PELATIHAN INOVASI PEMBELAJARAN SENAM DENGAN PENDEKATAN POLA GERAK DOMINAN BAGI GURU-GURU PENJASORKES SD DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
POLA GERAK DOMINAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM DI SD KELAS BAWAH. Oleh F. Suharjana Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY

Pembelajaran Senam: Pendekatan Pola Gerak Dominan. Agus Mahendra FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SENAM MELALUI BERMAIN DI SEKOLAH DASAR

SENAM PETI LOMPAT MEMBINA KEBERANIAN DAN KETANGKASAN ANAK SEKOLAH DASAR. Oleh Fredericus Suharjana Universitas Negeri Yogyakarta

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

TEKNIK PASING BAWAH. Oleh : Sb Pranatahadi

2.2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab Menunjukkan kemauan bekerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik.

I. PENDAHULUAN. Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan. perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerak anak.

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

I. PENDAHULUAN. gerak. Penguasaan kemampuan gerak dasar akan mendasari keterampilan

I. PENDAHULUAN. hidup bangsa dan negara. Pada Negara-negara yang masih berkembang,

PENDAHULUAN. Trenggalek, 16 Januari Penulis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

MAKALAH SENAM LANTAI

SENAM. Bahan Belajar Mandiri

Peta Konsep GERAK RITMIK

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Oleh : : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masaalah

I. PENDAHULUAN. Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam

bab 1 gerak dasar kata kunci berjalan memutar melempar berlari mengayun menangkap melompat menekuk menendang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

1. PENDAHULUAN. Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena,

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

HEADSTAND / KOPSTAND

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana

5. Berkaitan dengan keterampilan seperti kelentukan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespiratori, keseimbangan, koordinasi, dan persepsi kinestetik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA JURNAL. Oleh CANDRA BUANA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

d. Pembelajaran Menahan Siku Lawan di Atas Pundak Cara melakukannya adalah sebagai berikut.

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB VI SENAM. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 133

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. D. Manfaat penulisan

BAB 1 GERAK DASAR KATA KUNCI BERJALAN MEMUTAR MELEMPAR BERLARI MENGAYUN MENANGKAP MELOMPAT MENEKUK MENENDANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABI DASAR DASAR SENAM D II PGSD PENJAS

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : senam lantai : 2 x 2 x 40 Menit (dua kali pertemuan)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang sangat penting keberadaannya

: LANTAI PERINGKAT 1

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya pendidikan dasar mendapat perhatian yang khusus dan sungguhsungguh

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang,

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN Test of Gross Motor Development 2 (TGMD-2)

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

Modul 2 Pendekatan Mengajar Senam dan Hakikat Bantuan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Mungkid : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

I. PENDAHULUAN. Proses hidup manusia adalah proses berkembang, manusia akan terus

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, akan berkembang daya tahan otot, kekuatan, power, kelentukan, koordinasi, kelincahan, dan keseimbangan tubuh.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

IMPLEMENTASI KOOPERATIF TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

LOMPAT JANGKIT. B. Pengertian Lompat Jangkit (Triple Jump)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH MELALUI PENDEKATAN MEDIA BOLA KARET PADA SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH GUNAWAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu gerakan senam lantai yang diajarkan pada tingkat sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Transkripsi:

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN PELATIHAN INOVASI PEMBELAJARAN SENAM DENGAN PENDEKATAN POLA GERAK DOMINAN BAGI GURU-GURU PENJASORKES SD DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN Tim Pengabdi: F. Suharjana, M.Pd. Sriawan, M.Kes. Aris Fajar Pambudi, M.Or. Pengabdian Kepada Masyarakat ini Dibiayai Dengan Anggaran DIPA UNY Tahun 2013 Berdasarkan Surat Keputusan Dekan FIK UNY Nomor: 138 Tahun2013 Nomor Perjanjian: 647d/UN34.16/PPM/2013, Tanggal, 3 Juni 2013 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LEMBAGA PENELITIAN 2013 1

