Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB III LANDASAN TEORI

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

(Studi Kasus Jalan Nasional Pandaan - Malang dan Jalan Nasional Pilang - Probolinggo) Dipresentasikan Oleh: : Syarifuddin Harahab NRP :

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN MATERIAL DAUR ULANG AC-WC MENJADI CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

III. METODOLOGI PENELITIAN

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

Rizki Sahfutra Armi 1, Leo Sentosa 2

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI PENGGANTI FILLER UNTUK CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PULAU BUNGIN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE GRADASI KASAR NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah Endang Kasiati, Rachmad Basuki, Denny Setiawan Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya Email: en_kas@ce.its.ac.id Abstract Seruyan District as one of the new districts in the province of Central Kalimantan. Pavement structure that is prevalent in Central Kalimantan Seruyan District is flexible pavements. Many aspects of flexible pavement structure should be reviewed, one of which is material. Materials are often imported from other areas. This is certainly not advantageous in terms of cost. This study was to examine the use of local materials as pavement materials one of which is natural sand Seruyan. This material will be utilized as fine aggregate mixture for Asphalt Concrete-Wearing Course (AC- WC). The purpose of this study was to determine the nature and characteristics of the AC-Wearing Course mix if using Seruyan natural sand as fine aggregate, especially the stability properties and characteristics/parameters of the Marshall test. The method used is a Marshall Test method, conducted using a variation of sand The results of the study showed that the sand Seruyan marshall can be used as a mixture of asphalt concrete AC WC with a combination of 6% of fine aggregate sand fraction of Seruyan, 65.80% of Coarse aggregate fraction, 22.20% of fraction of Abu Stone, and 6 % of filler fraction at optimum bitumen content of 5.27% by values of (stability, flow; VIM, VMA, VFA, MQ) met the standards of Highways Agency. Keywords: seruyan sand, concrete asphalt, marshal. Abstrak Jaringan jalan mempunyai fungsi yang cukup penting dalam sistem transportasi, karena Kabupaten Seruyan sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Kalimantan Tengah. Struktur perkerasan jalan yang lazim di Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah adalah perkerasan lentur. Pada struktur perkerasan lentur banyak aspek yang harus ditinjau, salah satunya adalah material. Material sering didatangkan dari daerah tempat lain. Hal ini tentunya tidak menguntungkan dari segi biaya, penelitian ini adalah untuk menguji penggunaan material lokal sebagai bahan perkerasan yaitu pasir alam Seruyan yang akan di manfaatkan sebagai campuran agregat halus Laston Sebagai Lapis Aus Aspal Concrete Wearing Course (AC-WC). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat dan karakteristik campuran AC- Wearing Course jika menggunakan pasir alam seruyan sebagai agregat halus, yaitu khusus pada sifat stabilitas dan karakteristik pengujian Marshall. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengujian Marshall, dimana percobaan dilakukan dengan menggunakan variasi pasir. Hasil penelitian marshall menunjukkan bahwa pasir Seruyan dapat digunakan sebagai bahan campuran beton aspal AC WC dengan hasil kombinasi agregatnya yaitu 6% untuk fraksi agregat halus Pasir Seruyan, 65,80% untuk fraksi agregat Kasar, 22,20% untuk fraksi Abu Batu, dan 6% untuk fraksi filler pada kadar aspal optimum 5,27% dengan nilai (stabilitas, flow; VIM, VMA, VFA, MQ) memenuhi standar Bina Marga. Kata kunci: pasir seruyan, beton aspal, marshall. 1. Pendahuluan Kabupaten Seruyan sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Kalimantan Tengah hingga saat ini masih belum banyak disentuh jaringan transporttasi darat. Struktur perkerasan jalan Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 21

