BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Ya-Hui Wang dan Cing-Fen Tsai dari

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. topik penelitian selama beberapa dekade terakhir. Budaya dan sejarah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang relatif terjangkau, praktis dan efisien.pasar sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis. Dengan dasar hal inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemasaran dalam suatu perusahaan mencakup ruang lingkup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari penelitian terdahulu dari Faculty of

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan konsumen. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Niat beli merupakan hal paling penting yang harus diperhatikan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari merek yang tertera pada produk tersebut. penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa pesaing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Kotler dan Armstrong (2019:253) produk adalah segala sesuatu yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori niat berkunjung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan Pertemuan 7 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. variabel yang diamati. Hal ini dimaksudkan agar hasil studi dapat dipertanggungjawabkan

BAB II. LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) :

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian ini. Berfokus pada

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. para konsumen, banyaknya perusahaan tidak mengutamakan kualitas suatu

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berwisata merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan dan sering

LANDASAN TEORI. banyak ahli mengemukakan definisi tentang pemasaran yang terlihat memiliki sedikit

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi berdasarkan pada perilaku masa lalunya. Pembelajaran (learning)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan, pesatnya

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan tak lepas dari

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman untuk meneliti Pengaruh Potongan Harga, Citra Toko, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135).

BAB I PENDAHULUAN. saat ini banyak dijumpai air leideng yang keruh karena masih banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Secara konseptual produk adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan pasar (marketdriven).

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini sudah menjadi trend bagi berbagai kalangan untuk makan pada Cafe &

BAB I PENDAHULUAN. yang sejenis dan merupakan suatu proses psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan harus mampu memikirkan, membuat dan menetapkan merek yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran adalah mengatur hubungan konsumen yang menguntungkan. Dua tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Produksi Media PR Cetak. Modul ke: 05FIKOM. Brand Image. Fakultas. Program Studi HUMAS. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk (Kotler

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai perubahan pata perilaku terhadap. Penggunaan Perceived Fit dalam penelitian mengenai Brand

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Pemasaran sangat penting bagi perusahaan atau organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Niat Beli

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian dan konsep yang mendasari perumusan masalah, kerangka pemikiran, dan studi terkait yang menjadi acuan penelitian. Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka peneliti akan terlebih dahulu menjabarkan teori pemasaran kemudian akan dibahas teori yang berkaitan dengan persepsi nilai, persepsi kualitas dan persepsi harga. Dilanjutkan dengan teori-teori lainnya seperti teori citra merek, aspek-aspek dalam citra merek dan teori niat beliserta aspek-aspek yang mempengaruhi niat beli konsumen. 2.1. Teori Pemasaran Pemasaran merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat dan segala aktivitas di dalamnya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Banyak yang mengartikan pemasaran sebagai suatu aktivitas menjual, mendistribusikan dan membeli suatu barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Pengertian tersebut tidak salah, namun sebenarnya pemasaran memiliki pengertian menurut beberapa ahli. AMA (American Marketing Association) (2004) dalam Tjiptono (2012) mendefinisikan pemasaran sebagai fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta 10

11 mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan para stakeholder-nya. Dalam Tjiptono (2012) pengertian pemasaran mengalami perubahan hingga akhirnya disempurnakan oleh AMA (American Marketing Association) (2007) pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi dan proses menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan dan mempertukarkan tawaran (offerings) yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra dan masyrakat umum. Sedangkan menurut Venkatsh dan Penaloza (2006) pemasaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menstimulasi permintaan atas produk atau jasanya dan memastikan bahwa produk dijual dan disampaikan kepada para pelanggan. Menurut Meldrum (2000) pemasaran adalah proses bisnis yang berusaha menyelaraskan antara sumber daya manusia, finansial dan fisik organisasi dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggannya dalam konteks strategi kompetitif organisasi. Jadi manajemen pemasaran merupakan serangkaian aktivitas hal yang begitu dekat dengan masyarakat berhubungan dengan penciptaan, pendistribusian dan penciptaan nilai atas suatu produk bagi konsumen.