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Belajar senam bagi anak sekolah dasar (SD) merupakan alat untuk mencapai perkembangan menyeluruh, meliputi: fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Pembelajaran senam di selolah dasar bertujuan memperkaya pengalaman gerak sebanyak-banyaknya serta meningkatkan kesegaran jasmani para peserta didik (Sayuti Syahara, 2005:1). Senam merupakan elemen penting dalam kurikulum pendidikan jasmani di sekolah dasar, karena membentuk bagian besar dari program dasar. Aip Syarifuddin (1992:99) menyatakan bahwa penekanan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah senam. Banyak sekali macam dan jenis senam yang berkembang saat ini, tetapi senam di sekolah khususnya sekolah dasar mempunyai sasaran dan tujuan yang khusus. Sasarannya yaitu anak-anak usia sekolah dasar, sedangkan tujuannya untuk perkembangan menyeluruh sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar yang meliputi aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang dirangsang melalui kegiatan-kegiatan yang bertema senam, seperti dikemukakan oleh Iain Adams (1988:24), bahwa dengan menggunakan pendekatan senam pendidikan untuk pembelajaran dasar keterampilan tubuh akan memberi banyak kesempatan untuk pencapai tujuan pendidikan di SD. 2

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran senam adalah adanya anggapan bahwa senam itu merupakan materi ajar yang tidak menarik, sulit, menakutkan serta resiko terjadinya cedera tinggi, ditambah lagi dengan peralatannya yang mahal harganya dan pelaksanaannya harus di ruangan (hall). Guru pendidikan jasmani perlu memahami bahwa senam di sekolah dasar bukanlah senam yang bersifat perlombaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi, serta memerlukan peralatan yang sulit didapat serta mahal harganya dan harus dilakukan di dalam ruangan khusus senam. Pemikiran yang demikian adalah keliru. Senam di sekolah dasar prinsipnya yaitu membelajarkan pola gerak dominan dalam senam, serta pengembangannya yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa. Sehingga dalam pelaksanaannya tidak akan dijumpai gerakan-gerakan seperti pada perlombaan senam di PON, SEA Games, Asean Games maupun Olimpiade. Di samping itu peralatannyapun juga cukup sederhana saja, kita bisa buat sendiri dengan bahan yang ada atau kalau memungkinkan bisa membeli yang harganya relatif murah. Fasilitas yang ada di sekeliling sekolah juga bisa kita manfaatkan, sehingga pembelajaran senam di sekolah dasar tetap bisa kita laksanakan di masing-masing sekolah. Berdasarkan permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan pembelajaran senam di sekolah dasar, maka perlu diselenggarakan adanya pelatihan bagi guru-guru penjasorkes sekolah dasar agar mereka memiliki pemahaman yang benar serta keterampilan untuk membelajarkan senam di sekolah. Dengan demikian senam tidak lagi menjadi aktivitas dalam penjasorkes yang tidak menarik, sulit dan menakutkan. Guru 3

penjasorkes sangat dituntut memiliki inovasi dan kreativitas yang tinggi, agar dalam menyajikan pembelajaran senam dapat menarik bagi siswa, sehingga siswa merasa senang dalam mengikutinya. Guru-guru penjasorkes SD, khususnya di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen yang tergabung dalam kelompok KKG se UPTD Pejagoan mengalami kesulitan dalam membelajarkan senam di sekolah masing-masing, sehingga Tim Pengabdi berupaya untuk mengadakan pengabian tentang inovasi pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan bagi guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen, dengan harapan pembelajaran senam di SD dapat terlaksana dengan baik. Jika inovasi guru baik, permasalahan dapat teratasi, anak-anak menjadi senang mengikuti pembelajaran senam sehingga tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan permasalan sebagai berikut: a. Pembelajaran senam di sekolah dasar dianggap oleh sebagian besar siswa maupun guru tidak menyenangkan, sulit dan menakutkan. b. Guru dalam memberikan pembelajaran senam seperti kalau melatih, sehingga anak menjadi takut dan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sulit dicapai. 4

c. Kurangnya inovasi guru dalam menciptakan pembelajaran senam yang menarik bagi siswa. 2. Rumusan Masalah Bedasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam pengabdian ini adalah : Bagaimana meningkatkan inovasi dalam pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan bagi guru penjasorkes SD di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen?. C. Tujuan Kegiatan Setelah mengikuti kegiatan PPM secara aktif maka diharapkan guruguru penjasorkes SD di Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen memperoleh pengalaman teori maupun praktik mengenai inovasi dalam pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan, sehingga dapat diaplikasikan dan dikembangkan di sekolahnya masing- masing. D. Manfaat Kegiatan 1. Bagi Guru: dapat menambah wawasan pengetahuan/teori maupun praktik tentang inovasi pembelajaran senam, sehingga makin mantap dalam melaksanakan tugas. 2. Bagi lembaga yang terkait yaitu FIK UNY dan UPTD Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen semakin mempererat kerjasama yang saling menguntungkan. 3. Bagi murid : semakin menyenangi penjasorkes khususnya materi senam sehingga siswa menjadi senang dan tidak takut jika diajarkan senam tujuan pendidikan penjasorkes mudah dicapai. 5

