III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

III. METODE PENCIPTAAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

BAB III METODE PENCIPTAAN

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

TOPENG TRADISIONAL SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB III. A. Implementasi Teoritis

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

Elemen Elemen Desain Grafis

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB III METODE PENCIPTAAN

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

Bab. Berkarya Seni Rupa Dua Dimensi (2D) Peta Materi. Semester 1. Pengertian. Unsur dan Objek. Berkarya Seni Rupa 2 D. Medium, Bahan, dan Teknik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

III. METODE PENCIPTAAN

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB III ELABORASI TEMA

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

MODUL SENI RUPA KELAS X (Semester 1) TAHUN AJARAN BAB 1 BERKARYA SENI RUPA 2 DIMENSI

Aug 14, '08 2:21 PM untuk. Konsep Seni Rupa


BAB IV KONSEP PERANCANGAN

A. Implementasi Teoritik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian

DESKRIPSI PEMELAJARAN

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB III METODE PEMBUATAN PATUNG GAJAH IDE. Eksplorasi

MENGGAMBAR 1 HAND OUT DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG. DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

V. ULASAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

PERSEMBAHAN. Karya Tugas Akhir ini kupersembahkan. kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu. memberikan berkat. 2. Ayah dan Ibu tercinta.

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam

Apa itu Rupa dasar?desain dasar?

dari permainan egrang. Seperti yang kita ketahui permainan egrang kini sudah sangat

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik. yang berasal dari hasil pengalaman dan pengamatan lingkungan kemudian

Transkripsi:

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu bertahan dan berkembang dengan berbagai macam variasi dalam penampilannya. Setiap topeng pada dasarnya memiliki banyak sekali makna dan cerita dilihat dari karakter, mimik wajah, dan tekstur topeng. Mulai dari dulu topeng memiliki banyak peranan dan mengalami perkembangan sampai sekarang. Dulu topeng merupakan sebuah alat upacara, dimana memiliki peranan dalam segi mistis. Sekarang lama-kelamaan topeng mengalami pergeseran fungsi yaitu sebagai salah satu karya seni yang mempunyai nilai seni tinggi tetapi tetap memiliki nilai mistis pada topeng tertentu. Daya tarik topeng semakin terlihat ketika topeng digunakan dalam sebuah pertunjukan topeng. Topeng yang terletak didepan wajah orang yang memakai menutupi wajah asli dari pemakai dan menggambarkan sebuah karakter baru. Keunikan topeng yang dapat menyatu denga pemakai menunjukan bahwa topeng mampu berdiri sendiri dalam pengambaran tokoh tertentu. Karakter yang kuat pada setiap topeng merupakan suatu ciri khas dan keunikan pada setiap topeng memberikan warna tersendiri. Lahirnya topeng-topeng modern memberikan warna baru dan semakin memperkaya jenis dan bentuk topeng. Keunikan lain dari topeng adalah banyaknya bentuk, karakter, dan model baru sehingga sampai sekarang sangat sulit untuk menggolongkan setiap topeng. Kemunculan topeng modern tidak serta merta mampu mengusir keberadaan topeng tradisional. Topeng tradisional dengan pakem-pakemnya tetap mampu bertahan karena mempunyai keunikan lebih dari topeng-topeng modern, seperti nilainilai magis dan karakter yang khas pada topeng. 56

Penulis melihat dan mengagumi topeng sebagai karya seni masa lampau yang mempunyai nilai istimewa dan unik. Ketertarikan penulis terhadap topeng diperkuat oleh teori Endo Suanda tentang makna dan cerita pada setiap topeng tradisional yang kemudian ditangkap penulis dalam bentuk ide dan mengembangkan apa yang terdapat dalam bentuk dan karakter topeng tersebut, dan menjadikannya sebagai tema yang akan ditujukan sebagai sebuah pesan dalam karya yang akan penulis ciptakan pada karya Tugas Akhir dalam bentuk karya seni. Karya pada Tugas Akhir ini dibuat dengan berbagai media sebagai bentuk apresiasi terhadap keberanekaragaman bentuk, karakter, dan tekstur topeng. Berdasarkan visualisasi objek, penulis berpegang pada teori Guntur dan Nur Rokhim tentang keberanekaragaman topeng. Penulis memvisualisasikan topeng dalam bentuk tidak terbatas sebagai bukti keberanekaragaman topeng. Topeng dalam karya seni rupa ini merupakan gambaran dari fenomena-fenomena sosial yang kemudian divisualkan dalam figur-figur topeng dan diharapkan mampu memberikan pesan kepada penikmat seni dan memberikan pandangan lain terhadap kesenian masa lampau terutama kesenian topeng tradisional yang kaya akan makna dan sejarah. B. Konsep Visual Penulis mengetahui bahwa topeng sudah merupakan suatu bentuk karya seni. Karya seni topeng ini sengaja dijadikan sebuah tema dalam menciptakan karya seni rupa. Proses dari penciptaan karya seni ini dimulai dari ketertarikan penulis yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah sketsa. Sketsa yang dibuat juga berdasarkan pengamatan-pengamatan dari objek topeng yang kemudian dikembangkan dalam bentuk baru. Pertimbangan unsur-unsur seni dan prinsip organisasi seni merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan karya seni. Hal ini merupakan pedoman khusus untuk menciptakan sebuah karya seni yang memiliki nilai seni tinggi. Bentuk yang diperlihatkan 57

dalam karya ini merupakan bentuk topeng yang dikembangkan dengan bentuk-bentuk lain sehingga menciptakan karya seni baru dengan konsep karya seni tradisional. Karya seni ini sengaja dibuat dengan bentuk-bentuk baru karena pada dasarnya topeng merupakan suatu gambaran manusia, hewan atau dewa dengan karakternya masing-masing kemudian dikaitkan dengan karakter-karakter manusia yang ditemui penulis. Secara tidak langsung penulis ingin menciptakan topeng dengan karakter manusia jaman sekarang. Selain itu penulis hanya menciptakan karya seni topeng tanpa unsur tambahan seperti manusia pemakainya. Hal ini bertujuan bahwa topeng pada dasarnya mampu bercerita sendiri. Dalam mewujudkan karya seni penulis mengolah bentuk-bentuk yang terlihat dalam objek topeng pada umumnya dan kemudian mencampurnya dengan bentuk-bentuk yang terlintas dalam khayalan penulis. Bentuk-bentuk aneh dalam karya seni ini sering dijumpai, ini sebagai kesan dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi. Karya seni ini juga diciptakan dari berbagai media sebagai bentuk kebebasan dalam menciptakan karya. 1. Unsur-unsur Dalam Karya Seni a. Elemen-elemen Seni Elemen dalam karya seni ini adalah keseluruhan aspek yang mencakup garis, bidang, warna, tekstur dan cahaya. Penulis akan menjelaskan karya tugas akhir ini dalam unsur-unsur karya seni dimana akan diuraikan beberapa tentang unsur-unsur seni rupa untuk mempermudah penikmat seni dalam menikmati karya seni ini. 1) Garis Penulis menggunakan garis nyata dan garis semu dalam setiap karya dua dimensi dan tiga dimensi. Garis yang ditorehkan berupa garis lurus dan lengkung. Garis tersebut digunakan dalam membentuk kontur, arsiran, batas bentuk serta objek visual yang lain. Dalam karya dua dimensi sebagian besar garis nyata terlihat untuk membentuk objek topeng dan garis semu hanya sebagai aspek 58

penunjang dalam memperindah karya. Sedangkan pada karya tiga dimensi garis semu terlihat dalam batas bentuk objek topeng dan sebagai pembentuk kontur dalam karya, sedangkan garis nyata hanya sedikit terlihat sebagai penunjang karya seni. 2) Bidang Bidang pada karya penulis terdiri dari bidang organis atau bidang tidak beraturan. Penulis menggunakan bidang yang tidak beraturan yaitu guna menghasilkan bidang yang bebas, tak beraturan, dan dapat disesuaikan dengan keinginan penulis dalam membuat karya seni. 3) Warna Karya seni ini menggunakan warna-warna primer seperti merah, biru dan kuning untuk kemudian dicampur menjadi warna-warna sekunder dan tersier serta pengolahan value (warna tint/terang, tone/sedang, dan shade/gelap). warna yang digunakan pada karya-karya penulis merupakan warna sebagai simbol dan warna hanya sebagai warna. Warna sebagai simbol artinya penulis tetap menggunakan fungsi warna pada topeng untuk menggambarkan karakter seperti warna merah untuk menggambarkan karakter yang penuh nafsu. Sedangkan warna hanya sebagai warna yaitu dimana warna hanya digunakan untuk memperindah atau melengkapi warna-warna asli pada objek topeng. Warna pada karya seni ini dipadupadankan dengan isi atau makna pada karya tersebut sehingga mempermudah penikmat seni dalam memahami karya seni ini. 4) Tekstur atau Barik Tekstur yang digunakan pada karya penulis yakni tekstur alamiah dan buatan. Pada karya dua dimensi penulis menggunakan tekstur buatan. Efek goresan cat ke media menimbulkan tekstur buatan yang sengaja ditimbulkan untuk 59

memberikan kesan estetis pada karya. Sedangkan pada karya tiga dimensi penulis lebih banyak menggunakan tekstur alamiah untuk menunjukan media karya seni. 5) Cahaya dan Bayang-bayang Fungsi gelap terang cahaya pada karya ini adalah untuk memperjelas kehadiran unsur-unsur seni rupa lainnya. Peralihan dari gelap dan terang adalah upaya untuk mempertegas volume suatu bentuk sehingga mampu memberikan kesan bahwa terdapat suatu ilusi visual pada objek. b. Prinsip Organisasi Karya Seni 1) Kesatuan (Unity) Kesatuan didalam karya penulis ditunjukkan dengan adanya penggunaan unsur-unsur rupa yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Penulis mengolah unsur karya seperti penempatan (lay out) objek, permainan warna pada objek dan ukuran objek. 2) Keseimbangan (Balance) Penulis menggunakan keseimbangan asimetris yang berarti keseimbangan yang diterapkan pada pengaturan benda, bidang atau objek yang tidak sama ukuran besar kecilnya atau tidak sama posisi cara peletakkannya pada media karya. 3) Harmoni (Ritme dan Repetisi) Karya seni yang diciptakan penulis menggunakan objek topeng yang diulang-ulang yang kemudian disusun dalam sebuah susunan sehingga menimbulkan sebuah harmoni. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian penikmat seni terhadap karya seni dengan objek-objek topeng dengan bentuk yang tak lazim. 60

4) Dominan (Domination) Penulis berpendapat bahwa hal menarik pertama yang bisa dinikmati penikmat seni adalah unsur dominasi pada objek topeng yang memiliki kesan paling mencolok dari lainnya. 5) Konsep Bentuk Perubahan bentuk merupakan unsur yang diperlukan dalam penciptaan sebuah karya seni. Ini bertujuan untuk memperkaya unsur bentuk dalam sebuah karya seni sehingga seorang seniman tidak semata-mata hanya memindahkan objek kedalam media seni. Selain itu bisa dikatakan bahwa perubahan bentuk merupakan proses kreatif dari seorang seniman dalam penciptaan karya seni. Dalam proses pembuatan karya dengan tema topeng melewati beberapa proses yaitu diantaranya: a) Abstraksi Penulis dengan sengaja memecah setiap unsur yang ada dalam topeng kemudian menyusun kembali dalam bentuk yang tak lazim seperti struktur muka topeng yang diperbesar sebagian, raut wajah yang aneh dan beberapa unsur topeng yang dihilangkan. Bentuk abstraksi ini merupakan penggambaran fenomena-fenomena sosial yang disangkutkan dengan fungsi topeng pada dasarnya. Penulis beranggapan bahwa struktur topeng tidak mempunyai batas sehingga bebas dipermainkan sehingga memperkaya bentuk topeng itu senidiri. b) Distorsi Proses ini terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan dengan abstraksi, di mana penggambaran ulang dalam bentuk sederhana tersebut sudah sedikit diubah bentuknya, namun bagian inti dari topeng yang menjadi 61