12 2.1.1. Teori Perilaku Konsumen Jika membahas pemasaran lebih dalam maka akan ditemui pembahasan atau topik menarik yaitu mengenai perilaku konsumen. Peter (2010) perilaku konsumen didefiniskan sebagai interaksi dinamis yang mempengaruhi dan sebagai pengetahuan, perilaku dan lingkungan dimana manusia melakukan aspek pertukaran kehidupan mereka. Dengan kata lain, perilaku konsumen melibatkan pengalaman dalam berpikir, perasaan dan tindakan yang mereka lakukan dalam proses konsumsi. Peter (2010) membagi definisi perilaku konsumen menjadi tiga, yaitu a. Perilaku konsumen sebagai dinamika Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena pemikiran, perasaan dan tindakan dari konsumen sebagai individu, sasaran kelompok konsumen, dan masyarakat pada umumnya yang terus mengalami perubahan. b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pemikiran, perasaan, tindakan dan lingkungan. c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran Perilaku konsumen melibatkan terjadinya pertukaran antara manusia. Dengan kata lain, orang memberikan sesuatu yang

13 berharga kepada orang lain dan menerima sesuatu sebagai imbalan. Perilaku konsumen menurut Kotler (2009) adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana suatu produk, idea dan pengalaman dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor menurut Kotler (2009) yaitu: a. Faktor Budaya Budaya merupakan determinasi dasar atas keinginan dan perilaku seseorang. Seorang anak yang tumbuh di satu Negara dengan Negara lain akan memiliki perilaku dan nilai-nilai yang berbeda. b. Faktor Sosial Faktor sosial yang berada di lingkungan seorang individu akan memperngaruhi bagaimana individu berperilaku dan bertindak. Faktor sosial dipengaruhi oleh keluarga sebagai kelompok dasar diikuti dengan kelompok referensi serta peran dan status. c. Faktor Pribadi Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi serta kepribadian dan konsep diri.

14 Dalam pemasaran barang dibedakan menjadi empat jenis: a. Convenience goods Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi atau sering dibeli, dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum dalam pembandingan dan pembeliannya. b. Shopping goods Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. c. Speciality goods Barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. d. Unsought goods Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tetapi belum terpikirkan untuk membelinya. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang fashion sebagai barang retail khususnya fashion pakaian. Fashion pakaian termasuk di dalam shopping goods dimana untuk membelinya seseorang memerlukan

15 proses membandingkan alternatif merek yang satu dengan merek lainnya. 2.2. Persepsi Nilai Dalam Wu dan Chen (2014) Zeithaml (1996) mengatakan bahwa selain menilai produk dan jasa berdasarkan kualitas dan kepuasan, pelanggan juga mengevaluasi produk sesuai dengan nilai yang dirasakan. Nilai sendiri memiliki pengertian yang berbeda-beda bagi setiap individu. Zeithaml (1996) sendiri mengartikan nilai sebagai penilaian keseluruhan konsumen dari kegunaan suatu produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diterima konsumen dan apa yang diberikan. Sebuah nilai berkaitan erat dengan persepsi pelanggan dari manfaat yang dirasakan dibandingakn dengan biaya, waktu dan usaha yang diberikan oleh konsumen untuk menikmati suatu produk. Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Zeithaml (1988) persepsi nilai atau nilai yang dirasakan konsumen adalah evaluasi secara keseluruhan dari produk berdasarkan keuntungan yang diterima dan apa yang dibayar. Sheth, et al (1991) mengusulkan lima jenis persepsi nilai, yaitu nilai fungsional, nilai sosial, nilai emosional, nilai epistemik, dan nilai bersyarat. Zeithaml (1988) persepsi nilai didefinisikan sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap produk atau layanan utilitas, berdasarkan berbagai macam manfaat dan

16 pengorbanan. Jadi persepsi nilai menjadi salah satu tolak ukur evaluasi baik atau tidaknya suatu produk di pandangan dimasyarakat. Kaufman (1998) dalam Wu dan Chen (2014) menganggap bahwa nilai yang dirasakan dapat digunakan untuk menemukan keinginan, permintaan, dan nilai tukar pelanggan untuk barang atau jasa ketika memutuskan apakah akan membeli atau tidak. Zeithaml (1996) mengemukakan empat arti dari nilai yang dirasakan atau persepsi nilai, yaitu a. Nilai adalah harga yang rendah Beberapa konsumen menyamakan nilai dengan harga barang yang rendah, yang menunjukkan bahwa apa yang harus diserahkan konsumen dalam artian uang yang dibayarkan yang paling utama dalam persepsi mereka tentang nilai. b. Nilai adalah apa pun yang diinginkan ada dalam produk atau jasa oleh konsumen Daripada berfokus pada harga produk yang rendah, beberapa konsumen lebih menekankan pada manfaat yang mereka terima dari layanan atau produk sebagai komponen yang paling penting dari nilai. Dalam pengertian ini harga menjadi hal yang tidak terlalu penting bagi beberapa konsumen daripada kualitas atau fitur yang sesuai dengan apa yang diinginkan.

