BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Purwadiatmo (2003:15) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan penerimaan negara dari Sektor Perpajakan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pajak perlu diimplementasikan secara maksimal untuk menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan. itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan. akan terlaksana dan target penerimaan pajak akan tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern.

BAB I PENDAHULUAN. terpengaruh dengan perubahan-perubahan kondisi dari dampak globalisasi. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. berlaku diberbagai negara. Pandiangan (2008:5) menunjukkan bahwa. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Penerimaan Pajak Negara. Penerimaan Sektor Pajak (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara. sistem perpajakan dari Official Assessment System menjadi Self

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi pelaksanakan dan pembangunan nasional serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat adalah pajak. Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat bisa tercapai apabila timbulnya kesadaran dari masyarakat untuk membayar pajak. Kesadaran pembayaran pajak diarahkan untuk mewujudkan perekonomian negara yang mandiri dan andal. Dengan demikian pertumbuhan perekonomian harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan bangsa Indonesia yang kini mengalami krisis ekonomi, sedangkan roda pemerintahan dan pembangunan tidak mungkin dapat digerakkan tanpa dukungan dana terutama berasal dari pendapatan dalam negeri. Halim (2005:89) menjelaskan pendapatan dana dalam negeri dapat ditempuh dari penerimaan pemungutan pajak yang berasal dari masyarakat. Dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak, pemerintah melakukan perubahan mendasar dengan dikeluarkannya UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan merubah sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia dengan digunakannya self assessment system yang menggantikan official assessment system.

Sofyan (2003:30) menyatakan petugas pajak dalam official assessment system berkewajiban menetapkan berapa besar sesungguhnya pajak yang terutang oleh wajib pajak, sedangkan pada self assessment system, wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Konsekuensi dari perubahan ini adalah Direktorat Jendral Pajak berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan dan penerapan sanksi pajak. Usaha fiskus untuk penerimaan pajak antara lain melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang aktif sedangkan intensifikasi dapat ditempuh melalui meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kesadaran wajib pajak, peningkatan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap wajib pajak dan pembinaan kepada wajib pajak serta penegakan hukum. Pembinaan dan penegakan hukum kepada wajib pajak dapat mempengaruhi kondisi perpajakan, dimana peran wajib pajak dalam menyelenggarakan aparatur perpajakan yang membutuhkan kesadaran wajib pajak yang sangat tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhannya itu dilakukan oleh wajib pajak, bukan fiskus selaku pemungut pajak. Effendi (2002:122) kepatuhan wajib pajak baik orang pribadi maupun badan yang terdaftar di kantor pelayanan pajak dan telah melakukan kewajiban perpajakannya yaitu, dengan melunasi pajak yang terutang dan melaporkan SPT

tahunan. Tingkat kepatuhan wajib pajak juga dapat dilihat dalam pelaksanaan kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat. Semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, ketepatan menyetor serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar dan tepat, maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajibannya. Pelaporan SPT tahunan dilakukan pada akhir tahun setelah angsuran PPh yang terutang selesai dihitung, hal ini dapat mempermudah wajib pajak dalam membayar pajak. Untuk pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak disamping menyelenggarakan pembukuan, harus pula melengkapi dengan laporan keuangan yang berupa neraca, dan perhitungan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Penjelasan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 4 ayat 4 yang berbunyi pembukuan yang tertib dan benar dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal dan memadai untuk mendukung perhitungan besarnya penghasilan kena pajak (PKP) ( Muljono 2007:41) Kewajiban dari wajib pajak untuk menghitung sendiri besar penghasilan kena pajak merupakan usaha fiskus untuk pemenuhan penerimaan pajak penghasilan. Tetapi pada kenyataanya sebagaian besar masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak, dengan terlalu banyaknya utang pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, fiskus melakukan salah satu usaha dalam pemenuhan kewajiban

membayar pajak untuk meningkatkan penerimaan dengan adanya sunset policy, dimana wajib pajak yang tidak melakukan kewajiban perpajakannya dalam membayar pajak tidak dikenakan sanksi hukum maupun denda, akan tetapi pokok pajak yang menunggak tetap harus dipenuhi. Dengan adanya sunset policy masyarakat diharapkan semakin banyak dan lebih terbuka mengungkapkan data perpajakannya, dengan pengungkapan yang lebih terbuka dari para wajib pajak badan. Peranan penerimaan PPh 25 untuk wajib pajak badan di negara maju lebih besar, sejalan dengan kesadaran akan kewajiban warga negara bahwa pembayaran pajak merupakan kewajiban konstitusional dan sejalan dengan cita cita demokrasi bangsa. Nurmantu (2003:55) menjelaskan peran penerimaan PPh 25 khususnya wajib pajak badan dapat berpengaruh terhadap penerimaan dalam negeri. Wajib pajak badan adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Yang dimaksud badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap. Adanya berbagai macam perusahaan di Indonesia yang dikelompokan dalam wajib pajak badan, yang patuh membayar pajaknya dapat berpengaruh pada peningkatkan pendapatan negara, untuk itu diharapkan fiskus mengadakan sosialisasi perpajakan. Usaha tentang sosialisasi perpajakan disetiap perusahaan atau instansi yang terkait tersebut, menimbulkan kepatuhan wajib pajak

badan dalam membayar pajak penghasilannya dan melaporkan SPT tahunan pada setiap akhir tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari KPP Pratama Gorontalo, perkembangan kepatuhan wajib pajak di Provinsi Gorontalo berdasarkan aspek kepatuhan dalam memasukan SPT wajib pajak badan sejak tahun 2008-2010 menunjukan perubahan, hal itu juga mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan pasal 25. Sebagaimana terlihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Memasukan SPT Wajib Pajak Badan Dan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Sejak Tahun 2008-2010 Di Kota Gorontalo Tahun Wajib pajak SPT Yang Presentase Penerimaan pajak Terdaftar Dilaporkan Kepatuhan penghasilan (Rp) 2008 23.193 8.921 38% 284.176.896.245 2009 26.844 14.073 52% 151.593.364.460 2010 29.562 13.844 47% 145.418.297.388 Sumber : KPP Pratama Gorontalo Seksi PDI, 2012 Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 penerimaan pajak penghasilan lebih besar dengan jumlah wajib pajak badan yang terdaftar sebanyak 23.193 akan tetapi wajib pajak badan yang melaporkan SPT sebanyak 8.921

wajib pajak dan penerimaan sebesar Rp. 284.176.896.245, dengan presentase kepatuhan 38%, adapun cara untuk menghitung presentase kepatuhan untuk wajib pajak badan yaitu dengan membagi wajib pajak yang melaporkan SPT dengan wajib pajak yang terdaftar dan dikalikan dengan 100%, dan untuk tahun 2009 jumlah wajib pajak terdaftar yakni 26.844 wajib pajak, jumlah wajib pajak badan yang melaporkan meningkat sebanyak 14.073 wajib pajak, tetapi penerimaanya menurun sebesar Rp. 151.593.368.460 dengan presentase kepatuhan sebesar 52% dari jumlah keseluruhan. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah Wajib badan yang terdaftar semakin meningkat sebanyak 29.562 wajib pajak namun jumlah yang melaporkan SPT hanya 13.844 wajib pajak dan penerimaan sebesar Rp. 145.418.297.388 dengan presentase sebesar 47 %. Sesuai dengan hasil wawancara dengan pada pihak fiskus hal ini dikarenakan pada tahun 2008 adanya sunset policy yakni penghapusan sanksi untuk wajib pajak yang tidak patuh dalam melaporkan SPT tahunannya. Dengan adanya sunset policy ini wajib pajak lebih banyak memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga penerimaan pajak untuk tahun 2008 lebih meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010. Dari kondisi ini berarti wilayah Kota Gorontalo memiliki tingkat ketidakpatuhan tinggi dalam penyampaian SPT, hal tersebut dapat mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan yang ada. Seperti yang dijelaskan Witjaksomo (2009:83) bahwa tax complience adalah kunci dari sistem perpajakan dan dengan tingkat kepatuhan pajak yang tinggi akan memdongkrat tingkat penerimaan yang tinggi.

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Lukmanul (2010) dengan judul Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Badan Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setia Budi Satu Dan Setia Budi Dua, yang menunjukan adanya pengaruh yang positif antara kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan penghasilan pasal 25. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sari (2006) dengan judul Pengaruh Kepatuhan Wajib dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh 25 Wajib Pajak Badan pada KPP Denpasar Timur, yang menyimpulkan kepatuhan wajib pajak dan Pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul penelitian Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah usaha intensifikasi yang ditempuh pihak fiskus melalui sosialisasi perpajakan, peningkatan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap wajib pajak dan pembinaan kepada wajib pajak serta penegakan

hukum bisa meningkatkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam membayarkan pajak yang terutang? 2. Apakah tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam melapokan Surat Pemberitahuan Tahunan bisa mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak penghasilan dari tahun ke tahun? 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25 Pada Kantor Pajak Pratama Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terdiri dari 1.5.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian dalam menambah pengetahuan tentang pengaruh kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25. 1.5.2 Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada Direktorat Jendral Pajak tentang pemahaman dan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga temuan ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak badan sebelum dilakukan pemeriksaan pajak lebih lanjut.