BAB I PENDAHULUAN. jalan Tol dalam mengelola konflik. Konflik yang dimaksud yaitu menyangkut upaya

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki wilayah yang cukup luas dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM HP : Lucky B Pangau.

merasa perlu untuk menawar kembali

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

Modul Analisis Konflik

MANAJEMEN KONFLIK ENI WIDIASTUTI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Rizal, 2012:2) yang menyatakan bahwa penerapan ilmu dan teknologi pada

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

Bimbingan dan Konseling Sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur

Strategi dan Seni dalam

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

Kualitas Komunikasi Interpersonal Atasan Bawahan di PT Kuala Pelabuhan Indonesia. Oleh: Praycy Yohana Wantah. Gregoria Arum Yudarwati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan kegiatan perekonomian Kota Purwokerto

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT

Bab 1. Pendahuluan. pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Konflik dan Negosiasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk maka semakin banyak kebutuhan masyarakat. mampu menampung arus pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian lembaga perbankan di Indonesia mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Proyek Konstruksi. Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONFLIK DAN NEGOSIASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan yang terjadi antar perusahaan-perusahaan berkembang di

2015 ANALISA KINERJA STRUKTUR PERKERASAN LENTUR JALAN TOL JAKARTA CIKAMPEK

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan yang memiliki standar yang lebih tinggi dari kelas

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

Nurhasanah Dewi Irwandi1, Agus Susanto2 2 FMIPA Universitas Terbuka ABSTRAK

Negosiasi : This is how we do it!

BAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan

S A L I N A N NO. 01/B, 2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

TERMINAL BUS TIPE A KOTA SURAKARTA

Pengantar Negosiasi. Wiwiek Awiati & Fatahillah. Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT

MEMIMPIN TIM PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015

SENGKETA INTERNASIONAL

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

TERMINAL BUS PURWOKERTO (Pendekatan Konsep Post Modern)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berakumulasinya kegiatan administratif, ekonomi, sosial, dan politik skala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

NEGOSIASI AKBP MUH. ARWIN,SE,MM. KASUBDIT KERMA DIT BINMAS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota

TEKNIK NEGOSIASI dan PENYELESAIAN KONFLIK

BAB I Pendahuluan I-1

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

BAB I PENDAHALUAN. kemajuan teknologi yang kian hari makin canggih. Perkembangan teknologi

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir Lolita Maharani ( ) Redesain Terminal Terboyo 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

REST AREA JALAN TOL SEMARANG - BATANG

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tesis ini bertujuan untuk melihat dinamika konflik serta membahas mengenai bagaimana upaya-upaya yang dilakukan peruahaan Jasa Marga sebagai pengelola jalan Tol dalam mengelola konflik. Konflik yang dimaksud yaitu menyangkut upaya pelaksanaan penutupan terminal bayangan di lokasi eks gerbang Tol Pondok Gede Timur. Hal ini dikarenakan kegiatan para angkutan kota di dalam ruas Tol telah menyalahi aturan. Adanya larangan untuk tidak menaikkan dan menurunkan penumpang di jalan tol ada dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Pasal 12 yaitu: Ayat (1) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalam di dalam ruang manfaat jalan. Pada ayat (2) berisi bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan, ayat (3) setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang pengawasan jalan, dan UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009. Asumsi bahwa perusahaan mampu mengelola konflik, sehingga konflik tidak meluas atau meningkat eskalasinya melalui teknik negosiasi yang mampu menghasilkan kesepakatan bersama. Dengan memfasilitasi berbagai bentuk pertemuan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara duduk bersama demi 1