E. Tinjauan Pustaka 1. Inovasi Dalam Pembelajaran Senam Senam merupakan salah satu materi ajar penjasorkes di sekolah dasar yang kehadirannya tidak diinginkan oleh sebagian besar siswa, sehingga guru penjasorkes kadang enggan untuk membelajarkan senam. Kenapa bisa demikian? Alasannya adalah: a. Gerakan senam itu sulit b. Anak takut cedera c. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadahi d. Tidak ada unsur bermainnya e. Guru dalam membelajarkan seperti kalau melatih f. Guru kurang inovatif dalam pengadaan dan penggunaan alat maupun pendekatan mengajarnya Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya perubahan dalam proses pembelajaran senam oleh guru penjasorkes untuk menampilkan hal yang baru, namun diperlukan adanya inovasi yang baik dari guru untuk menemukan dan membuat hal yang baru yang berbeda dalam pembelajaran senam dari pemahaman yang lama. Selanjutnya hasil inovasi tersebut diimplementasikan dalam pembelajaran senam di sekolah dasar. Inovasi pembelajaran senam merupakan kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep baru untuk diwujudkan dan diimplementasikan 6

dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga sasaran pembelajaran lebih mudah tercapai. Inovasi dalam pembelajaran senam meliputi pendekatan pengajaran, aktivitas/latihan, sarana, dan prasarana. Pendekatan pengajaran, perlu dikembangkan pendekatan pembelajaran senam yang tepat, bersifat mendidik dan menyenangkan agar tercapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Salah satunya adalah pendekatan pembelajaran senam dengan pola gerak dominan, seperti dikemukakan Agus Mahendra (2001: 15) bahwa yang dimaksud dengan pendekatan pola gerak dominan adalah pendekatan yang menekankan pembekalan pola gerak yang mendasari terkuasainya keterampilan senam, oleh sebab itu perannya dianggap dominan. Guru perlu memilih sejumlah kecil kunci-kunci keterampilan dasar yang melandasi keterampilan senam, baru kemudian dilanjutkan pada penguasaan keterampilan yang lebih kompleks. Aktivitas/latihan, memberikan aktivitas atau latihan senam bagi anak SD hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak. Mengajar berbeda dengan melatih. Inilah yang menjadikan salah satu penyebab anak tidak suka, merasa sulit, dan takut terhadap senam. Mengajar senam di SD kelas bawah prinsipnya adalah anak diberikan keterampilan pola gerak dominan, dimana pola gerak tersebut mudah dilakukan, tidak berbahaya bagi anak, dan keterampilan tersebut mendasari untuk belajar senam yang sesungguhnya. Sarana, alat-alat dan perkakas senam yang ada di sekolah biasanya sangat minim bahkan beberapa sekolah tidak memiliki peralatan dan perkakas senam sama sekali, padahal pembelajaran senam harus berjalan. 7

Jika demikian sangatlah diperlukan inovasi dari guru penjasorkes untuk berupaya menciptakan alat-alat dan perkakas senam walaupun sederhana namun praktis dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembelajaran senam. Prasarana, tempat untuk pelaksanaan pembelajaran senam sebaiknya dilakukan di ruangan senam. Namun sampai saat ini jarang sekali sekolah yang memiliki ruangan khusus untuk senam, sehingga pelajaran senam terpaksa dilakukan di tempat seadanya, misalnya di serambi maupun di halaman sekolah. Guru harus berinovasi memanfaatkan tempat yang dimiliki sekolah, misalnya menggunakan ruangan kelas untuk mengajar senam dengan meminggirkan meja dan kursi, atau jika dimungkinkan dapat menggunakan serambi sekolah. 2. Pola Gerak Dominan Dalam Senam Pola gerak dominan dalam senam merupakan dasar atau landasan untuk semua keterampilan gerak senam yang lebih sulit atau merupakan batu loncatan dalam mengembangkan semua keterampilan senam. Belajar senam bagi anak sekolah dasar, terutama bagi mereka yang samasekali belum pernah melakukan senam sesungguhnya dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, haruslah didasari melalui belajar keterampilan pola gerak dominan terlebih dahulu. Rusli Luthan (2004 : 7) menyatakan bahwa pengembangan kemampuan berolahraga pada usia sekolah dasar lebih banyak ditekankan kepada mengembangkan unsur kemampuan fisik secara menyeluruh (multilateral), dan keterampilan teknik dasar yang dominan yang merupakan dasar bagi keterampilan teknik berolahraga. Dengan 8

