BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang menggembirakan bagi calon orang tua dan

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vitamin dan mineral yang merupakan zat-zat yang dibutuhkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

1

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan perlu ditunjang. dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. besarnya janin sesuai usia kehamilan pada setiap dilakukan pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. besar seperti benjolan di daerah areola (Saryono&Roischa, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan kehidupan manusia, dengan menyusui ibu telah

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tapi lebih cerdas, mempunyai emosi yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (Roesli, 2000). WHO merekomendasikan ibu di seluruh dunia guna menyusui bayinya secara eksklusif untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Sesudah itu, bayi sebaiknya diberi makanan pendamping ASI dan terus diberi ASI sampai umur 2 tahun atau lebih. Sebagai pendukung ibu dalam meningkatkan pemberian ASI secara eksklusif maka WHO dan UNICEF juga merekomendasikan beberapa hal diantaranya: 1) inisiasi menyusui harus mulai dilakukan dalam jam pertama setelah neonatus lahir; 2) neonatus harus diberi ASI eksklusif; 3) ASI harus diberikan sesering mungkin selama neonatus menginginkannya baik 1

2 siang maupun malam, dan 4) tidak menggunakan botol susu dan dot bayi (WHO, 2012). Di Indonesia kebijakan pemerintah untuk mendukung kesuksesan menyusui dilakukan dengan mengeluarkan peraturan seperti yang tercantum dalam KEPMENKES RI 450/MENKES/SK/IV 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak lahir sampai usia 6 bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana kesehatan menginformasikan kepada semua ibu melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui. Selain itu, ada juga rekomendasi tentang pemberian makan bayi pada situasi darurat seperti yang tercantum dalam pernyataan bersama WHO, UNICEF dan IDAI tahun 2005. Demikian juga pedoman pemberian makanan pada bayi dan anak pada situasi darurat bagi petugas kesehatan (DEPKES, 2007); peraturan bersama Menteri Negara Pemberdayaan Wanita, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan tentang pemberian ASI selama waktu kerja ditempat kerja, 2008. Ada juga peraturan terbaru pemerintah seperti yang tertuang dalam PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Selain itu

3 juga dalam peraturan ini membahas tentang larangan untuk pemberian susu formula sebagai pengganti ASI kepada bayi. Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan Indonesia, Slamet Riyadi Yuwono dalam harian Kompas pada tanggal 8 Juni 2012 menyatakan ada lima hal yang mempengaruhi dan menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Lima hal tersebut yaitu: belum semua rumah sakit terapkan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM), belum semua bayi memperoleh inisiasi menyusui dini (IMD), jumlah konselor menyusui masih sedikit, promosi susu formula masih gencar, dan belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui (Kompas, 2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) melaporkan bahwa di usia lebih dari 25 tahun, sepertiga atau sekitar 38% wanita di dunia didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara (mastitis). Di Indonesia berdasarkan SDKI tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% Ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan (Subijakto, 2011).

4 Budihardja (2011), mengatakan cakupan pemberian ASI eksklusif belum memuaskan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan hanya 15,3 persen. Hasil Riskesdas 2010, juga menyatakan bahwa jenis makanan prelaktal yang paling banyak diberikan ialah susu formula (71,3 persen). Makanan prelaktal ialah makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi baru lahir, hal ini terjadi karena para Ibu mengatakan ASI belum keluar dan juga ada karena tradisi. Padahal produksi ASI di awal memang masih sedikit dan kegiatan menyusui akan merangsang keluarnya ASI. Budihardja (2011) juga menyatakan, rendahnya penggunaan ASI tak lepas dari faktor budaya, kurangnya pengetahuan Ibu hamil, keluarga, jajaran kesehatan, dan masyarakat akan pentingnya ASI. Data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2008 jumlah bayi usia 0-6 bulan sebanyak 562.427 jiwa dan yang diberikan ASI secara eksklusif sebanyak 162.900 jiwa (28.96%) (Kusumaningrum, 2010). Faktor utama yang mempengaruhi dalam pemberian ASI adalah produksi ASI itu sendiri. Produksi ASI yang kurang dan lambat keluar dapat menyebabkan Ibu tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup. Bila bayi tidak mendapat ASI

5 secara eksklusif akan terjadi gangguan pemenuhan gizi pada bayi dan bayi mudah terkena infeksi penyakit yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Banyak faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya asupan nutrisi pada Ibu menyusui, penggunaan kontrasepsi, pijat payudara, emosi Ibu pada saat menyusui, serta anatomi dan fisiologi dari payudara ibu (Kristiyanasari, 2009). Faktor-faktor ini sangat erat kaitannya dengan jumlah ASI yang dihasilkan nanti pada saat menyusui untuk itu para Ibu menyusui harus mempersiapkan masa menyusuinya dengan memperhatikan faktor-faktor ini. Pijat payudara (breast care) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI. Selain itu pijat payudara juga dapat memperlancar pengeluaran ASI yang sudah diproduksi di dalam alveolialveoli yang ada di dalam kelenjar payudara ke duktus laktiferus. Pijat payudara juga bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah dihisap oleh bayi. Merawat payudara sangat baik untuk dilakukan, karena bisa membuat payudara terlihat lebih indah dan kencang bagi Ibu menyusui dan dapat juga memudahkan bayi dalam mengkonsumsi ASI. Selain itu memijat payudara secara teratur bisa juga mengurangi resiko luka saat menyusui. Gerak pijatan ini

6 bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI, meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan ASI pada payudara. Seorang Ibu harus mempersiapkan payudara Ibu untuk dapat menghasilkan ASI yang berkualitas serta dapat menyusui dengan baik. Persiapan payudara Ibu dibutuhkan dari mulai usia kehamilan 32 minggu (Roesli, 2009). Perawatan payudara pada masa kehamilan berbeda dengan perawatan payudara pada masa laktasi. Pada masa kehamilan perawatan payudara yang dilakukan berupa menjaga kebersihan payudara sedangkan perawatan payudara pada waktu menjelang kelahiran hingga masa laktasi yaitu berupa pemijatan pada payudara. Pemijatan tersebut dilakukan dengan harapan bahwa apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat ditangani sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Selain itu pijat payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin (hormon yang membantu dalam produksi ASI) dan hormon oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi uterus untuk memperlancar proses persalinan dan meningkatkan pengeluaran ASI dari alveoli penghasil ASI pada payudara Ibu ke duktus laktiferus. Pijat payudara menjelang masa laktasi

7 hingga masa laktasi sering dianjurkan kepada para Ibu hamil dan Ibu masa laktasi mulai dari masa antenatal yaitu pada trimester ke tiga kehamilan hingga masa laktasi. Terjadinya masalah dalam menyusui seperti pembengkakkan pada payudara, nyeri dan lecet pada puting payudara, penyumbatan payudara yang semuanya itu berdampak pada kualitas produksi ASI yang kurang atau bahkan tidak dapat keluar sehingga Ibu tidak dapat menyusui bayinya. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan pijat payudara secara teratur. Mengingat pijat payudara sangat penting dalam masa menyusui maka para Ibu menyusui diharapkan dapat mengetahui bagaimana cara pijat payudara saat menyusui dengan baik (Kristiyanasari, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subijakto (2011) pada 13 Ibu menyusui yang menjadi responden di Mojokerto didapati bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan tentang pijat payudara yang kurang (54%) responden, kriteria pengetahuan baik (31%), dan berpengetahuan cukup (8%). Ibu atau responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang cara pijat payudara (breast care) mempengaruhi sikap atau perilakunya untuk melakukan pijat payudara sehingga terjadi bendungan ASI yang dapat membuat ASI tidak lancar.

8 Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Corry Sartika Dewi pada tahun 2008 dengan judul penelitian hubungan antara perawatan payudara postnatal dengan teknik pemberian ASI pada Ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif di dusun Sempu Yogyakarta. Hasil penelitian pada 40 orang Ibu yang menjadi responden didapati bahwa Ibu yang melakukan perawatan payudara dengan baik (67,5%), dan Ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan baik (87,5%). Hasil analisa data didapati bahwa ada hubungan antara ibu yang melakukan perawatan payudara postnatal dengan kesuksesan pelaksanaan ASI eksklusif. Pada waktu penulis menjalani praktik klinik di RS Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 7 12 November 2011 di ruang Perinatologi, ditemukan beberapa Ibu yang dirawat di ruang Bougenvile tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya karena ASI tidak keluar maupun sangat sedikit, sehingga bayinya diberi susu formula untuk mengganti ASI yang tidak dapat diberikan oleh sang Ibu. Berdasarkan masalah di atas maka peneliti ingin meneliti tentang keterkaitan pengetahuan Ibu tentang pentingnya Pijat payudara terhadap kelancaran produksi ASI, karena Pijat payudara sangat berpengaruh terhadap produksi ASI, di

9 ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah keterkaitan pengetahuan Ibu menyusui tentang pijat payudara terhadap kelancaran produksi ASI di Ruang Bougenvil RS Panti Wilasa Citarum Semarang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui keterkaitan pengetahuan Ibu menyusui tentang pijat payudara terhadap kelancaran produksi ASI di Ruang Bougenvile RS Panti Wilasa Citarum Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan pengetahuan Ibu menyusui tentang pijat payudara. b. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan persiapan Ibu. c. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan kelancaran produksi ASI pada Ibu menyusui.

10 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas mulai dari antenatal care hingga postnatal care. 1.4.2 Bagi Responden dan Masyarakat Sebagai sumber informasi pengaruh tentang pijat payudara terhadap kelancaran produksi ASI. 1.4.3 Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masa antenatal care hingga postnatal care.