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI yang lazim di Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah adalah perkerasan lentur. Perkerasan lentur terdiri atas komposisi agregat kasar, agregat halus, aspal, dan material pengisi. Pada struktur perkerasan lentur banyak aspek yang harus ditinjau, salah satunya adalah material. Dimana material ini sering didatangkan dari daerah tempat lain. Hal ini tentunya tidak menguntungkan dari segi biaya. Sampai saat ini belum banyak penelitian mengenai komposisi campuran yang dilakukan dengan menggunakan berbagai alternatif material, terutama penggunaan material lokal sebagai bahan perkerasan. Selain itu juga tercipta banyak potensi material yang dimanfaatkan salah satunya adalah pasir alam Seruyan, pasir seruyan memiliki deposit material yang cukup besar jumlahnya yakni sebanyak ± 9.000.000 m 3. Secara visual daerah yang dapat dieksploitasi diperkirakan mencapai luasan 4,5 km 2 dengan ketebalan mencapai 2 m. Keuntungan selain mudah dieksploitasi adalah jaraknya relatif dekat dengan lokasi pekerjaan yaitu pada ruas jalan Arteri ibu kota kabupaten Seruyan Kuala Pembuang ibu kota kabupaten Kotawaringin timur sampit (km 21 km 50) tepatnya desa kalap kecamatan Seruyan hilir timur. Pasir Seruyan akan di manfaatkan untuk diteliti sebagai campuran agregat halus Laston Sebagai Lapis Aus Aspal Concrete Wearing Course (AC-WC). Untuk itu perlu diteliti bagaimana sifat-sifat fisik Pasir Seruyan, antara lain gradasi, berat jenis, dan penyerapan air. Berapa proporsi campuran agregat halus dan agregat kasar agar memenuhi spesifik AC WC. Bagaimana pengaruh campuran pasir Seruyan pada Kadar Aspal Optimum terhadap sifat marshall sedangkan yang akan dianalisa adalah rongga terisi aspal (VFA), rongga dalam campuran (VIM), Rongga dalam Agregat (VMA), stabilitas (stability), kelelahan (Flow) dan Marshall Quotion (MQ). Pengujian dilakukan di Laboratorium Uji Material Program Diploma Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Pengujian terhadap reaksi kimia yang terjadi pada campuran Laston Lapis Aus dan pengujian ekstrasi pada benda uji tidak dilakukan. Dengan pengujian ini semua diharapkan Pasir Seruyan sebagai agregat halus dapat dimanfaatkan untuk campuran Aspal Beton AC WC. 2. Metodologi Langkah-langkah yang akan dilakukan selama penelitian tentang Studi Penggunaan Pasir Seruyan sebagai campuran aspal beton ACWC adalah sebagai berikut: 1. Persiapan bahan 2. Pengujian bahan: a. Agregat halus: Analisa saringan Berat jenis dan penyerapan air b. Agregat kasar dan sedang: Abrasi Analisa saringan Berat jenis dan penyerapan air c. Aspal: Penetrasi Berat jenis Titik lembek Titik nyala Halaman 22 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 Kehilangan berat Daktilitas 3. Perancangan proporsi agregat gabungan sesuai spesifikasi agregat AC WC 2010. 4. Menentukan kadar aspal rencana 5. Pembuatan benda uji (Briket) masing-masing 2 buah untuk Kadar Aspal Pb (-1,0%; -0,5%; Pb;+0,5%; +1,0% ) 6. Pengujian marsall 7. Pemeriksaan stabilitas, flow, FIM, FMA, VFA, dan MQ. 8. Penentuan kadar aspal optimum 9. Hasil pengamatan percobaan 10. Kesimpulan dan saran 3. Hasil dan Pembahasan Data jaringan jalan di wilayah Kalimantan penelitiannya dilaksanakan di Laboratorium Uji Material Program Diploma Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya dengan menggunakan acuan standar uji Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1969-1990, SNI 03-1970-1990, SNI 03-2417-1991, SNI 03-2417-1991, dan SNI 06-2456- 1991) atau American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO). Sampel agregat yang digunakan dalam penelitian ini Pengujian material dilakukan dengan acuan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan AASHTO sebagai acuan. Apabila pengujian yang dimaksud tidak terdapat dalam SNI. Pengujian material meliputi: Sifat agregat (kasar, halus, dan Filler), serta pemeriksaan sifat fisik aspal Penetrasi 60/70. Dari hasil pengujian aspal seperti Tabel 2 dilakukan berulang-ulang sampai memenuhi standart spesifikasi. Hasil pengujian gradasi agregat halus seperti pada Gambar 1-4. Tabel 1. Hasil pengujian agregat No. Pengujian Metoda Syarat Hasil Keterangan Agregat kasar PT. Merakindo Mix 1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 < 3% 2.650% Memenuhi 2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 > 2,5 2.564 Memenuhi 3 Keausan / Los angeles abration test SNI 03-2417-1991 < 40% 23.60% Memenuhi Agregat halus ( Pasir Seruyan ) 1 Penyerapan air SNI 03-1970-1990 < 3% 1.012% Memenuhi 2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 > 2,5 2.519 Memenuhi Agregat halus ( Abu Batu ) PT. Merakindo Mix 1 Penyerapan air SNI 03-1970-1990 < 3% 1.833% Memenuhi 2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 > 2,5 2.577 Memenuhi Filler ( Semen Portland ) 1 Berat jenis PB - 0202-76 Tabel 2. Hasil pengujian sifat aspal 0,5-9 gr/m 3 2.706 Memenuhi No. Pengujian Metoda Syarat Min Max Hasil 1 Penetrasi (25oC, 5 detik) SNI 06-2456-1991 60 79 70.083 2 Titik Lembek SNI 06-2434-1991 48 58 55 3 Titik Nyala SNI 06-2433-1991 200 0 209 4 Daktilitas (25oC,5 cm/menit) SNI 06-2432-1991 100-124 5 Kehilangan Berat SNI-06-2440-1991-0,8 0,038 6 Berat Jenis SNI-06-2432-1991 1-1.029 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 23