fokus perhatian masih dibiarkan mirip aslinya agar karakter topeng masih bisa dilihat. Distorsi yang dilakukan penulis pada karyanya merupakan hasil pengolahan bentuk dari komponen-komponen topeng, seperti mata, hidung, mulut, wajah dan lainnya. Namun, meskipun mengalami distorsi, secara sekilas karakter topeng masih tetap terlihat. Distorsi yang dilakukan penulis dalam menciptakan karya seni ini memberikan pengertian bahwa topeng merupakan bentuk karya seni yang masih bisa dikembangkan dan disatupadankan menjadi karya seni baru. c) Stilasi Penulis mengeksplorasi objek topeng kemudian memvisualisasikan dalam gaya dan bentuk yang berbeda tanpa menghilangkan unsur dan struktur pada topeng. Ini bertujuan untuk memberikan kesan baru pada objek topeng tetapi tetap memiliki kesan yang masih memperlihatkan bentuk topeng tersebut. d) Deformasi Deformasi dilakukan penulis pada semua bagian topeng, karena penulis memiliki penggambaran suasana atau perasaan berbeda di setiap karyanya. Setiap karya memiliki bentuk yang berbeda dan makna yang berbeda kemudian dijadikan satu menjadi sebuah karya utuh yang memiliki makna yang berbeda. Ini dilandasi dari perasaan dan pemikiran penulis yang merupakan kebebasan ekspresi seniman. 2. Medium dan Teknik Di dalam mewujudkan ide topeng menjadi karya seni penulis menggunakan beberapa media seni yang berusaha dikemas sehingga menciptakan karya seni yang berbeda. Penulis memilih menggunakan beberapa media seni sebagai bentuk kebebasan 62

seniman dalam membuat karya seni sesuai dengan angan-angan dan ide. Selain itu penulis juga berharap mendapatkan kepuasan batin dan sebagai tantangan khususnya bagi penulis dalam menciptakan karya seni yang tidak hanya terpaku pada media tertentu. Karya seni yang pertama menggunakan kanvas. Kanvas dipilih sebagai media karya ini dikarenakan kanvas merupakan medium konvensional, selain itu kanvas juga memiliki keunikan tersendiri seperti kelenturan bahan dan kelembutan sehingga penulis memiliki tantangan tersendiri dalam mengerjakan karya seni ini. Media pada karya pertama ini menggunakan cat minyak di atas kanvas dengan ukuran kanvas 130 cm x 90 cm dengan teknik sapuan kuas sehingga menghasilkan tekstur kasar dan abstrak. Tujuan karya ini adalah menciptakan sebuah ilusi garis yang membentuk beberapa objek lukisan. Karya yang kedua merupakan karya seni patung tiga dimensi dengan media kayu. Media kayu dipilih karena memiliki karakter mudah dibentuk tetapi tahan lama. Kayu yang dipilih penulis merupakan kayu utuh berbentuk tabung dengan panjang 72 cm dan diameter 17 cm. Keunikan media ini karena terdapat sentuhan estetis dari alam berbentuk lubang memanjang pada permukaan media dan lubang sepanjang media pada tengah media. Teknik pembuatan karya ini menggunakan teknik pahat, kayu dipahat sehingga berbentuk topeng dengan ukuran kecil. Karya yang ketiga adalah karya seni lukis dengan media kanvas. Media kanvas yang digunakan berjumlah Sembilan buah dengan ketebalan dan ukuran berbeda yang kemudian disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah lukisan panel. Ketebalan pada setiap kanvas merupakan keunikan yang coba dihadirkan penulis. Ketebalan yang dihadirkan dengan sengaja bertujuan menghadirkan efek dimensi sehingga menambah nilai estetis pada karya ini. Karya seni yang keempat adalah karya seni keramik dengan media tanah liat yang dibentuk menjadi objek topeng. Alasan dari pemilihan media ini dikarenakan sifat tanah 63