17 c. Nilai adalah kualitas yang didapatkan konsumen sesuai dengan harga yang dibayarkan Konsumen lain melihat nilai sebagai petukaran antara uang yang konsumen bayarkan dengan dan kualitas yang diterima oleh konsumen. d. Nilai adalah apa yang konsumen dapatkan dari usaha yang konsumen berikan Akhirnya, beberapa konsumen mempertimbangkan bahwa nilai adalah semua manfaat yang mereka terima serta komponen pengorbanan yaitu uang, waktu dan tenaga yang harus diberikan untuk mendapatkan sebuah produk. 2.3. Persepsi Kualitas Schiffman (2007) mengatakan bahwa konsumen sering menilai kualitas suatu produk atau jasa atas dasar berbagai petunjuk dari informasi yang mereka terima atas suatu produk. Konsumen ingin percaya bahwa mereka mendasarkan evaluasi kualitas produk pada hal-hal intrinsik atau yang bersangkutan langsung dengan produk, karena hal tersebut memungkinkan konsumen untuk membenarkan keputusan produk yang dipilih (baik positif atau negatif) sebagai suatu pilihan produk yang rasional atau objektif.

18 Zeithaml (1996) mendefiniskan persepsi kualitas sebagai penilaian konsumen tentang keunggulan suatu layanan secara keseluruhan. Penilaian ini adalah penilaian yang didasarkan dengan beberapa dimensi pelayanan seperti kehandalan dan kesanggupan suatu produk untuk memuaskan konsumen yang ditandai oleh kombinasi fitur layanan, perilaku, atau tindakan. Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Tsiotsou (2006) persepsi kualitas merupakan suatu sarana mengevaluasi persepsi konsumen terhadap kualitas produk. Tsiotsou (2006) dan Zeithaml (1988) berpendapat bahwa persepsi kualitas berarti mengevaluasi persepsi konsumen terhadap kualitas produk yang mewakili keseluruhan penilaian konsumen pada keunggulan produk. Zeithaml dan Bitner (2000) mengatakan bahwa persepsi kualitas dipengaruhi oleh persepsi subjektif konsumen dan lingkungan konsumen. Jadi persepsi kualitas adalah penilaian pribadi konsumen terhadap kualitas suatu produk sebagai evaluasi atas manfaat yang diterima konsumen. Dalam penelitian ini, persepsi kualitas diukur dengan menggunakan empat indikator Petrick (2002) dalam Wu dan Chen (2014) yaitu konsistensi, reliabilitas, kehandalan, dan keunggulan.

19 2.4. Persepsi Harga Schiffman (2007) mengemukakan pandangan konsumen terhadap harga atau disebut dengan persepsi harga yaitu tinggi dan rendahnya harga sebagai keadilan dimana hal ini memiliki pengaruh yang kuat pada dua hal yaitu niat beli dan kepuasan pembelian. Schiffman (2007) mengatakan bahwa persepsi ketidakadilan harga berpengaruh terhadap persepsi konsumen dari nilai produk dan akhirnya mempengaruhi keinginan konsumen untuk mengunjungi toko atau jasa layanan. Dalam Wu dan Chen (2014) Zeithmal (1988) berpendapat bahwa persepsi harga merupakan perasaan dalam diri konsumen dimana konsumen memiliki pengetahuan mengenai harga produk. Jadi persepsi harga adalah penilaian pribadi konsumen terhadap harga suatu produk apakah sesuai dengan manfaat yang diterima konsumen. Petrick (2002) mengusulkan enam indikator untuk mengukur persepsi harga konsumen yaitu pembelian yang sangat baik, nilai yang setara, di atas nilai, harga yang wajar, ekonomi, dan perdagangan yang baik. 2.5. Niat Beli Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli dan menggunakan barang atau jasa, pasti konsumen mengalami proses dalam keputusan membeli produk tersebut. Proses pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik faktor eksternal maupun faktor internal. Niat merupakan