menguasai pola gerak yang domina di dalam senam, diharapkan anak memiliki dasar gerak yang kuat untuk pengembangan senam yang sesungguhnya dengan tingkat kesulitan yang tinggi nantinya. Menurut Agus Mahendra (2001 : 16) bahwa pembelajaran senam dengan pola gerak dominan mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya yaitu: a. Guru akan berkonsentrasi pada pola gerak kunci tentang kegiatan atau keterampilan yang harus dikuasai murid. Variasi dan tingkat kesulitan akan ditambahkan setelah landasan bangunan keterampilan dari setiap pola gerak dominan dikuasai. b. Pembelajaran pola gerak dominan dapat lebih disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak akan merasa kalau tugas geraknya tidak terlalu sulit, tetapi tetap menantang dan menyenangkan. c. Pembelajaran pola gerak dominan menekankan keterkaitan antar berbagai keterampilan. Keterkaitan tersebut akan memudahkan guru untuk menetukan bagian-bagian penting yang diamati dalam pembelajaran yang bisa dipergunakan untuk banyak keterampilan. d. Untuk setiap pola gerak dominan yang dilakukan, selalu terdapat persyaratan kemampuan fisik yang perlu dimiliki. Pembelajaran pola gerak dominan dengan menekankan urutan dari yang sederhana ke yang lebih sulit akan memungkinkan guru untuk memperhatikan persyaratan kemampuan fisik anak untuk setiap kegiatan. 9

e. Kerangka pembelajaran pola gerak dominan memungkinkan guru untuk merencanakan program yang seimbang. Guru dapat memilih kegiatan-kegiatan yang tepat dari setiap pola gerak dominan, atau membaginya menurut kebutuhan. Misalnya dua atau tiga pola gerak dominan dalam satu pembelajaran, dan sisanya pada pembelajaran berikutnya. Menurut Sayuti Syahara (2005 : 25) ada enam pola gerak dominan dalam pembelajaran senam, yaitu: 1) Statik (static) 2) Mendarat (landings) 3) Meloncat/melompat (springs) 4) Gerak berpindah (locomotion) 5) Berputar (rotation) 6) Mengayun (swings) Sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar, maka pembelajaran senam melalui pola gerak dominan ini sangat cocok diberikan kepada anak sekolah dasar kelas bawah yaitu kelas I sampai kelas III sebagai dasar atau pondasi, sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI sudah bisa dibelajarkan pengembangan dari pola gerak dominan, seperti yang dikemukakan oleh Suhantoro (1986:12) bahwa secara fisiologis sistema dalam badan anak-anak belum berkembang, sehingga belum dapat diberikan aktivitas jasmani yang berat seperti pada anak yang telah mengalami pubertas. Hal senada juga dikemukakan oleh Dangsina Moeloek (1984:24) bahwa system faal anak yang masih muda belum berkembang 10

sebaik system anak usia remaja dalam memenuhi keperluan untuk aktivitas fisik yang berat. 3. Pembelajaran Senam Kelas I Sampai Kelas III Menurut J. Hartoto dan Tomolius (2002:12) bahwa sesuai dengan karakteristik anak SD kelas bawah, pendidikan jasmani diberikan dalam bentuk olahraga modifikasi. Sehingga senampun juga dalam bentuk modifikasi. Beberapa bentuk gerak modifikasi dalam senam ini erat hubungannya dengan pola gerak dominan dalam senam, yaitu: 1) Statik (Static) Yang dimaksud dengan posisi statik adalah semua posisi tubuh yang dibuat dalam keadaan bertahan atau diam. Statik pada dasarnya bukan gerakan, tetapi dalam pembelajaran senam, sikap ini masuk ke dalam katagori gerakan senam. Posisi statik dapat dibedakan ke dalam tiga katagori, yaitu: a. Bertumpu, adalah posisi statik yang dilakukan dalam keadaan bahu lebih tinggi dari alat. b. Menggantung, adalah posisi statik yang dilakukan dalam keadaan posisi bahu lebih rendah dari alat. c. Keseimbangan, adalah posisi statik yang dilakukan pada daerah tumpuan yang sempit. Perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran senam, bahwa posisi statik merupakan dasar dari semua gerakan mengayun dan semua gerakan memindahkan badan. Efisiensi gerakan dalam senam 11

sangat tergantung dari kemampuan anak untuk dapat membatasi dan mengendalikan gerakan tubuh yang tidak perlu terjadi. Untuk memperoleh sikap tubuh yang baik dan tepat, anak harus bisa merasakan bagaimana tubuhnya terasa sedemikian kaku dan tidak mudah menjadi lembek. Semua itu dapat diperoleh melalui sejumlah kegiatan yang statik. Sebagai contoh, sikap lilin membutuhkan kaku tubuh. 2) Mendarat (Landings) Mendarat diartikan sebagai penghentian gerak yang terkontrol dari tubuh yang melayang pada saat turun. Dari keenam pola gerak dominan yang ada dalam senam, mendarat merupakan pola gerak yang paling penting, karena kemampuan dalam hal mendarat akan menjamin keselamatan, dan mendarat merupakan kegiatan yang paling umum dalam senam serta menjadi penentu keberhasilan dari hampir setiap elemen senam. Semua gerakan senam beserta setiap pola geraknya, misalnya: mengayun, malayang, rotasi, dan posisi statis, akan berakhir pada sikap mendarat. Teknik mendarat yang salah akan menjadi sumber cedera. Dalam senam kompetitif, mendarat merupakan salah satu aspek yang mendapat penilaian dari juri. Saran pada saat mendarat: a. Mendarat yang empuk, setiap pendaratan harus dapat diredam dan sedapat mungkin dilakukan dalam waktu yang cukup lama. b. Momentum setiap pendaratan harus dapat diredam oleh seluruh bagian tubuh. 12

Cara mendarat salah, jika pendaratan dilakukan dari ketinggian pada lantai yang keras, badan kaku, serta anak berhenti secara mendadak, sehingga pada prosesnya gaya akan berbenturan dengan sejumlah persendian khususnya pada bagian pinggang. Cara mendarat benar, jika pendaratan dilakukan dari ketinggian pada matras yang relatif empuk, mendarat dengan ujung telapak kaki, dilanjutkan dengan tumit dan persendian kaki, persendian lutut dan pinggul dibengkokkan, sehingga gerakan ini sekaligus akan meredam semua gaya dalam mendarat. Ada empat katagori dalam pendaratan, yaitu: 1). Mendarat dengan kaki 2). Mendarat dengan tangan 3). Mendarat dengan diiringi putaran 4). Mendarat dengan punggung (bukan merupakan bahan kajian) Cara Mendarat Dengan Kaki a. Petunjuk Jangan menekuk lutut lebih dari sudut 90 derajad Gerakan mendarat seperti akan duduk di atas kursi Bagian kaki yang pertama mendarat adalah ujung telapak kaki, diikuti dengan tumit dan persendian kaki (ankle), lutut dan pinggul dibengkokkan Kedua kaki direntangkan selebar bahu Tumit jangan sampai memantuk/terangkat dari lantai b. Latihan Pendahuluan 13

Gerakan-gerakan menjinjit atau naikkan tumit, kemudian turunkan kembali ke lantai, disertai membengkokkan lutut sedikit. Ulangi gerakan di atas dengan loncatan, dan secara bertahap naikkan ketinggian loncatannya. c. Latihan Pengembangan Apabila teknik dasar mendarat dengan kaki sudah dikuasai, kemudian mencoba mencari variasinya, diantaranya sebaga contoh: Merobah ketinggian awal loncatan (dari tempat yan lebih tinggi) Merobah arah loncatan (mendarat ke depan dan ke belakang) Merobah bentuk atau sikap tubuh sewaktu di udara (lurus ke jongkok) Cara Mendarat dengan tangan a. Petunjuk Awal mendarat adalah dengan sentuhan jari tangan diikuti dengan ujung telapak tangan depan, ujung telapak tangan belakang, serta diikuti dengan membengkokkan siku. Kedua tangan menumpu selebar bahu. Purarkan kepala ke samping. b. Latihan Pendahuluan Menjatuhkan badan ke depan dari sikap berlutut sampai sikap bertumpu menggunakan depan lutut, jari tangan menyentuh lantai lebih dahulu, diikuti dengan ujung telapak tangan depan, 14