liat yang plastis sehingga perlu menggunakan ketrampilan tertentu dalam pembuatan karya seni ini. Teknik dalam pembuatan karya seni ini menggunakan teknik pijit atau yang disebut pinching. tujuan menggunakan teknik ini adalah melatih kerampilan tangan dalam membuat sebuah karya dengan media yang bersifat plastis. Karya seni yang kelima merupakan karya seni instalasi dimana media yang digunakan adalah media kayu yang dibentuk dengan ukuran yang sama tetapi dengan panjang yang berbeda. Kayu-kayu tersebut kemudian direkatkan satu persatu untuk membentuk figur. Pembentukan ini juga terinspirasi dari ukuran Pixel foto rendah dimana figur yang dihadirkan memiliki efek kotak-kotak. Tujuan dari pembuatan karya ini adalah melatih imajinasi penulis dalam menciptakan bentuk geometris. Karya seni yang keenam merupakan karya seni lukis kaca dengan menggunakan media cat minyak dan kaca. Kaca merupakan sebuah media yang berbeda dengan kanvas. Teknik yang digunakan pada media ini hampir sama dengan teknik pada media kanvas yaitu sapuan cat pada media, tetapi dengan tahapan yang terbalik. Penulis sengaja memilih media ini guna mencoba ikut mengembangkan seni lukis kaca dan sebagai tolak ukur kemampuan berkarya penulis. Karya yang terakhir yaitu karya ketujuh merupakan karya dengan media tali dan paku yang ditempelkan pada media hardboard. Paku ditancapkan pada media hardboard sebagai acuan untuk mengaitkan media tali. Tali dililitkan pada setiap paku untuk membentuk figur-figur topeng. 3. Penyajian Karya Penyajian merupakan hal utama dalam menunjang kelengkapan sebuah karya seni yang disajikan kepada publik atau penikmat seni guna memperindah dan memiliki nilai pada suatu karya. Teknik penyajian sangat penting guna menambah nilai estetis pada 64

karya tersebut. Selain itu, teknik penyajian juga berguna untuk mempermudah penikmat karya dalam menikmati karya seni. Penyajian karya yang pertama, ketiga dan ketujuh yaitu dengan cara ditempel pada dinding. Karya lukis yang pertama ini tidak menggunakan pigura karena penulis menciptakan karya lukis dengan konsep minimalis. Karya seni yang ketiga merupakan karya lukis dengan kanvas berjumlah Sembilan buah yang akan disusun berhimpitan dengan susunan tertentu yang akan memberikan kesan saling menyambung menjadi satu dan menciptakan dimensi pada objek topeng. Karya ketujuh menggunakan pigura kayu dengan motif mencolok. Pemilihan pigura guna menambah nilai estetis pada karya seni yang ketujuh. Pigura yang digunakan memiliki bentuk persegi dengan setiap ujung menjorok atau memanjang keluar. Pemilihan cara penyajian pada karya ketujuh untuk menambah kesan ketidakteraturan sehingga mampu mempertegas isi dan makna karya. Penyajian karya yang kedua, kelima dan keenam yaitu dengan cara diletakkan pada meja. Karya seni kedua ini akan disajikan dengan cara berdiri dengan memberikan kaki pada media objek karya sebagai simbol pelengkap pada karya. Tujuan dari penyajian tersebut adalah agar penikmat seni bisa menikmati setiap objek yang terletak menyebar pada media. Karya seni kelima disajikan dengan cara hanya diletakkan pada atas meja dengan posisi serong agar penikmat seni bisa menikmati sisi depan, samping, dan belakang yang merupakan bagian dari isi dan makna karya. Karya seni keenam yaitu karya seni kaca yang disajikan dengan cara disusun berjajar sehingga terlihat sebuah ilusi dimensi pada setiap objek. Karya seni kaca ini akan diletakkan pada media kayu untuk membuat media kaca berdiri dan diletakkan dengan background hitam untuk memperjelas objek. Karya keempat merupakan karya seni keramik. Karya seni ini akan disajikan dengan cara digantung menggunakan tali. Penggantungan karya keempat disusun 65

sedemikian rupa sehingga seolah-olah tersusun secara dinamis. Penulis membiarkan setiap objek tergantung bebas dan bergerak bebas sehingga penikmat seni bisa menikmati setiap bagian objek. 66