kepentingan bersama, perusahaan mampu memotivasi masyarakat untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Di Indonesia sangat mudah menemukan terminal angkutan yang beroperasi di jalan umum yang mengganggu pengguna jalan lain, akibatnya kemacetan lalu lintas tidak dapat terhindarkan. Dalam kenyataannya, bahwa keberadaan terminal tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat karena itu merupakan sarana bagi mereka untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup. Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Keberadaan terminal sebenarnya memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan perekonomian. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan yang isinya, bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam aktivitasnya, pembangunan terminal seringkali menyalahi aturan sehingga keberadaan beberapa terminal menjadi tidak resmi (illegal) baik dalam ijin pembangunan, dan ijin untuk beroperasi. Kondisi yang sedemikian rupa menimbulkan konflik dan benturan kepentingan saat lokasi terminal menempati suatu tempat tertentu yang tidak ada ijin untuk mengoperasikan kegiatan angkutan tersebut. 2

Terminal bayangan di lokasi eks gerbang Tol Pondok Gede Timur telah beroperasi sejak Tahun 1995. Terminal tersebut sebagai akses naik turunnya penumpang angkutan umum baik dari dan ke Jakarta serta terbentuk secara alami. Warga masyarakat sekitar area tersebut maupun dari wilayah lain memanfaatkannya untuk mencari nafkah dengan menjadi pengojek, pedagang asongan, timer, ataupun menyediakan fasilitas penitipan kendaraan. Adanya pertimbangan untuk melakukan perubahan teknis di Ruas Tol Jakarta- Cikampek guna meningkatkan pelayanan pengguna jalan tol dan mengurangi kemacetan mendorong pihak PT. Jasa Marga (Persero) untuk melakukan penataan Jalan Tol Jakarta-Cikampek. PT. Jasa Marga (Persero) berniat melakukan penutupan total terhadap terminal bayangan di area eks Pintu Gerbang Tol Pondok Gede Timur. Rencana penutupan total terhadap terminal bayangan di ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek telah dicanangkan sejak tanggal 5 Januari 2012. Akibat rencana penutupan terminal yang akan dilakukan oleh PT Jasa Marga tersebut, masyarakat sekitar lokasi terutama yang menggantungkan hidup pada terminal bayangan beraksi. Mereka menolak penutupan dan mengancam akan melakukan unjuk rasa untuk menuntut dibukanya kembali akses terminal bayangan di lokasi tersebut. Aksi penolakan dilakukan ribuan warga. Pada Hari Jumat, tanggal 27 Juli 2012, telah terjadi pemblokiran terhadap ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pemblokiran tersebut dilakukan oleh sekitar 1000 orang warga masyarakat. Mereka melakukannya sebagai wujud reaksi protes warga atas 3

tindakan PT. Jasa Marga (Persero) yang telah melakukan penutupan terhadap terminal bayangan sebagai akses naik turun penumpang kendaraan umum. Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu PT Jasa Marga dalam upaya menyelesaikan konflik yang terjadi dan masyarakat pengguna terminal bayangan. Kemudian penulis berusaha menuangkan hasil penelitian ke dalam sebuah karya tesis dengan judul : Dinamika Konflik PT Jasa Marga Dengan Masyarakat Terkait Dengan Penutupan Terminal Bayangan Jatibening di ruas Tol Jakarta-Cikampek 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dirumuskan sebuah permasalahan yang menjadi dasar pembahasan, yaitu : 1. Mengapa konflik ini terjadi terus - menerus? 2. Upaya apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik antara PT Jasa Marga dan warga pengguna terminal bayangan Jatibening? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan pokok penelitian ini untuk mengetahui, antara lain: a. Untuk mengetahui lebih dalam tentang latar belakang yang menjadi konflik antara PT Jasa Marga dan warga pengguna terminal bayangan Jatibening. 4

b. Mengetahui berbagai upaya penyelesaian konflik antara PT Jasa Marga dan warga pengguna terminal bayangan Jatibening. c. Menjadi penelitian ilmiah yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program magister di Magister Perdamaian dan Resolusi Konfik UGM. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang manajemen konflik secara akademis, dan secara praktis dapat menjadi pedoman bagi pihak - pihak yang berkepentingan dalam mencari alternatif penyelesaian konflik. Karena penulis menilai bahwa ada kemungkinan konflik akan terus berlangsung jika tidak ada ketegasan penyelesaian terhadap konflik tersebut. 1.5 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ilmiah diperlukan kerangka analisis yang sesuai untuk melaksanakan penelitian ini, maka diperlukan beberapa teori yang dapat membantu penulus untuk menganalisis permasalahan yang timbul dan mengacu kepada beberapa teori, diantaranya: 1.5.1 Mengelola konflik Mengelola konflik bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat. Jamil 5

(2009), melanjutkan pembatasan ini dengan menggunakan istilah transformasi konflik secara umum dideskripsikan sebagai berikut: 1 a. Pencegahan konflik (conflict prevention) berupaya mencegah konflik kekerasan. (violence conflict) b. Penanganan konflik (conflict settlement) berupaya untuk mengakhiri tingkah laku kekerasan dengan mencapai kesepakatan perdamaian. c. Manajemen konflik (conflict management) berupaya untuk membatasi dan mengakhiri kekerasan yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang dengan cara mendukung perubahan tingkah laku yang positif pada pihakpihak yang terlibat. d. Resolusi konflik (conflict resolution) membahas berbagai penyebab konflik dan mencoba untuk membangun hubungan baru dan abadi diantara kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. e. Transformasi konflik (conflict transformation) membahas sumber-sumber politik dan sosial yang lebih luas dari suatu konflik dan mencoba untuk mentransformasikan energi negatif peperangan menjadi perubahan sosial dan politik yang bersifat positif. Dijelaskan bahwa pencegahan konflik merujuk pada strategi yang membahas konflik ketika konflik itu masih laten, dengan harapan agar konflik itu tidak meningkat menjadi kekerasan. 1 Jamil.2009.Mengelola Konflik Membangun Damai: Teori,Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik.WMC.Semarang,hal : 13-14. 6

Di sisi lain, resolusi konflik (conflict resolution) merujuk pada strategi yang membahas konflik terbuka dengan harapan untuk tidak hanya menemukan kesepakatan untuk mengakhiri konflik (conflict settlement) tapi juga melakukan resolusi terhadap berbagai sasaran yang bertentangan yang mendasari konflik itu. Sementara itu transformasi konflik (conflict transformation) merupakan strategi yang menyeluruh, dan merupakan strategi yang membutuhkan komitmen yang paling lama dan bercakupan luas. 1.5.2 Analisis Konflik Di dalam masyarakat yang mengalami konflik diperlukan pengetahuan yang lebih baik tentang dinamika, hubungan dan isu-isu dalam situasi tertentu. Dan hal ini dapat membantu masyarakat atau kelompok yang berkonflik untuk merencanakan strategi dan melakukan tindakan secara lebih baik, diperlukan analisis konflik untuk: a. Memahami latar belakang dan sejarah suatu situasi dan kejadian-kejadian saat ini. b. Mengidentifikasi semua kelompok yang terlibat, tidak hanya kelompok yang menonjol saja. c. Memahami pandangan semua kelompok dan lebih mengetahui bagaimana hubungannya satu sama lain. d. Mengetahui faktor-faktor dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari konflik. e. Belajar dari kegagalan dan juga kesuksean. 7