20 salah satu faktor yang berasal dari dalam diri konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk melakukan pembelian pada suatu produk barang maupun jasa. Peter (2010) niat beli adalah rencana keputusan atau niat untuk membeli produk tertentu atau merek. Peter menganggap bahwa niat beli dapat juga diartikan sebagai niat perilaku yaitu sebuah rencana untuk melakukan tindakan pembelian. Dalam Tuu (2012) menurut Johnson, et al (2006) & Oliver (2009) niat beli merupakan konsep penting dalam literatur pemasaran. Menurut Evanschitzky, et al niat beli dianggap sebagai mediator antara kepuasan dan loyalitas yang sebenarnya. Tsiotsou (2006) seorang manajer pemasaran tertarik pada niat beli konsumen dalam rangka untuk meramalkan penjualan produk dan jasa yang ada serta untuk membantu keputusan pemasaran yang terkait dengan permintaan produk untuk produk-produk baru dan yang sudah ada, segmentasi pasar dan strategi promosi. Schiffman & Kanuk (2000) mendefinisikan niat beli sebagai kemungkinan bahwa pelanggan akan membeli produk tertentu. Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Grewal, et al (1998) niat beli menunjukkan reaksi emosional yang dihasilkan dari evaluasi keseluruhan konsumen terhadap suatu produk serta menunjukkan kemungkinan bahwa konsumen ingin membeli produk. Sedangkan menurut Morwitz dan Schnittlein (1992) niat beli adalah prediksi yang paling tepat dari perilaku

21 pembelian. Grewal, et al (1991) indikator untuk mengukur niat beli konsumen adalah kemungkinan pembelian, harga pembelian, probabilitas pembelian dan niat beli. Jadi niat beli konsumen menjadi salah satu tolak ukur bahwa konsumen dianggap puas dan loyal terhadap produk yang telah dikonsumsi. Niat atau kesediaan untuk berperilaku sangat penting bagi pengecer karena niat berperilaku merupakan cara terbaik untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Oleh karena itu niat berperilaku selayaknya dikelola dengan baik, karena dengan pengelolaan yang benar, konsumen yang setia akan menjadi target strategis bagi perusahaan. Niat beli dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor psikis Merupakan faktor pendorong yang berasal dari dalam diri konsumen yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan sikap yang ada didalam diri masing-masing individu. 2. Faktor sosial Merupakan proses dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh oarang dan kebudayaan yang ada di sekiarnya. Seperti keluarga, status sosial, dan kelompok acuan.

22 3. Pemberdayaan bauran pemasaran Faktor ini berasal dari perusahaan yang menjadi produsen terhadap produk yang digunakan oleh konsumen. Terdiri dari produk, harga, promosi dan juga distribusi. Sebelum timbul niat beli, seorang individu akan dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam proses pembelian. The Buying Process (proses pembelian) seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Levy dan Barton A. Weitz, Retailing Management): a. Keluarga Keluarga merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi seseorang ketika akan memutuskan untuk membeli suatu produk baik barang maupun jasa. b. Kelompok referensi Kelompok referensi menjadi salah satu faktor yang juga mempengaruhi seseorang sebagai pertimbangan dalam membeli suatu produk baik barang maupun jasa. Kelompok refernsi ini biasanya adalah orang-orang yang berada dekat dengan lingkungan seseorang yang digunakan sebagai dasar perbandingan keyakinan, perasaan dan perilaku.

23 c. Budaya Budaya adalah faktor ketiga yang juga mempengaruhi niat beli seseorang. Budaya merupakan keyakinan, moral, dan nilai-nilai yang dianut bersama oleh sebagian besar masyarakat. 2.6. Citra Merek Dalam Wang dan Tsai (2014) menurut American Marketing Association merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi produk dan untuk membedakan mereka dari suatu kompetisi. Dalam Fianto (2014) menurut Hawkins, et al (2004) mengatakan bahwa citra merek adalah persepsi dalam benak konsumen terhadap kesan yang baik dari sebuah merek. Kotler & Keller (2012) berpendapat bahwa suatu kesan yang baik dapat ditimbulkan oleh suatu merek ketika memiliki keunggulan yang unik, reputasi yang baik, populer, dapat dipercaya dan bersedia untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Dalam Upamannyu (2012) Hsieh, et al (2004) berpendapat bahwa citra merek dapat membantu konsumen dalam mengenali kebutuhan dan kepuasan mereka terhadap merek, juga membedakan merek dari pesaingnya sehingga memotivasi pelanggan untuk membeli produk dengan merek yang baik.

24 Dalam Dmour (2013) menurut Keller (2008) citra merek adalah persepsi konsumen tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek yang muncul dalam pikiran konsumen. Jadi dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah suatu kepercayaan yang dianggap penting bagi konsumen dari suatu produk yang begitu melekat dalam benak dan pikiran konsumen yang menimbulkan adanya keyakinan dalam diri konsumen. Faktor-faktor yang membentuk citra merek adalah: 1. Kekuatan asosiasi merek (strength of brand association) Tergantung pada bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai bagian dari citra merek. 2. Keuntungan asosiasi merek (Favourability of brand association) Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung pada proses terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana konsumen dapat percaya pada atribut yang diberikan mereka dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. 3. Keunikan asosiasi merek (Uniqueness Of brand association) Suatu merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi alasan bagi konsumen untuk memilih merek tertentu.keunikan asosiasi merek dpat berdasarkan atribut produk, fungsi produk atau citra yang dinikmati konsumen.

25 2.7. Paradigma Penelitian Sugiono (2013) paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, jenis dan teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Berikut adalah paradigma penelitian ini Persepsi Kualitas Persepsi Harga Persepsi Nilai Niat Beli (Wu dan Chen, 2014, 87) a. Persepsi kualitas terhadap persepsi nilai Dalam Wu dan Chen (2014) secara umum persepsi kualitas yang tinggi menghasilkan persepsi nilai menjadi jauh lebih tinggi. Oleh karena itu ketika kualitas yang dirasakan lebih besar dari pengorbanan yang dirasakan, konsumen memiliki persepsi nilai yang positif. Sehingga terjadi hubungan positif antara persepsi kualitas dan persepsi nilai. b. Persepsi kualitas terhadap niat beli Dalam Wu dan Chen (2014) persepsi kualitas menjadi faktor penting dalam kepuasan konsumen. Semakin tinggi persepsi kualitas konsumen, semakin tinggi niat beli mereka. Dodds,et al (1991)

26 menemukan bahwa persepsi kualitas berpengaruh secara positif terhadap nilai yang dirasakan, dan nilai yang dirasakan juga berpengaruh secara positif terhadap niat beli. c. Persepsi harga terhadap persepsi nilai Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Bruce dan Abhijit (2002) ketika konsumen merasa bahwa harga tinggi, mereka merasa apa yang mereka bayar lebih dari apa yang mereka peroleh, sehingga nilai yang dirasakan menurun. Oh (1999) & Tam (2004) dalam Wu dan Chen (2014) membuktikan bahwa persepsi harga memiliki pengaruh negatif secara langsung terhadap persepsi nilai. d. Persepsi harga terhadap niat beli Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Tsai dan Lee (1999) bahwa harga yang dirasakan menunjukkan sensitivitas konsumen terhadap variasi harga. Konsumen dengan persepsi harga yang lebih besar digambarkan kurang bersedia untuk membeli produk. Suter dan Hardesty (2005) menunjukkan bahwa persepsi harga konsumen berpengaruh signifikan terhadap niat beli konsumen. Citra Merek Niat Beli (Wang dan Tsai, 2014, 31)

27 a. Citra merek berpengaruh terhadap niat beli Dalam Wang dan Tsai (2014) menurut Dodds, et al (1991) citra merek merupakan hal penting ketika konsumen akan memutuskan untuk membeli sebuah produk. Citra merek positif akan mempengaruhi konsumen untuk memiliki niat beli yang tinggi. Berdasarkan teori diatas diketahui bahwa persepsi kualitas dan persepsi harga dapat berpengaruh secara langsung terhadap niat beli. Variabel persepsi nilai juga secara langsung berpengaruh terhadap niat beli. Sehingga dalam paradigma penelitian ini variabel persepsi nilai, persepsi kualitas, persepsi harga dan citra merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap niat beli tanpa melewati variabel mediasi Berikut merupakan paradigma dalam penelitian ini: Persepsi Kualitas (X2) Persepsi Harga (X3) Persepsi Nilai (X1) Niat Beli (Y1) Citra Merek (X4) Gambar 2.7 Paradigma Penelitian (Wu dan Chen, 2014, 87 dan Wang dan Tsai, 2014, 31)

