BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

HASIL DAN PEMBAHASAN

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji (2002)

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Respon imun adaptif : Respon humoral

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

HASIL DAN PEMBAHASAN

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

Gambar: Struktur Antibodi

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh

MAKALAH SEROLOGI DAN IMUNOLOGI

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makin meluas. Sebelum tahun 1950-an hanya satu varietas yang dikenal yaitu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari Juni 2011 terdapat 20 subjek yang memenuhi

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Sistematika tumbuhan Berdasarkan pustaka, berikut klasifikasi secara umum dari tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Family : Fabaceae Genus : Leucaena Spesies : Leucaena leucocephala (Lamk.) de Wit. 2. Nama lain Lamtoro (Leucaena glauca, Benth, Leucaena leucocephda) memiliki nama daerah diantaranya: pete cina (Sumatra), kemlandingan, lamtoro, petet (Jawa), Pelanding, peuteuy selong (Sunda), kalandingan (Madura), peteh selang, peteh cina (Jawa) (Arisandi, 2006). 3. Kegunaan bagi masyarakat Secara empiris lamtoro digunakan untuk mengobati penyakit antara lain diabetes militus, cacingan, gairah seks, luka baru dan bengkak, tlusuben (kasura) (Arisandi, 2006). 4. Kandungan kimia Petai cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, mimosin, leukanin, protein, asam lemak dan serat (Skerman cit, Sartinah 2010). Biji lamtoro yang sudah tua setiap 100 g mempunyai nilai kandungan kimia berupa zat kalori sebesar 148 kalori, protein 10,6 g, lemak 0,5 g, hidrat arang 26,2 g, kalsium 155 mg, besi 2,2 mg, vitamin A, Vitamin BI 0,23 mg, vitamin C 20 mg (Arisandi, 2006).

5 B. Sistem Imun Sitem imun dalam tubuh adalah semua mekanisme pertahanan yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh dari bahaya yang menyerang tubuh, mekanisme yang memperantarainya terbagi atas sistem imun bawaan dan sistem imun didapat. Mekanisme adaptif terbentuk setelah mekanisme bawaan dimana melakukan banyak fungsi dengan interaksi dan mekanisme (Playfire, 2009). Respon imun merupakan tanggapan sistem imun terhadap konfigurasi asing, dimana telah terjadi proses pengenalan oleh sel sel pengenal (limfosit). Proses ini akan melibatkan interaksi antar sel dan substansi berupa sitokin, reseptor, molekul ko-reseptor, dan molekul penyaji (molekul MHC). Sistem imunologik dapat diaktifkan oleh benda asing yang timbul dari lingkungan eksternal, tetapi juga oleh benda asing yang ada dalam lingkungan internal (Bellanti, 1993). Sel yang terlibat dalam imunitas berasal dari prekusor disum-sum tulang dan bersikulasi dalam darah atau ke jaringan. Sel-sel darah yang berpengaruh pada sistem imun yaitu: Leukosit (sel darah putih) merupakan komponen darah yang berkaitan dengan sistem imun. Leukosit terdiri dari granulosit dan agranulosit yang berperan melawan antigen dan mikroorganisme. Leukosit berperan dalam sistem imun spesifik baik humoral maupun seluler dan non spesifik (Neutrofil, Makrofag, sel dendrit, sel NK). Neutrofil merupakan salah satu dari jenis sel granulosit yang paling umum dalam darah manusia, sel fagosit dengan masa hidup singkat dengan granul yang mengandung substansi pembunuh bakteri (bakterisidal). Sel-sel limfoid meliputi sel plasma dan limfosit. Sel-sel ini sekali tersensitisasi menjadi siap dan dinamakan imunosit yang dapat bereaksi dengan antigen dan menghasilkan antibodi (Limfosit B) imunitas humoral atau menghasilkan peristiwa seluler (Limfosit T). Setelah distimulasi baik limfosit B dan limfosit T, jalur diferensiasi yang berganti-ganti menghasilkan suatu sub populasi sel memori. Pada perkenalan selanjutnya dengan imunogen spesifik, sel-sel ini mempunyai kemampuan untuk berproliferasi dan berdiferensiasi untuk

6 melakukan upaya perlindungan terhadap tubuh baik pada imunitas humoral maupun seluler (Playfire, 2009; Bellanti, 1993). Makrofag merupakan sel fagosit di dalam sistem imun, baik berperan fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells (APC). Sel makrofag yang belum berkembang masuk ke peredaran darah berbentuk monosit, apabila sel ini keluar dari sirkulasi dan sampai jaringan maka akan menetap sebagai makrofag (Abbas et al, 2004). Makrofag bertempat di jaringan dan rongga serosa seperti pleura dan peritoneum (Playfire, 2009). Makrofag merupakan mononuklear sel fagosit yang berasal dari monosit dalam darah yang dihasilkan dari sel-sel induk dalam sum-sum tulang. Sel-sel ini memiliki peran tidak spesifik, peran dalam pertahanan kekebalan tubuh. Sel ini mengandung lisosom dan mengerahkan aksi mikrobisida terhadap mikroba, dapat juga memiliki aktivitas tumorisidal yang efektif ( Cruse dan Robert, 1937). Fagositosis adalah salah satu jenis endositosis, istilah umum untuk penyerapan oleh sel bahan dari lingkungannya, membran plasma sel mengembang sekitar bahan partikel, yang dapat mencakup seluruh patogen mikroorganisme, untuk membentuk vesikel besar yang disebut phagosom. Kebanyakan fagositosis dilakukan dengan sel khusus, seperti monosit darah, neutrofil, dan makrofag. Kebanyakan jenis sel ini mampu bentuk lain dari endositosis, seperti endositosis reseptor-mediated, di mana molekul ekstraseluler diinternalisasikan setelah mengikat oleh reseptor seluler spesifik, dan pinositosis, dimana sel-sel mengambil cairan dari sekitarnya media bersama dengan molekul yang terkandung di dalamnya (Goldsby, 2002). Pada manusia, fagositosis dilakukan terutama oleh fagosit mononuklear, neutrofil, dan dalam jumlah sedikit dilakukan oleh eosinofil. Sel-sel tersebut biasanya dinamakan sebagai sel-sel fagositik (Bellanti, 1993).

7 C. Imunomodulator Imunomodulator merupakan subtansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imun. Imunomodulator dibagi menjadi tiga kelompok yaitu imunostimulator, imunoregulator, dan imunosupresor. Kebanyakan imunomodulator yang berasal dari tumbuhan telah banyak diteliti dan imunostimulator dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi infeksi bakteri ataupun virus, mengatasi imunodefisiensi dan menstimulus sistem imun disebut biological respone modifiers (BRM). Imunomodulator yang dikenal ada dua golongan yaitu imunomodulator biologis dan sintetik (Wiedosari,2007). Contoh dari imunomodulator biologi adalah sitokin, antibodi monoklonal, jamur, hewan dan tanaman obat. Imunomodulator sintetik yaitu levamisol, isoprinosin dan muranil peptidase (Prasetyo,2012). Cara kerja imunomodulator meliputi : 1) mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunrestorasi), 2) memperbaiki fungsi sitem imun (imunostimulasi) dan 3) menekan respons imun (imunosupresi). Imunomodulator digunakan terutama pada penyakit imunodefisiensi, infeksi kronis dan kanker. Pemberian imunostimulan atau imunomodulator sangat diperlukan untuk mencegah penghancuran sel penolong CD4+ pada pasien AIDS dan kanker (Katzung, 1995). Mekanisme imun bawaan umumnya bekerja dengan cara melawan respon yang diberikan. Namun ada saatnya imun tersebut tampak berhasil dan mengubah keseimbangan dengan imunostimulasi nonspesifik ( aktivitas makrofag, sitokin dll) (Playfire, 2009). Penekanan terhadap respon imun biasanya terjadi dalam penanganan transplantasi organ, hipersensitifitas berat dan autoimun. Dan sebagian besar metode yang tersedia saat ini kurang atau bersifat nonspesifik juga efek samping yang berbahaya maka penggunaannya dibatasi (Playfire, 2009). D. Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus (SA) merupakan bakteri gram positif anggota famili Micrococcaceae berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan buah

8 anggur koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif (Jawets et al, 1996) dan sifatnya sebagai bakteri komensal dalam tubuh manusia yang jumlahnya berimbang dengan flora normal lain. S.aureus pada manusia diantaranya ditemukan pada hidung dan tenggorokan (50%), kulit (20%), dan tangan (5-30%) (Jawets et al, 1996). Staphylococcus aureus dianggap sebagai patogen dari genusnya yang secara asimtomatik sering ditemukan, dan organisme ini ditemukan pada 40% orang sehat pada bagian hidung, kulit, ketiak, atau perineum. Reseptor SA yang terdapat dipermukaan sel pejamu dan protein matriks yang membantu organism ini untuk melekat. Dan memproduksi enzim litik ekstraseluler (misalnya lipase) yang memecah jaringan pejamu dan membantu saat invasi (Gillespie dan Kathleen, 2007). Hal ini dikarenakan S.aureus mempunyai bagian-bagian dan produk yang mendukungnya sebagai salah satu bakteri patogen diantaranya adalah dinding sel Staphylococcus sp sebagian besar terdiri dari peptidoglikan yang mempunyai aktifitas seperti endotoksin, menstimulasi keluarnya sitokin dari makrofag yaitu interleukin-1 dan aktifasi komplemen dan mencegah fagositosis PMN, adanya toxin dan enzim yang dihasilkan untuk merusak sel inang (Jawets et al, 1996; lowy, 1998).