Analisis konflik merupakan proses yang berlangsung terus seiring dengan perkembangan situasi, untuk menyesuaikan tindakan-tindakan dengan berbagai faktor, dinamika dan keadaan yang berubah. 1.5.3 Segitiga Konflik Analisis dengan segitiga konflik melihat berbagai faktor yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan konteks masing-masing pihak utama di dalam konflik. Ketiga komponen itu saling terhubung dan mempengaruhi dalam sebuah segitiga sama sisi dimana tiap sisinya terdapat panah bolak balik. 2 Gambar 1 Segitika SPK PERILAKU SIKAP KONTEKS Tujuan dari penggunaan segitiga konflik adalah untuk mengidentifikasi sikap, perilaku, dan konteks dari setiap pihak utama, untuk menganalisis bagamaimana faktor-faktor itu saling mempengaruhi, untuk menghubungkan faktor-faktor itu dengan kebutuhan dan ketakutan masing-masing pihak, dan mengidentifikasi titik awal intervensi dalam suatu situasi. 2 Fisher,Simon., Ibrahim Dekha., Ludin, Jawed.,Smith Richard.,Wiliam,Steve.,Wiliams,Sue., 2001., Mengelola konflik: Keterampilan dan Strategi Untuk Bertindak., Jakarta: The British Council Indonesia 8

1.5.4 Pohon Konflik Biasanya pohon konflik digunakan secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Hal ini bertujuan untuk merangsang diskusi mengenai sebab dan efek di dalam konflik. Membantu kelompok untuk menyepakati masalah pokok.tujuan lainnya adalah untuk membantu kelompok untuk menentukan prioritas isu yang perlu ditangani, dan menghubungkan berbagai sebab dan efeknya, juga untuk memfokuskan pengorganisasian masalah. 3 Gambar 2 Pohon Konflik EFEK MASALAH INTI PENYEBAB 3 ibid hal 29 9

1.5.5 Langkah dalam proses mengelola sengeketa publik dengan 3 tahap dari manajemen konflik. 4 1. Menyusun rencana. Tahap ini sangat penting karena tahap ini membicarakan apa yang harus dilakukan sebagai langkah pertama menuju langkah berikutnya. Tahap ini terbagi dalam 3 komponen, yaitu : a. Analisa Konflik. Pada tahap ini merupakan proses dalam rangka menggali dan mencari informasi baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak disengaja tentang siapa pihak yang terlibat, bagaimana hubungan para pihak dengan pihak lain, apa masalah utama dan isu-isu yang berkembang, dan mengenai kemungkinan solusi yang sudah atau akan dicapai. b. Rancangan Strategi. Untuk merancang strategi harus memahami hal berikut, yaitu mendefinisikan masalah, mengenali kekuatan para pihak, menetapkan manajemen konflik, membuat struktur pertemuan, mengenali langkah-langkah dalam pross, menentukan siapa yang harus berpartisipasi. c. Susun Program. Tahap ini meliputi kegiatan: mempersiapkan gambaran proses, menentukan besaran dana, mengembangkan peraturan dasar, mengundang para peserta, menetapkan peranan kelompok, memberitahu kelompok yang bekepentingan, menangani media massa, merangcang pertemuan pertama. 4 Carpenter, Susan., Kennedy, W., 1988, Managing Public Disputes, San Francisco, London: Jossey- Bass Inc 10

2. Melaksanakan program a. Membuat prosedur: Mengkaji prosedur yang berlaku, menyepakati prosedur, dan menyepakati aturan dasar. b. Didik/ajari para pihak, menjelaskan konteks dan sejarah masalah yang dibahas, mengindentifikasi isu, mendiskusikan kepentingan dan menyepakati data. c. Kembangkan pilihan. Tujuan dari tahap ini adalah menghasilkan alternative pilihan lain yang terbaik, dengan mengembangkan usulan penyelesaian masalah dan pengaturan untuk menghasilkan pilihan. d. Mencapai kesepakatan. Dalam tahap ini membahas mengenai pendekatan umum unttuk mencapai kesepakatan, dan langkah untuk mencapai kesepakatan. 3. Menjalankan kesepakatan a. Menentukan prosedur untuk implementasi b. Komponen dalam implementasi yaitu : menyusun system pemantauan, mengerjakan bagian detil, dan mengatasi kekerasan. 1.5.6 Tipe negosiasi Negosiasi dapat dipandang sebagai keterampilan dasar dengan menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan oleh sebab itu negosiasi memerlukan strategi. Negosiasi kompetitif adalah model negosiasi yang menekankan ciri kompetitif proses perundingan, bagaimana memenangkan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan pihak lain. Kesepakatan diperoleh melalui pemberian imbalan. 11

Negosiasi ini juga bisa disebut distributif karena model negosiasi ini ditandai dengan konflik kepentingan pihak-pihak yang berunding dan masing-masing pihak berusaha mendapatkan bagian yang terbesar dari apapun yang sedang dibagi atau dirundingkan. Adapun faktor agar negosiasi ini berhasil adalah : 1. Taktik komunikasi yang meliputi : 1) Perunding berusaha meningkatkan perolehan terbesar 2) Memulai dengan tuntutan pembuka yang tinggi 3) Menggunakan ancaman, konfrontasi, dan argumentasi 4) Memanipulasi orang dan proses 5) Cenderung kepada tujuan-tujuan kompetitif 2. Perilaku perunding dalam model kompetitif terdiri dari : 5 1) Tawar-menawar, yakni perunding mengemukakan suatu posisi, menunjukan ketidaksanggupan untuk bergerak dari posisi yang diajukan, atau mengemukakan alasan-alasan yang mendukung posisi, dan mendebatkan alasan-alasan yang dikemukakan pihak lain tanpa mengakui kebutuhan pihak lain. 2) Akomodasi, ketika perunding menerima posisi pihak lain dengan prasyarat dan protes tertentu, atau menyatakan kesediaan menerima posisi pihak lain pada titik tertentu jika pihak lain juga posisinya pada poin tertentu. 5 Scott, Bill,. 1985., Strategi dan Teknik Negosiasi,.Jakarta: PT Pustaka Pressindo 12

Negosiasi kolaboratif adalah model yang menekankan aspek kerjasama yang menyangkut persoalan bagaimana memperluas atau memperbesar kesamaan kepentingan diantara pihak-pihak yang berunding secara bersamaan. Dengan demikian masing-masing mendapatkan bagian. Dalam negosiasi ini yang perlu diperhatikan agar perundingan berhasil adalah sebagai berikut: 1. Taktik Komunikasi yang terdiri dari : 1) Memperbesar sumber daya yang dirundingkan. Karena konflik dan pertikaian seringkali dianggap sebagai akibat dari kelangkaan sumber daya, maka memperbanyak sumber daya dapat merubah struktur konflik. 2) Konpensasi yang tidak spesifik, yaitu salah satu pihak dibayar atau diberi konpensasi dalam bentuk yang lain dari yang dirundingkan tetapi nilainya tetap berharga. 3) Balas jasa, yaitu salah satu pihak bersedia menukar isu yang menjadi prioritasnya dengan isu yang menjadi prioritas pihak lain. 4) Pengurangan biaya, yaitu mengurangi biaya satu pihak karena mengikuti kemauan pihak lain. 5) Menjembatani, yaitu menciptakan pilihan baru untuk memenuhi kebutuhan pihak lain. 13

Fisher & Ury (2003) mengemukakan empat prinsip komunikasi perundingan, yaitu sebagai berikut : 6 1. Orang, Pisahkan orang dari masalah. Para perunding menangani masalah, tidak menyerang satu sama lain. 2. Kepentingan, Pusatkan perhatian pada kepentingan, tidak pada posisi. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai lewat perundingan jangan diungkapkan sebagai posisi. 3. Pilihan, perbanyak pilihan sebelum menentukan apa yang akan dilakukan. Kreativitas memperbanyak pilihan jalan keluar sangat diperlukan dalam negosiasi. Pilihan yang paling tepat seringkali muncul dari banyak pilihan yang dibuat para perunding. 4. Kriteria, tekankan bahwa hasil yang akan dicapai harus didasarkan atas dasar objektifitas. Prinsip atau standar penilaian dan keadilan perlu digunakan agar jalan keluar terhadap konflik tidak didasarkan atas kehendak salah satu pihak. 1.6 Argumen Utama Dalam penulisan ini, terdapat argumen utama untuk menjawab rumusan masalah pada konflik ini. Pertama, konflik terminal bayangan Jatibening telah terjadi sejak lama. Konflik ini berlangsung terus-menerus, dan sampai saat ini belum ada 6 Roger Fisher.,2003, Getting To Yes; Teknik Berunding Menuju Kesepakatan Tanpa Memaksakan Kehendak, (Terj.Daniel Haryono), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 14

penyelesaiannya. Faktor penyebab konflik ini terjadi dalam jangka waktu yang lama adalah akibat adanya pembiaran terminal bayangan Jatibening yang beroperasi di ruas tol Jakarta-Cikampek. Sehingga keberadaan terminal bayangan tersebut telah menjadi sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup ratusan warga. Pembiaran tersebut terjadi karena, saat itu belum diterbitkannya undangundang yang mengatur apakah keberadaan aktifitas naik/turun penumpang di ruas tol menyalahi aturan atau tidak. Sehingga perusahaan tidak memiliki kekuatan hukum mengenai status keberadaan terminal bayangan Jatibening. Kemudian pada tahun 2009, telah diterbitkan UU Lalu Lintas No.22 Tahun 2009 yang melarang adanya aktivitas naik/turun penumpang di dalam tol, sehingga upaya penutupan yang dilakukan perusahaan saat ini telah memiliki landasan hukum yang kuat. Argumen kedua yaitu mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik ini adalah perusahaan dapat memberikan alternatif pilihan. Melakukan perbaikan atau peremajaan lokasi terminal bayangan Jatibening tersebut, seperti membangun jalur pengalihan angkutan bus, membuat taman dan membangun ruang tunggu atau halte. Perbaikan yang dilakukan bertujuan untuk mengembalikan fungsi tol sebagai jalan bebas hambatan. Karena sebelumnya, terjadi kemacetan di ruas tol tersebut akibat dari aktivitas naik/turun penumpang. 15

1.7 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai sesuatu dengan cara yang jelas serta mencermati berbagai peristiwa melalui fakta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini juga membahas mengenai upaya penyelesaian konflik yang pernah dilakukan baik secara internal dan eksternal. Data yang digunakan penulis diperoleh diantaranya dengan: a. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder yang didapat dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk untuk mengetahui pihak-pihak yang berperan pada saat itu. b. Interview (Wawancara) Wawancara dilakukan dengan responden yang telah ditetapkan dengan bertatap muka secara langsung dengan nara sumber untuk menggali informasi. 1.8 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalam penyusunan tesis ini, maka digunakan sistematika penulisan sebagai berikut: A. Bab I Pendahuluan Bagian ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. 16

B. Bab II. Pemetaan Konflik Dalam bab ini di gambarkan sejarah konflik di lokasi terminal bayangan Jatibening di eks gerbang Tol Pondok Gede Timur di dalam ruas Tol Jakarta- Cikampek Km 8, dan analisis mengenai penyebab terjadinya konflik yang berlangsung terus-menerus C. Bab III. Konflik antara PT Jasa MArga (Persero) dengan masyarakat Dalam bab ini dikemukakan tentang gambaran dinamika konflik PT Jasa Marga (Persero) dan keberadaan terminal bayangan Jatibening. D. Bab IV. Upaya manajemen konflik oleh PT Jasa Marga (Persero) Dalam bab ini dibahas mengenai upaya dan proses yang dilakukan oleh pihakpihak terkait dalam hal ini antara lain kedua belah pihak, dan aparat keamanan dalam menyelesaikan konflik. E. Bab V. Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari bahasan-bahasan yang telah disampaikan dan rekomendasi yang berisi saran yang berupa ide dan gagasan penulis. 17