28 2.8. Variabel Penelitian 2.8.1. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel bebas yang mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel independen yaitu persepsi nilai sebagai X1, persepsi kualitas sebagai X2, persepsi harga sebagai X3 dan citra merek sebagai X4. a. Persepsi Nilai Zeithaml (1988) dalam Kumari (2012) persepsi nilai didefinisikan sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap produk atau layanan utilitas, berdasarkan berbagai macam manfaat dan pengorbanan. Sweeney dan Soutar (2001) dalam Wu dan Chen (2014) indikator untuk mengukur persepsi nilai adalah emosional (perasaan), sosial, kualitas dan harga. b. Persepsi Kualitas Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Tsiotsou (2006) persepsi kualitas berarti mengevaluasi persepsi konsumen terhadap kualitas produk. Petrick (2002) indikator untuk mengukur kualitas yang dirasakan dari produk adalah konsistensi, reliabilitas, kehandalan, dan keunggulan.

29 c. Persepsi Harga Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Zeithmal (1988) persepsi harga merupakan perasaan dalam diri konsumen bahwa konsumen memiliki pengetahuan mengenai harga produk. Petrick (2002) indikator untuk mengukur persepsi harga konsumen adalah pembelian yang sangat baik, nilai yang setara, di atas nilai, harga yang wajar, ekonomi dan perdagangan yang baik. d. Citra Merek Keller (2008) dalam Dmour (2013) citra merek adalah persepsi konsumen tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek yang diadakan dalam pikiran konsumen.indikator untuk mengukur citra merek adalah logo produk, nilai sosial, kepercayaan konsumen dan kefamiliaritas responden terhadap produk. 2.8.2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel yang dipengaruhi adalah variabel niat beli sebagai Y1. Dalam Wu dan Chen (2014) menurut Grewal, et al (1998) niat beli merupakan reaksi emosional yang dihasilkan dari evaluasi keseluruhan konsumen terhadap suatu produk dan juga menunjukkan kemungkinan bahwa konsumen ingin membeli produk. Grewal, et al (1991) indikator untuk

30 mengukur niat beli konsumen adalah kemungkinan pembelian, harga pembelian, probabilitas pembelian dan niat beli. 2.9. Studi Penelitian Terdahulu Berikut merupakan ringkasan dari penelitian terdahulu berkaitan dengan persepsi nilai, persepsi kualitas, persepsi harga dan citra merek terhadap niat beli. 2.9.1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wu dan Chen (2104) dengan judul The Impact of Green Marketing and Perceived Innovation on Purchase Intention for Green Products meneliti tentang variabel persepsi inovasi dimana dalam menilai inovasi suatu produk terkhususnya produk ramah lingkungan dibutuhkan persepsi nilai, persepsi kualitas dan persepsi harga untuk memprediksi niat beli dari konsumen. Penelitian ini mengambil objek lampu hemat energi yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 320. Hasil dari penelitian ini di dapati bahwa persepsi kualitas konsumen berpengaruh terhadap persepsi nilai atau nilai (manfaat) yang dirasakan konsumen dan meningkatkan niat beli dari konsumen. Persepsi harga juga secara signifikan berpengaruh negatif terhadap niat beli konsumen dimana pemasar seharusnya mempertimbangkan harga ketika menjual suatu produk ramah lingkungan. Dimana jika harga yang diberikan tinggi konsumen juga akan berpikir dua kali untuk membeli produk ramah

31 lingkungan yang memiliki harga yang sama dengan barang yang biasa konsumen beli. Persepsi nilai atau manfaat yang konsumen rasakan dari produk ramah lingkungan secara positif mempengaruhi niat beli. 2.9.2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wang dan Tsai (2014) dengan judul The Relationship Between Brand Image And Purchase Intention: Evidence From Award Winning Mutual Funds meneliti tentang variabel citra merek terhadap niat beli konsumen. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada beberapa investor yang tinggal di Taiwan dengan metode random sampling. Penelitian dilakukan pada 5 Oktober 2012 hingga 31 Desember 2012 dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 44.6% dan responden perempuan sebanyak 55.4%. Hasil yang di dapati dalam penelitian ini adalah citra merek dapat meningkatkan persepsi kualitas dan peningkatan persepsi kualitas mengakibatkan peningkatan nilai dan peningkatan persepsi nilai mengakibatkan peningkatatn niat beli konsumen.