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI Gambar 1. Hasil pengujian gradasi pasir Seruyan Gambar 2. Hasil pengujian gradasi aggregat kasar Gambar 3. Hasil pengujian gradasi abu batu Halaman 24 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 Gambar 4. Hasil pengujian gradasi aggregat sedang Tabel 3. Spesifikasi % lolos Aggregat kasar, Pasir Seruyan, dan filler Aggregat Kasar Pasir Seruyan Filler NO % Lolos 79% % Lolos 15% % Lolos 6% Total Spesifikasi 3/4 100,00 79,00 100,00 15,00 100 6 100,00 100,00 1/2 95,00 75,05 100,00 15,00 100 6 96,05 90-100 3/8 81,00 63,99 100,00 15,00 100 6 84,99 72-90 4 53,00 41,87 100,00 15,00 100 6 62,87 43-63 8 30,50 24,10 99,60 14,94 100 6 45,04 28-39.1 16 12,00 9,48 94,33 14,15 100 6 29,63 19-25.6 30 6,12 4,83 84,33 12,65 100 6 23,48 13-19.1 50 0,00 0 38,80 5,82 100 6 11,82 9-15.5 100 0,00 0 6,74 1,01 100 6 7,01 6-13 200 0,00 0 0,13 0,02 98,8 5,93 5,95 4-10 Tabel 4. Spesifikasi % lolos Aggregat kasar, Aggregat halus, Filler, dan Aggregat sedang No Aggregat Kasar Agregat Halus Filler Aggregat Sedang PT. Merakindo Mix Pasir Seruyan Semen Portland PT. Merakindo Mix % Lolos 50,00% % Lolos 7,00% % Lolos 6,00% % Lolos 37,00% Total SpesifikASI AC WC Kasar 2010 3/4 100,00 50,00 100,00 7,00 100 6 100,00 37,00 100,00 100,00 1/2 95,00 47,50 100,00 7,00 100 6 100,00 37,00 97,50 90-100 3/8 81,00 40,50 100,00 7,00 100 6 98,00 36,26 89,76 72-90 4 53,00 26,50 100,00 7,00 100 6 60,23 22,29 61,79 43-63 8 30,50 15,25 99,60 6,97 100 6 24,44 9,04 37,26 28-39.1 16 12,00 6,00 94,33 6,60 100 6 12,78 4,73 23,33 19-25.6 30 6,12 3,06 84,33 5,90 100 6 6,12 2,26 17,23 13-19.1 50 0,00 0 38,80 2,72 100 6 4,59 1,70 10,41 9-15.5 100 0,00 0 6,74 0,47 100 6 2,18 0,81 7,28 6-13 200 0,00 0 0,13 0,01 98,8 6 0,00 0,00 5,94 4-10 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 25

