BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan 28 Juni selesai di Taman Hutan. Raya Raden Soerjo Cangar yang terletak di Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Indeks Keanekaragaman ( H) dari Shannon-Wiener dan Indeks Nilai Penting

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

III. Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

IV. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

DISTRIBUSI DAN KERAPATAN EDELWEIS (Anaphalis javanica) DIGUNUNG BATOK TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DIDIK WAHYUDI

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

memiliki karakteristik topografi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan selama enam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Pengambilan sampel tumbuhan paku dilakukan di Gunung Wilis Desa Besuki Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, tepatnya di kawasan air terjun Irenggolo sampai air terjun Dholo dengan jarak ± 5 km. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan dan Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 3.3 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Mikroskop computer Olympus CX 31, Thermohygrometer, Lux meter, meteran, gunting, pisau, kantong plastik, kertas label, lup, alat tulis, tali rafia, Global Positioning System (GPS) merk GPS map 276 C, koran, karton, tabel perekam data, meteran, kamera, buku identifikasi Flora of Thailand Pteridophyta (Tagawa dan Iwatsuki, 1979; 1985; 1988 dan 1989), Jenis Paku Indonesia (LIPI, 1985), Flora Malesiana (1959), Kerabat Paku (Sastrapradja & Afriastini, 1985), Flora of Australia 38

39 (McCarthy, P.M, 1998). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tumbuhan paku terestrial yang ditemukan pada daerah pengamatan, tally sheet, kapas dan alkohol 70%. 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan lokasi yang akan diamati keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku teresterial di lereng Gunung Wilis. 3.4.2 Pengamatan 3.4.2.1 Di Lapangan Penentuan lokasi penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu berdasarkan keberadaan tumbuhan paku yang di anggap mewakili tempat tersebut (Fachrul, 2007). Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung yaitu menggunakan metode Belt Transek. 200m AT Irenggolo 100 m 100 m 100 m AT Dholo 2x2 m Gambar. 3.1 Metode Belt Transek Keterangan: 100 m : Ukuran transek 5 km : Total jarak penelitian : Titik awal transek : Plot Pengamatan : Jarak antar transek 200m

40 Kelompok hutan yang akan di amati ini yaitu mulai dari air terjun irenggola sampai air terjun Dholo dengan jarak ± 5 km. Menurut Soegianto (1994) menyatakan bahwa untuk kelompok hutan yang luasnya 1.000 ha atau kurang maka intesitas yang diamati adalah 10% dari luas pengamatan. Sehingga pada penelitian ini metode yang digunakan agar pengambilan sampel dapat merata adalah dengan membuat 1 garis transek per 1 km dan penelitian ini membuat 5 garis transek. Masing-masing garis transek mempunyai panjang 100 m. Sepanjang garis transek dibuat plot ukuran 2x2m 2 sebanyak 10 plot pada masing-masing garis transek dengan tempat tertentu yang dipilah secara acak (Metode Random Purposive Sampling). Ukuran plot ini diharapkan sudah cukup untuk mewakili setiap jenis-jenis tumbuhan paku yang berada di lokasi. 1 4 5 2 3 Gambar 3.2 Lokasi Pengambilan Transek (Google Map, 2012)

41 Tabel. 3.1 Keterangan Gambar Tiap Transek Transek Keterangan I Ketinggian : 939 m dpl Kelembaban : 80,5 % Intensitas Cahaya : 043 x 100 : 21,2 0 C a. LS : 07 0 51.878 b. BT : 111 0 51.447 II Ketinggian : 1044 m dpl Kelembaban : 68,5 % Intensitas Cahaya : 022 x 100 : 22 0 C a. LS : 07 0 51.889 b. BT : 111 0 51.133 III Ketinggian : 1012 m dpl Kelembaban : 71,2 % Intensitas Cahaya : 022 x 100 : 21,3 0 C a. LS : 07 0 51.838 b. BT : 111 0 51.080 IV Ketinggian : 1163 m dpl Kelembaban : 63,4 % Intensitas Cahaya : 041 x 100 : 23,2 0 C a. LS : 07 0 51.634 b. BT : 111 0 51.076 V Ketinggian : 1150 m dpl Kelembaban : 64,5 % Intensitas Cahaya : 033 x 100 : 20,9 0 C a. LS : 07 0 51.658 b. BT : 111 0 51.011

42 3.4.2.2 Tahap Pengambilan Data Pengambilan data ini dilakukan secara langsung yaitu dengan cara menghitung anggota tumbuhan paku yang terdapat pada masing-masing plot, kemudian dimasukkan dalam tabel perekam data dan dicatat juga deskripsi setiap tumbuhan paku yang diamati dan dilanjut pada tabel ringkasan data. Tabel 3.2 Perekam Data Tumbuhan Paku No Nama Spesies Tinggi (cm) Jumlah Perawakan Ket Tabel 3.3 Perekam Data Untuk Masing-Masing Petak Contoh Jumlah Spesies Pada Petak No Nama Spesies 1 2 3 4 5 Dst Total Tabel 3.4 Ringkasan Data Hasil Pengamatan Metode Plot KR FR No Nama Spesies K F D (%) (%) DR (%) INP 3.4.2.3 Di Laboratorium Pengamatan tumbuhan paku diidentifikasi di Laboratorium Optik dan Ekologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan menggunakan buku Flora of Thailand Pteridophyta (Tagawa dan Iwatsuki, 1979; 1985; 1988 dan 1989), Jenis Paku Indonesia (LIPI, 1985), Flora Malesiana (1959), Kerabat Paku (Sastrapradja & Afriastini, 1985), Flora of Australia (McCarthy, P.M, 1998).

43 3.4.3 Analisis Data 3.4.3.1 Indeks Nilai Penting (INP) Pengukuran parameter-parameter vegetasi pada analisis vegetasi dinilai berdasarkan analisa variabel-variabel Kerapatan, Dominansi, dan Frekuensi yang selanjutnya menentukan Indeks Nilai Penting (INP). Menurut Smith (2001), INP dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kerapatan mutlak jenis i (KMi) KMi = individu suatu jenis i Jumlah total luas yang dibuat untuk penarikan contoh Kerapatan relatif jenis i (KRi) Kerapatan mutlak jenis (i) KRi = x 100% Kerapatan total seluruh jenis Kerimbunan mutlak jenis i (DMi) DMi = kerimbunan individu suatu jenis (i) Jumlah total luas yang dibuat untuk penarikan contoh Kerimbunan relatif jenis i (DRi) Kerimbunan mutlak jenis (i) DRi = x 100% Jumlah kerimbunan seluruh jenis Frekuensi mutlak jenis i (FMi) Jumlah satuan petak yang diduduki oleh jenis (i) FMi = Jumlah petak contoh yang dibuat Frekuensi relatif jenis i (FRi) Frekuensi mutlak jenis (i) FRi = x 100% Jumlah frekuensi seluruh jenis

44 Indeks Nilai Penting (INP) INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif 3.4.3.2 Indeks Keanekaragaman (H ) Keanekaragaman jenis yang terdapat dalam komunitas dapat diketahui dari indeks keanekaragaman Shannon-Wienner di rumuskan (Soegianto, 1994): H = - pi log pi Keterangan rumus: H : indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni : jumlah individu dari seluruh jenis N : jumlah total individu dari seluruh jenis 3.4.3.3 Indeks Dominansi Simpson Dalam suatu komunitas biasanya terdapat jenis yang mengendalikan arus energi dan mempengaruhi lingkungan dari pada jenis lainnya, hal ini disebut dominan-dominan ekologi. Indeks dominansi dapat diketahui menggunakan indeks dominansi Simpson dengan persamaan (Soegianto, 1994): Keterangan rumus: C: Indeks dominansi Simpson ni: nilai kepentingan untuk tiap spesies (jumlah individu) N: Total nilai kepentingan Indeks Dominansi antara 0-1, jika indeks dominansi mendekati 0 berarti tidak terdapat genera yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Bila indeks dominan mendekati 1 berarti terdapat spesies

45 yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis. 3.4.3.4 Pola Distribusi (Indeks Morisita) Menurut Soegianto (1994) menyatakan bahwa informasi kepadatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat, dua populasi mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan nyata dalam pola penyebaran tempat. Untuk mengetahui pola penyebaran populasi dapat digunakan metode Indeks Penyebaran Morisita, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: n Id : Jumlah plot 2 X N n N N 1 N X 2 : Jumlah total individu seluruh plot : Kuadrat jumlah individu per plot Jika distribusi acak, maka Id = 1,0, distribusi seragam Id < 1, dan distribusi mengelompok Id > 1. Untuk menguji lebih lanjut apakah penyebaran tersebut acak atau tidak, maka harus diuji Chi-square dengan rumus (Soegianto, 1994): X 2 = (n X 2 N) - N Keterangan :

46 X 2 n X 2 N : Nilai Chi-square : Jumlah Plot : Jumlah kuadrat individu per plot : Jumlah total individu dalam seluruh plot Apabila nilai x 2 hitung lebih besar dari nilai x 2 tabel (x 2 66,34) pada derajat bebas n-1, maka pola distribusinya adalah mengelompok. Apabila x 2 hitung lebih kecil dari pada nilai x 2 tabel (x 2 66,34) pada derajat bebas n-1, maka pola distribusinya adalah seragam, dan apabila nilai x 2 hitung terletak antara x 2 tabel (x 2 66,34) dan (x 2 62,03), maka pola distribusi adalah acak.