32 2.10. Pengembangan Hipotesis 2.10.1. Pengaruh persepsi nilai terhadap niat beli Penelitian terdahulu dalam Wu dan Chen (2014) Fornell, et al (1996) menunjukkan bahwa konsumen dipengaruhi oleh persepsi nilai atau nilai yang dirasakan ketika mereka membeli produk. Zeithaml (1988) & Grewal, et al (1998) sehingga niat beli konsumen tergantung pada persepsi nilai mereka dari produk, yang menunjukkan hubungan positif antara nilai yang dirasakan dan niat beli. Kaufman (1998) menganggap bahwa persepsi nilai dapat digunakan untuk mengarahkan konsumen menemukan keinginan, permintaan, dan nilai tukar pelanggan untuk barang atau jasa ketika memutuskan apakah akan membeli produk atau tidak. Dumana & Mattilab (2005) mengatakan bahwa nilai yang dirasakan adalah persepsi subjektif konsumen. Hal tersebut relevan dengan respon dan konsumsi emosional pengalaman konsumsi dan pengaruh perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Dengan demikian menurut Bellizzi (1981) persepsi nilai yang tinggi menyebabkan niat beli konsumen yang tinggi. H1: persepsi nilai berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen.

33 2.10.2. Pengaruh persepsi kualitas terhadap niat beli Penelitian terdahulu dalam Wu dan Chen (2014) menurut Chaudhuri (2002) mengatakan bahwa persepsi kualitas menjadi faktor penting dalam kepuasan konsumen. Semakin tinggi persepsi kualitas konsumen maka semakin tinggi niat beli mereka. Petrick (2004) menemukan bahwa ketika kualitas yang dirasakan dari produk tinggi, nilai yang dirasakan akan tinggi, dan niat beli juga akan meningkat. Selanjutnya Tsiotsou (2006) membuktikan bahwa persepsi kualitas dan niat beli secara langsung berkorelasi positif, sehingga persepsi kualitas dapat digunakan dalam memprediksi niat beli. H2: persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen. 2.10.3. Pengaruh persepsi harga terhadap niat beli Penelitian terdahulu dalam Wu dan Chen (2014) menurut Tsai dan Lee (1999) berpendapat bahwa harga yang dirasakan menunjukkan sensitivitas konsumen terhadap variasi harga. Seseorang dengan persepsi harga yang lebih besar digambarkan kurang bersedia untuk membeli produk. Suter dan Hardesty (2005) menunjukkan bahwa persepsi harga konsumen berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian. Maxwell (2001) Babin, et al (2003) berpendapat bahwa ketika terjadi kenaikan harga produk, konsumen berpikir diperlakukan

34 secara tidak adil sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan niat. Berpengaruh secara negatif berarti jika variabel X mengalami kenaikan makan variabel Y akan belaku sebaliknya yaitu menjadi turun. H3: persepsi harga berpengaruh negatif terhadap niat beli konsumen. 2.10.4. Pengaruh citra merek terhadap niat beli Penelitian terdahulu dalam Wang dan Tsai (2014) menurut Dodds, et al (1991) & Monroe (1985) mengatakan bahwa citra merek merupakan isyarat penting selama proses pengambilan keputusan pembelian konsumen. Informasi merek yang menguntungkan akan berpengaruh secara positif terhadap persepsi kualitas, persepsi nilai, dan kemauan konsumen untuk membeli. Akaah (1988) Rao (1988) berpendapat bahwa konsumen lebih cenderung akan membeli produk dengan merek terkenal yang memiliki citra merek positif karena merek dengan citra yang lebih positif memiliki efek menurunkan risiko yang dirasakan konsumen. H4: citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen.