourcing perlu di kaji kembali karena banyak yang dirugikan para pekerja mengenai penggunaan sistem outsourcing, pemotongan gaji, kemudian tidak melaksanakan penjelasan MK mengenai Undang-undang No. 13 Tahun 2003. E. Metode penelitian Metode penulisan sangat penting dalam rangka memperoleh hasil penelitian yang memuaskan dan akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian berdasarkan metode-metode sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini, adalah Yuridis Normatif, yaitu metode yang mempelajari dan meneliti bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder yang secara deduktif dengan menganalisa terhadap pasal-pasal, peraturan perundang-undangan, asas, teori, dan konsepsi dari para sarjana yang menjelaskan tentang hal-hal terkait dengan penulisan yang dilakukan penulis.

17 2. Spesifikasi penulisan Spesifikasi penulisan yang digunakan bersifat Deskriptif Analitis, yaitu menggambarkan dan menerangkan secara jelas mengenai permasalahan dan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang keberadaan outsorcing dalam menyalurkan para pekerja ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Cianjur dihubungkan dengan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. Teknik Pengumpulan Data Sebagai usaha mendapatkan data yang objektif, maka penulisan ini mempergunakan data yang diperoleh dari data sekunder sesuai dengan metode pendekatan yang dipergunakan. Untuk mendapatkan data sekunder tersebut penulis melakukan studi kepustakaan, yang dimaksudkan juga untuk membandingkan apa yang disebut didalam teori, dengan apa yang ada didalam praktek. Adapun penelitian kepustakaan yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah a. Bahan hukum primer Yaitu terutama peraturan perundang-undangan, Undangundang Dasar 1945, Kitab Undang-undang Hukum perdata, dan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, kunjungan dan wawancara dengan PT.PKSS Bandung dan BANK BRI Cabang Cianjur.

18 b. Bahan hukum sekunder Yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, yang dapat membantu menganalisis bahan hukum primer, berupa buku-buku teks, dokumen, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum dan hasil investigasi dari lembaga terkait yang berhubungan dengan topik masalah yang dikaji dalam penelitian. c. Bahan hukum tersier Yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedia, koran, majalah, dan artikel-artikel dari internet yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. d. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data kajian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, maka digunakan analisis kualitatif. Analisa kualitatif dimaksudkan agar peneliti mendapat kejelasan dari keberadaan yang diteliti dengan berpedoman kepada perundangundangan yang berlaku sebagai hukum positif dengan menyesuaikan pada fakta-fakta dan data-data yang didapat di lapangan, yang pada bentuk hasil analisis data penelitian berupa kalimat-kalimat.