ujung telapak tanga belakang, serta diikuti dengan membengkokkan siku. Ulangi gerakan di atas dengan menambah kecepatan menjatuh secara bertahap. c. Latihan Pengembangan Apabila teknik dasar mendarat dengan tangan sudah dikuasai, kemudian mencoba mencari variasinya, diantaranya sebagai contoh: Merobah ketinggian (dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah) Merobah arah mendarat (membelakangi pendaratan) Cara Mendarat dan Berputar a. Petunjuk Guling belakang melewati bahu. Kedua tangan ditempatkan di lantai dengan jari tangan mengarah ke depan, dan siku dibengkokkan. Kepala ditundukkan ke arah lutut, pandangan ke arah lutut saat menyentuh lantai. Jangan berikan pembelajaran ini sebelum anak dapat melakukan guling ke belakang dengan baik. b. Latihan Pendahuluan Berbaring terlentang, sentuhkan lutut ke lantai di samping kanan, samping kiri, dan di atas kepala. 15

Awali gerakan dari sikap jongkok pada matras yang miring, jatuhkan badan ke belakang, tangan menumpu di lantai, berguling pada punggung, angkat kedua lutut melewati kepala dan lanjutkan ke lantai bagian samping badan sampai sikap berlutut. Seperti gerakan di atas tetapi dilakukan di matras yang datar. c. Latihan Pengembangan Seperti gerakan di atas, tetapi diawali dari sikap berdiri, kemudian berjongkok dan guling belakang melewati bahu. 3) Meloncat/Melompat Meloncat/melompat merupakan bentuk gerakan yang dapat memindahkan tubuh dengan cepat. Gerakan ini menuntut kekuatan yang digabung dengan kecepatan, yang sering disebut power. Jenis loncatan/lompatan dalam senam dapat dibedakan dari caranya memilih bagian tubuhnya sebagai alat pelontar, yaitu: Dua kaki Satu kaki Dua tangan dan dua kaki Kegiatan meloncat/melompat dapat dibagi ke dalam dua katagori, yaitu: a. Meloncat/melompat tanpa bantuan. Petunjuk Pembelajaran: - Sebelum pembelajaran meloncat/melompat diberikan, teknik pendaratan yang baik harus sudah dikuasai anak. 16

- Take off harus dilakukan dari lutut yang sedikit dibengkokkan, sedangkan togok harus dalam sikap yang tegak. - Pada saat take off, lengan diayunkan ke depan atas. b. Meloncat/melompat dengan bantuan Petunjuk Pembelajaran: Sama dengan meloncat/melompat tanpa bantuan, tetapi tolakan dilakukan dari: papan yang miring, lembaran karet, maupun mini trampolin. Tetapi yang perlu diingat bahwa alat ini hanya dapat digunakan apabila si anak sudah dapat meloncat dan mendarat dengan baik. 4) Gerak Berpindah (locomotion) Locomotion merupakan gerakan yang berulang-ulang memindahkan tubuh, anggota tubuh, atau gerak tubuh yang menyebabkan tubuh berpindah tempat. Gerakkan ini mengharuskan tubuh untuk mengerahkan tenaga internal (kontraksi otot) yang menggeser titik berat tubuh sehingga menyebabkan kehilangan keseimbangan, dan segera mengembalikannya. Gerak locomotion dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu: a. Locomotion pada kedua kaki, seperti: - berlari - melompat - melangkah - Locomotion dari sikap bertumpu, seperti: 17

- Menirukan gerakan binatang: ulat ukur, buaya, kepiting, dan sebagainya. - Gerak locomotion bertumpu di atas alat senam, seperti palang sejajar dan kuda pelana. - Gerak locomotion menggantung, misalnya naik tambang dan menggantung di palang sejajar sambil bergerak. 5). Berputar (rotation) Pola gerak dominan berputar ini dilakukan melalui putaran yang bersumber dari : a. Poros longitudinal, yaitu putaran yang terjadi akan memungkinkan tubuh berputar secara memanjang, misalnya : Guling Balok. Petujuk Pembelajaran: Berbaring lurus sepanjang mungkin, dan badan harus benarbenar kaku. Putaran pinggul bergerak bersama dengan bahu. Putaran bias ke kiri atau ke kanan. Bagian atas kepala tidak boleh menyentuh matras, karena akan menekan bagian leher anak. b. Poros Transversal, yaitu putaran yang terjadi akan memungkinkan tubuh berputar ke depan dan ke belakang, misalnya: Berguling ke Depan Jongkok Petunjuk Pembelajaran: Sikap membulat. 18

Guling depan dari sikap jongkok pada bidang miring. Dekatkan dagu ke dada, letakkan tangan ke lantai selebar bahu. Lihat ke belakang melalui kedua tungkai. Pertahankan sikap jongkok kaki sepanjang gulingan. c. Poros Medial, yaitu putaran yang terjadi akan memungkinkan tubuh berputar ke arah anterior dan posterior, misalnya: Meroda Petunjuk Pembelajaran: Sebagai pembentukan gerakan bunny hop ke samping dengan bangku rendah. Secara bertahap pinggul ditinggikan. Meroda diatas garis lingkaran kecil. Meroda diatas garis lurus. Urutan tumpuan di lantai: tangan tangan kaki kaki. Kedua tungkai harus diluruskan. Setiap bagisn tubuh harus berada pada garis lurus. 6). Mengayun (swings) Kegiatan-kegiatan pendahuluan merupakan dasar utama dari pembentukan keterampilan mengayun, yaitu berbagai macam pegangan, serta posisi tubuh selama menggantung dan menumpu. Ada dua macam ayunan, yaitu: a. Mengayun dari sikap menggantung. Petunjuk Pembelajaran: Lengan dan tungkai harus lurus. 19

Kepala dalam posisi mengikuti atau netral. Jaga jangan sampai terjadi lengkungan pada pinggul. Mengatur kembali saat puncak/akhir ayunan ke belakang. b. Mengayun dari sikap bertumpu. Petunjuk Pembelajaran: Sebagai pembentukan kekuatan otot-otot tangan, lengan dan bahu, misalnya jalan kepiting. Bahu harus dibawa ke depan. Pertahankan badan dengan kaku dan seluruh tubuh diluruskan. Siku sedikit dibengkokkan sewaktu mengayun ke depan. 20

BAB II METODE PENGABDIAN A. Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah dalam pengabdian ini adalah melalui tahap satu pemahaman teori mengenai inovasi pembelajaran senam yaitu tim mengabdi memberikan pemahaman dan contoh-contoh tentang inovasi meliputi sarana dan prasarana yang dapat dikembangkan agar pembelajaran senam dapat lebih menarik bagi anak, serta tahap dua praktik melalui latihan berbagai macam inovasi untuk pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan senam dalam penjasorkes di sekolah dasar kelas satu sampai dengan kelas enam, dan tahap tiga diskusi untuk memantapkan hasil berbagai inovasi dalam pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan senam dalam penjasorkes di sekolah dasar. Diharapkan dengan menggunakan peralatan yang menarik serta pemberian latihan yang disesuaikan dengan kemampuan anak dan dengan penyajian yang banyak inovasinya, anak tidak takut dan senang mengikutinya. C. Strategi Pelaksanaan Tim pengabdi membuat kesepakatan dengan ketua KKG Penjas Kecamatan Pejagoan Kabupaten kebumen untuk merencanakan kegiatan serta menentukan jadwal pelaksanaan pengabdian. Dengan ijin ketua KKG Penjas sekolah dasar Kecamatan Pejagoan, pengabdi mengundang guru-guru penjasorkes untuk diberikan pelatihan inovasi pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan. Sarana dan prasarana sebagai penunjang 21

pelaksanaan kegiatan disiapkan oleh kelompok KKG, sedangkan kekurangannya pengabdi mengusahakan melengkapinya. D. Materi Pengabdian Materi sajian dalam pelatihan ini adalah: 1. Konsep dasar pendidikan jasmani dan olahraga 2. Teori pembelajaran senam 3. Pendekatan pola gerak dominan 4. Inovasi pembelajaran senam E. Metode Kegiatan Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan cara tutorial dan diskusi untuk teori, serta praktik/latihan dalam kelompok dan diskusi untuk pengalaman praktik. F. Evaluasi Evaluasi melalui tes tertulis dengan pre test dan post test untuk teori, sedang evaluasi praktik melalui pengamatan langsung. F. Pelaksanaan Kegiatan 1. Bulan April : Penyusunan proposal dan perijinan 2. Bulan Mei : a. Penyusunan makalah b. Pemantapan panitia 22

3. Bulan Juni : a. Tanggal 14 dan 15 Juni 2013 Pelaksanaan PPM b. Penyusunan laporan Pengabdian ini melibatkan dua mahasiswa sebagai TIM Pengabdi yang bekerja sama demi kelancaran Pengabdian ini. 23

BAB III HASIL PENGABDIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Pengabdian Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan di kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dan pelaksanaannya di aula Sekolah Dasar Negeri 1 Kebumen. B. Lama Pelaksanaan Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan selama 2 (dua) hari efektif, yaitu hari Jum at dan Sabtu, tanggal 14 dan 15 Juni 2013 dimulai jam 08.00 s/d 16.00 WIB. C. Realisasi dan Pihak Terkait Program pengabdian ini dapat berjalan dengan lancar dan mendapat tanggapan dari peserta dengan sangat baik. Pihak yang terkait adalah UPTD Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen, dan Kelompok Kerja Guru-Guru Penjasorkes Kecamatan Pejagoan, serta FIK Universitas Negeri Yogyakarta. D. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran dalam kegiatan pengabdian ini adalah semua guru penjasorkes SD di UPTD Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen yang berjumlah 50 orang dari 50 SD. Kegiatan ini juga melibatkan siswa SD untuk praktik pembelajarannya. 24

E. Keterkaitan Program pelatihan inovasi pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan merupakan perwujudan kepedulian Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta terhadap tugas pengabdian kepada masyarakat, khususnya antara FIK UNY dengan UPTD dan Kelompok Kerja Guru-Guru Penjasorkes di Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen. F. Faktor Penghambat Faktor penghambat yang paling nampak dalam kegiatan ini adalah tidak dapat terjangkaunya semua guru-guru penjasorkes sekolah dasar seluruh Kabupaten Kebumen untuk mengikuti kegiatan ini, sehingga peserta hanya terdiri dari guru-guru Penjasorkes di UPTD Kecamatan Pejagoan saja, sedankan banyak guru-guru penjasorkes dari kecamatan yang lain ingin mengikutinya. Sedangkan pelaksanaan untuk kegiatan praktik pembelajarannya hanya dengan cara peer teaching. G. Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam kegiatan ini adalah motivasi yang sangat tingi dari khalayak sasaran, karena memang kegiatan ini sangat ditunggutunggu dan dibutuhkan oleh guru-guru penjasorkes. Selain itu kegiatan ini juga didukung oleh kepala UPTD Kecamatan Pejagoan serta kepala sekolah dasar. Faktor pendukung yang lain yaitu para pematerinya dari para pakar dalam bidangnya masing-masing dari FIK UNY, serta sarana dan prasarananya yang tersedia sangat mendukung. 25

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Program pengabdian pada masyarakat pelatihan inovasi pembelajaran senam dengan pendekatan pola gerak dominan bagi guru-guru penjasorkes sekolah dasar di Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen dapat terlaksana dengan baik. Hal ini ditandai dengan kesungguhan serta antusiasnya guru-guru penjasorkes sebagai peserta untuk mengikuti pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir. Peserta sangat antusias untuk mengaplikasikan inovasi pembelajaran senam dengan cara merencanakan membuat sendiri perkakas senam palang sejajar dan peti lompat. B. Saran-Saran Khalayak sasaran perlu diperluas lagi, sehingga tidak hanya UPTD Kecamatan Pejagoan saja, melainkan semua guru-guru penjasorkes sekolah dasar di Kabupaten Kebumen diikut sertakan. Demikian pula kegiatan PPM seperti ini sebaiknya melibatkan pula siswa sekolah dasar untuk praktik pembelajaran langsung. Selain itu perlu pula diselenggarakan kegiatan yang serupa bagi guru-guru penjasorkes di tingkat SLTP dan SLTA. 26

DAFTAR PUSTAKA Agus Mahendra. (2001). Pembelajaran Senam di Dekolah Dasar Sebuah Pendekatan Pembinaan Pola Gerak Dominan. Jakarta: Depdiknas Ditjen Dikdasmen. Aip Syarifuddin. (1992). Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud. Ditjen Dikti. Dangsina Moeloek (1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Iain Adams dan Rahantoknam. (1988). Pendidikan Jasmani Dengan Pendekatan Pemahaman. Jakarta: Ditjen. Dikdasmen. Hartoto, J. dan Tomolius. (2002). Pembelajaran Penjas dan Gaya Pengajaran Di Sekolah Dasar. Yogyakarta. Rusli Lutan. (2004). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Depdiknas. Suhantoro. (1986). Manual Kesehatan Olahraga. Jakarta: Dinas Kesehatan DKI Jakarta Sayuti Syahara. (2005). Pembelajaran Senam dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: Ditjen Dikdasmen 27