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI Perancangan proporsi aggregat gabungan dilakukan dengan cara: 1. Dengan cara grafis kotak bujur sangkar hasilnya tidak memenuhi specifikasi campuran AC WC gradasi kasar. 2. Dengan cara analitis P = aa + bb + cc P = persen lolos saringan dengan bukaan d mm yang diinginkan diperoleh specifikasi campuran. A = persen lolos saringan fraksi agregat kasar untuk bukaan d mm B = persen lolos saringan fraksi agregat Halus (Pasir Seruyan) untuk bukaan d mm C = persen lolos saringan fraksi Filler (Semend Portland) untuk bukaan d a = proporsi dari fraksi agregat kasar b = proporsi dari fraksi agregat Halus (Pasir Seruyan) c = proporsi dari fraksi Filler (Semend Portland) Nilai a, b, c diperoleh dengan trial and error karena perhitungan P dengan cara grafis 2 fraksi agregat kasar dan halus (Pasir Seruyan) di atas dengan Nomor saringan 50,100 dan 200 tidak memenuhi spesifikasi campuran AC WC gradasi kasar, maka ditambah filler sebagaimana ditunjukan pada Tabel 3. Kadar aspal optimum adalah jumlah aspal yang digunakan dalam campuran agar dapat tercapai mencapai persyaratan Stabilitas, Flow, VMA, VIM, VFA, dan Marshall Quotient. Penentuan kadar aspal optimum untuk menetepkan besarnya kadar aspal efektif dalam campuran yang diperlukan untuk pembuatan benda uji baru dengan komposisi agregat sama tetapi dengan kadar aspal optimum yang telah ditentukan, seperti pada Gambar 5. Parameter Marshall Spesifikasi Kisaran Rentang Kadar Aspal yang memenuhi Spesifikasi STABILITAS > 800 Kg 4,34-5,99 FLOW > 3 mm 4,83-6,0 VIM 3.5 % -5 % 5,16-5,88 VMF > 65% 4,0-6,0 VMA > 15% 5,07-6,0 MQ >250 kg/mm 4,04-5,37 Kadar Aspal Rencana ( Pb ) % 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 5 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6 Kadar Aspal Optimum ( KAO ) % 5.27 Gambar 5. Kadar aspal optimum Halaman 26 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 1). Kadar aspal 4,34% sampai 5,99% memenuhi syarat nilai stabilitas 2). Pada kadar Aspal 4,83%, sampai 6,0% memenuhi persyaratan nilai Flow yang ditentukan. 3) Nilai VIM memenuhi syarat pada kadar aspal 5,16% sampai 5,88% 4) Nilai VFA memenuhi syarat pada kadar aspal 4,0% sampai 6,0% Tabel 5. Hasil pengujian Marshall No Jenis Pemeriksaan Spesifikasi 5) Nilai VMA yang memenuhi syarat yaitu pada kadar aspal 5,07% sampai 6,0%. 6) Nilai MQ yang memenuhi syarat yaitu pada kadar aspal 4,04% sampai 5,41% 7) Pada nilai KAO (Kadar Aspal Optimum) kadar aspal 5,27% memenuhi semua persyaratan Stabilitas, Flow, VIM, VMF, VMA, dan MQ. Kadar aspal (%) 4 4,5 5 5,5 6 1 VMA (%) >15 11,37 11,50 12,34 12,38 13,31 2 VFA (%) >65 94,44 97,41 94,60 98,42 94,58 3 VIM (%) 3,5-5 0,63 1,18 0,69 0,20 0,73 4 Stabilitas (kg) >800 595,55 893,33 554,00 671,73 740,98 5 Flow (mm) >3 2,80 1,75 3,73 2,95 3,64 6 MQ(kg/mm) >250 213,07 510,42 148,51 227,99 204,28 Tabel 6. Hasil Pengujian Marshall Pada Kadar Aspal Optimum (KAO) Benda uji KAO % Stabilitas kg Flow mm VIM % VMF % VMA % MQ Kg/mm 1 5,27 1218,80 3,21 4,20 71,99 15,00 379,69 2 5,27 1121,85 3,85 4,50 70,42 15,28 291,39 Rata-rata 1170,33 3,53 4,36 71,20 15,14 335,54 Hasil pengujian marshall terhadap campuran beton aspal panas yaitu nilai stabilitas (stability), VMA,VMF,VIM, kelelehan (flow) dan Marshall Quotient (MQ) pada benda uji masing-masing kadar aspal 2 buah benda uji. Untuk mendapatkan nilai karakteristik aspal yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi Revisi SNI 06-2489-1991, maka perlu dicari kadar aspal optimum ditentukan dengan cara percobaan pengujian marshall dengan variasi kadar aspal 4%; 4,5%; 5%; 5,5%; 6%. Hasil pengujian Marshall untuk menentukan kadar aspal optimum seperti ditunjukkan pada Tabel 5. 4. Simpulan Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap bahan-bahan dasar campuran aspal beton dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 27

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI 1. Penggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai campuran aspal beton ini mempunyai sifat sifat fisik antara lain berat jenis 2,519 gram/cm³, penyerapan airnya 1,012%, sedangkan jenis gradasinya dapat di katagorikan bergradasi seragam, seperti yang terlihat di grafik gradasi pada Gambar 1 oleh karena itu dapat digunakan untuk lapis perkerasan Aspal Beton AC WC karena telah memenuhi spesifikasi terhadap setiap pengujiannya. 2. Hasil kombinasi agregatnya yaitu 6% untuk fraksi agregat halus Pasir Seruyan, 65,80% untuk fraksi agregat Kasar, 22,20% untuk fraksi Abu Batu, dan 6% untuk fraksi filler. 3. Dari hasil pengujian Marshall diperoleh grafik hubungan parameter campuran aspal beton, dengan kadar aspal optimum 5,27%. Daftar Pustaka Departemen Pekerjaan Umum, Spesifikasi Umum. (2010). Bidang Jalan dan Jembatan Divisi VI. Perkerasan Beraspal. PU., (1990). Standar Nasional Indonesia, cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar, SNI 03-1969-1990. PU., (1991). Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles, SNI 03-2417-1991. PU., (1990). Standar Nasional Indonesia, metode pengujian tentang analisa saringan agregat halus dan kasar, SNI 03-1968-1990. PU., (1990). Standar Nasional Indonesia, cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus, SNI 03-1970-1990. PU., (1991). Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian penetrasi bahan-bahan Bitumen, SNI 06-2456-1991. PU., (1991). Standar Nasional Indonesia, cara uji titik lembek dengan alat cincin dan bola, SNI 06-2434-1991. PU, Standar Nasional Indonesia, metode pengujian titik nyala dan titik bakar dengan cleve land oven cup, SNI 06-2433-1991. PU, Standar Nasional Indonesia, metode pengujian Daktilitas bahan bahan aspal, SNI 06-2432-1991. PU, Standar Nasional Indonesia, metode pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A, SNI 06-2440-1991. Halaman 28 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 PU, Standar Nasional Indonesia, metode pengujian berat jenis aspal padat, SNI 06-2441-1991. PU, Standar Nasional Indonesia, metode pengujian campuran aspal dengan alat marshall, SNI 06-2489- 1991. Sukirman, S, 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Granit: Jakarta. Utomo, A, 2008. Studi Komparasi Pengaruh Gradasi Gabungan Dilaboratorium dan Gradasi Hot Bin AMP campuran Laston (AC - Wearing Course) Terhadap karateristik Uji Marshall. Tesis. Semarang. Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 29

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI Halaman 30 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini