BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang.

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

Syarat Bangunan Gedung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN PENDIRIAN PUSKESMAS DAN PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PENDIRIAN PUSKESMAS

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 24 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB II TINJAUAN OBJEK

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Perizinan, penyelenggaraan, pelayanan kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat.

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN DAN PRASARANA RUMAH SAKIT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK (MASTER PLAN) RUMAH SAKIT

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI E

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LAPORAN KAJI BANDING TIM AKREDITASI PUSKESMAS CIBUGEL KE PUSKESMAS CIMALAKA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG B A N G U N A N

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku)

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA TERHADAP KUALITAS BANGUNAN PUSKESMAS DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas)

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 12

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta. 2. Kualitas bangunan puskesmas di Yogyakarta

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

BAB III : DATA DAN ANALISA

LAMPIRAN. A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, mengamanatkan bahwa : 1. Pasal 5 ayat (1), yaitu Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. 2. Pasal 5 ayat (2), yaitu Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. 3. Pasal 6 yaitu Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan 4. Pasal 14 ayat (1), yaitu Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. 5. Pasal 15, yaitu Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 6. Bagian kedua tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yaitu : pada pasal 30, dengan uraian sebagai berikut : Ayat (1), Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas : a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat. Ayat (2), Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pelayanan kesehatan tingkat pertama; b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Ayat (3), Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pihak Pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta. Ayat (4), Ketentuan persyaratan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam hal ini yang termasuk fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah Praktek Mandiri Perorangan, Klinik Pratama dan Puskesmas. Berdasarkan amanat Undang-undang No. 36 tersebut, maka Puskesmas harus direncanakan, dibangun dan dikembangkan dengan memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan. Sementara itu, berdasarkan hasil riset fasilitas kesehatan (rifaskes) 2011, Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, maka berikut hasilnya dibawah ini : 1. Kurang lebih dua pertiga dari puskesmas yang dianalisis oleh rifaskes 2011 (8.981 Puskesmas) tercatat sebagai Puskesmas wilayah perdesaan dan Puskesmas Nonperawatan. 1

2. 18,6% Puskesmas merupakan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar). 3. Sebagian besar Puskesmas masuk pada klasifikasi biasa (72,8%), selebihnya masuk pada klasifikasi sangat terpencil (9,8%), dan terpencil (17,4%). Disamping itu 6,5% dari Puskesmas tersebut terletak di kepulauan dan 1,0% di daerah perbatasan. 4. Umumnya lokasi Puskesmas berada di ibu kota Kecamatan dan dekat dengan permukiman penduduk (95,1%). Berdasarkan tahun dibangun dan berfungsi, dapat dikategorikan menjadi tiga: sebelum tahun 1976 (17,7%), antara tahun 1976 1999 (49,7%), tahun 2000 sampai sekarang (26,3%), dan 6,2% yang tidak bisa menjawab. 5. Analisis diskriptif juga menunjukkan bahwa hampir 93% bangunan Puskesmas merupakan bangunan permanen dan semi permanen dan 81% dari semua bangunan kondisinya baik atau rusak ringan. Sedangkan 12% fisik bangunan utama ditemukan dalam kondisi rusak sedang dan berat. 6. 43% Puskesmas mempunyai minimal 8 ruangan untuk pelayanan kesehatan esensial yaitu ruang untuk poliklinik umum, KIA/KB, poli gigi, farmasi, laboratorium, P2M/imunisasi, klinik konsultasi). Sedangkan kurang lebih 40% Puskesmas mempunyai minimal 4 ruangan untuk kegiatan esensial non-pelayanan kesehatan (ruang rapat, ruang tunggu, gudang dan toilet) 7. Secara nasional 71,7% puskesmas di Indonesia mempunyai sarana air bersih dan 44,5% Puskesmas yang mempunyai SPAL dengan saluran tertutup. Sejumlah 64,6% puskesmas telah melakukan pemisahan limbah medis dan non medis serta hanya 26.8% dari jumlah puskesmas yang memiliki alat incenerator. 8. Pada tingkat nasional 10,5 % puskesmas tidak mempunyai listrik selama 24 jam. hanya 25,6% Puskesmas yang memiliki alat kantor lengkap (alat baik dan berfungsinya komputer/mesin ketik, printer dan lemari/ filling cabinet). Sekitar 67% Puskesmas tidak memiliki minimum salah satu dari ketiga jenis alat komunikasi (telepon/hp Dinas/ Radio Komunikasi). Berdasarkan hasil riset fasilitas kesehatan (rifaskes) 2011 tersebut, gambaran kondisi puskesmas di Indonesia harus terus dilakukan peningkatan kualitas dari aspek bangunan dan prasarana, terutama untuk daerah-daerah yang memiliki keterbatasan dalam pengelolaan sumber daya akibat pengaruh kondisi geografis, iklim, budaya, dll. Peningkatan sarana atau bangunan puskesmas terkait dengan Undang-undang tentang bangunan gedung nomor 28 tahun 2002 menyebutkan bahwa bangunan gedung penting sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, maka perlu diperhatikan keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. ini di susun sebagai panduan teknis penyelenggaraan bangunan gedung pusat kesehatan masyarakat yang merupakan pengembangan dari Pedoman Tata Ruang Puskesmas tahun 2007 dan penyesuaian pengembangan konsep pelayanan pada puskesmas dikaitkan dengan persyaratan bangunan, persyaratan prasarana/utilitas bangunan puskesmas. Dalam pedoman ini akan disampaikan pula tata cara pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan bangunan dan prasarana puskesmas. 2

1.2 Tujuan Tujuan umum dari disusunnya pedoman ini adalah : Meningkatkan kualitas dan kapasitas penyelenggaraan pelayanan Puskesmas melalui perencanaan, pembangunan dan pengembangan bangunan dan prasarana puskesmas. Tujuan khusus dari disusunnya pedoman ini adalah : 1. Menjadi pedoman dalam perencanaan, pembangunan dan pengembangan bangunan dan prasarana puskesmas. 2. Meningkatnya pengetahuan tentang tata cara perencanaan, pembangunan dan pengembangan bangunan dan prasarana puskesmas. 1.3 Sasaran Sebagai acuan bagi pemerintah daerah, dinas kesehatan, pengguna puskesmas dan konsultan pembangunan puskesmas dalam perencanaan, pembangunan dan pengembangan bangunan dan prasarana puskesmas sehingga masing-masing pihak dapat mempunyai persepsi yang sama. Sasaran untuk masyarakat, bangunan puskesmas dapat dijadikan contoh atau model pembangunan hunian yang sehat dan aman. 1.4 Ruang Lingkup Persyaratan untuk pedoman teknis ini berlaku untuk puskesmas yang baru akan dibangun dan puskesmas yang telah ada (;eksisting). Persyaratan dalam pedoman teknis ini adalah persyaratan minimal. 1.5 Batasan Pengertian 1.5.1 Puskesmas Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, yang bertanggung-jawab menyelenggarakan sebagian tugas-tugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan di satu wilayah kerja yang menjadi tanggung-jawabnya. 1.5.2 Puskesmas Rawat Inap Peningkatan fungsi puskesmas menjadi puskesmas dengan fasilitas rawat inap. 1.5.3 Bangunan Puskesmas Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, yang digunakan untuk penyelenggaraan pusat kesehatan masyarakat. 3

1.5.4 Prasarana Benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu bangunan yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prasarana bangunan puskesmas meliputi : 1. Sistem Ventilasi 2. Sistem Kelistrikan 3. Sistem Pencahayaan 4. Sistem proteksi kebakaran 5. Sistem komunikasi 6. Gas Medik 7. Sistem Sistem pengendalian terhadap kebisingan 8. Sistem Sanitasi 9. Sistem Transportasi Vertikal 10. Aksesibilitas penyandang cacat 11. Ambulans 4

BAB II PERSYARATAN BANGUNAN 2.1. Persyaratan Administratif 2.1.1. Studi Kelayakaan Merupakan hasil analisis dan penjelasan kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian dan atau pengembangan suatu puskesmas, terkait dengan pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, yang baru akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada. Studi kelayakan dilakukan untuk mendapatkan proyeksi kebutuhan (needs) maupun permintaan (demand) serta menilai layak atau tidak layaknya puskesmas diadakan dan atau dikembangkan dilihat dari aspek-aspek lokasi dan lingkungan, sumber daya manusia, dan Regulasi Pemerintah. Ketentuan mengenai Studi Kelayakan mengikuti Peraturan/Standar/Pedoman yang berlaku. 2.1.2. Rencana Induk (Master Plan) dan Pengembangannya. Puskesmas harus menyusun master plan pengembangan kedepan. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan apabila ada rencana pengembangan bangunan sebagai upaya peningkatan kemampuan menyelenggarakan program-program yang bersifat spesifik lokal, sesuai kebutuhan masyarakat setempat, sehingga dalam pelaksanaan penataan bangunan dan rencana pengembangan pelayanan di waktu yang akan datang tetap memenuhi standar-standar pelayanan kesehatan secara bertahap dan berkesinambungan yang terencana. Review master plan dapat dilaksanakan setiap waktu. Ketentuan mengenai Rencana Induk (Master Plan) dan Pengembangannya mengikuti Peraturan/Standar/Pedoman yang berlaku. 2.1.3. Dokumen UKL/UPL Studi kelayakan dampak yang ditimbulkan oleh puskesmas terhadap lingkungan disekitarnya, hendaknya dibuat dalam bentuk implementasi Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), yang selanjutnya dilaporkan setiap 6 (enam) bulan (KepmenKLH/08/2006). 2.1.4. Ijin Mendirikan Bangunan Ijin Mendirikan Bangunan Puskesmas (IMB) merupakan salah satu persyaratan administratif yang harus dipenuhi. IMB dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. 2.1.5. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Sertifikat Laik Fungsi (SLF) merupakan salah satu persyaratan administratif yang harus dipenuhi. SLF dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. 5

2.1.6. Ijin Operasional Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, maka bertanggung-jawab melaksanakan sebagian tugas-tugas pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk menjamin mutu pelayanannya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota memberikan ijin operasional kepada puskesmas di wilayah kerjanya. 2.2. Persyaratan Lokasi 2.2.1. Geografis Bangunan Puskesmas tidak berada di lokasi area berbahaya, yaitu : a. Tidak di tepi lereng. b. Tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor. c. Tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi. d. Tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif e. Tidak di daerah rawan tsunami. f. Tidak di daerah rawan banjir. g. Tidak dalam zona topan. h. Tidak di daerah rawan badai, dll. 2.2.2. Aksesibilitas untuk jalur transportasi Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat dan tersedia infrastruktur transportasi umum dengan mudah. Tersedia pedestrian, jalur-jalur yang aksesibel untuk disabel. 2.2.3. Kontur Tanah Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain. 2.2.4. Fasilitas parkir. Perancangan dan perencanaan prasarana parkir cukup penting karena prasarana parkir kendaraan akan menyita banyak lahan. Kapasitas parkir harus memadai, menyesuaikan dengan kondisi lokasi, sosial dan ekonomi daerah setempat. 2.2.5. Tersedianya utilitas publik. Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan membutuhkan air bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. Pemerintah daerah harus mengupayakan utilitas tersebut selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya yang ada pada daerahnya. 2.2.6. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusus tempat untuk pengolahan sampah padat dan cair yang bersifat infeksius dan non infeksius. Pengelolaan kesehatan lingkungan di Puskesmas mengacu pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. 6

2.2.7. Kondisi lainnya Puskesmas tidak berada di bawah pengaruh Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). 2.3. Alur Kegiatan Puskesmas 2.3.1 Alur Kegiatan Puskesmas Semua puskesmas harus memiliki kemampuan persalinan normal. Puskesmas minimal memiliki ruang perawatan paska persalinan 2 tempat tidur (; one day care). Dalam alur kegiatan pelayanan akan menggambarkan hubungan antar ruang di dalam bangunan Puskesmas, berikut alur kegiatan puskesmas ditunjukkan pada gambar dibawah ini : Ruang Gawat Darurat Ruang Pengobatan Umum Pasien Ruang Kesehatan Ibu & KB Ruang Rawat Inap Paska Persalinan Ruang Pendaftaran & Rekam Medik Ruang Tunggu Ruang Anak & Vaksinasi Ruang Gigi & Mulut Ruang Promosi Kesehatan R. Pelayanan Penyakit Menular Ruang Farmasi Laboratorium. P U L A N G Gambar 2.3.1 Alur Kegiatan Puskesmas 7

1. Pasien berobat jalan : - Pasien masuk puskesmas dengan melakukan pendaftaran/admisi di ruang pendaftaran dan rekam medik, selanjutnya apabila telah melakukan registrasi/ pendataan dan mendapatkan nomor antrian pelayanan, pasien dapat menunggu di ruang tunggu. - Selanjutnya pasien akan diberikan pelayanan medis pada ruang-ruang pelayanan tertentu sesuai dengan penyakit/ kondisi pasien. - Setelah pasien diberikan pelayanan medis dapat langsung pulang atau apabila harus didiagnosa lebih mendetail akan dikirim ke laboratorium. Sementara preskripsi/resep obat diserahkan ke ruang farmasi. 2. Pasien gawat darurat : - Pasien dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan pertolongan medis segera/ cito masuk melalui ruang gawat darurat. - Pasien dengan tingkat kegawatdaruratan ringan setelah diberikan pelayanan medis dapat langsung pulang. - Pasien dengan kondisi tingkat kegawatdaruratan diluar kemampuan puskesmas, akan dirujuk ke rumah sakit. - Pasien kebidanan yang akan melahirkan, diberikan pelayanan tindakan persalinan di ruang gawat darurat. Setelah persalinan dilakukan, pasien akan diobservasi di ruang rawat inap paska persalinan. Selanjutnya pasien boleh pulang jika petugas medik mengizinkan. 2.3.2. Alur Kegiatan Puskesmas dengan Fasilitas Rawat Inap Berikut alur kegiatan puskesmas Rawat Inap ditunjukkan pada gambar dibawah ini : Ruang Gawat Darurat Ruang Pengobatan Umum Ruang Tindakan Persalinan & Resusitasi Bayi Pasien Ruang Kesehatan Ibu & KB Ruang Farmasi Ruang Pendaftaran & Rekam Medik Ruang Tunggu Ruang Anak & Vaksinasi Ruang Gigi & Mulut Ruang Promosi Kesehatan R. Pelayanan Penyakit Menular Laboratorium Ruang Rawat Inap Paska Persalinan. Ruang Rawat Inap P U L A N G 8

1. Pasien berobat jalan : Gambar 2.3.2 Alur Kegiatan Puskesmas Rawat Inap - Pasien masuk puskesmas dengan melakukan pendaftaran/admisi di ruang pendaftaran dan rekam medik, selanjutnya apabila telah melakukan registrasi/ pendataan dan mendapatkan nomor antrian pelayanan, pasien dapat menunggu di ruang tunggu. - Selanjutnya pasien akan diberikan pelayanan medis pada ruang-ruang pelayanan tertentu sesuai dengan penyakit/ kondisi pasien. - Setelah pasien diberikan pelayanan medis dapat langsung pulang atau apabila harus didiagnosa lebih mendetail akan dikirim ke laboratorium. Sementara preskripsi/resep obat diserahkan ke ruang farmasi. - Apabila pasien harus dirawat inap akan dikirim ke ruang rawat inap. Dan Apabila harus dilakukan tindakan persalinan, akan dikirim ke ruang tindakan persalinan. Selanjutnya pasien boleh pulang jika petugas medik mengizinkan atau akan dirujuk ke rumah sakit. 2. Pasien gawat darurat : - Pasien dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan pertolongan medis segera/ cito masuk melalui ruang gawat darurat. - Pasien dengan tingkat kegawatdaruratan ringan setelah diberikan pelayanan medis dapat langsung pulang. - Pasien dengan kondisi harus diobservasi lebih lanjut akan dikirim ke ruang rawat inap, namun apabila tingkat kegawatdaruratan diluar kemampuan puskesmas, pasien akan dirujuk ke rumah sakit. - Pasien kebidanan yang akan melahirkan, akan dikirim ke ruang tindakan persalinan. 2.4. Arsitektur Bangunan 2.4.1. Tata Ruang/Bangunan 1. Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai fasilitas pelayanan kesehatan. 2. Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan/rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang bersangkutan. 3. Tata ruang puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah (KDB, KLB, GSB, KDH) - Ditetapkan nilai Kooefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal untuk puskesmas adalah 60% 9

- Ditetapkan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal untuk puskesmas adalah 1,8 - Ditetapkan nilai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal untuk puskesmas adalah 15%. - Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP) Ketentuan besarnya GSB dan GSP harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL atau peraturan daerah setempat. 2.4.2. Desain 1. Ruang Gawat Darurat terletak di bagian depan puskesmas. 2. Tata letak ruang-ruang fungsi kegiatan pelayanan pada bangunan puskesmas harus diatur dengan memperhatikan zonasi puskesmas sebagai bangunan fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu : a. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit. Tata letak ruang-ruang diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan zone infeksius dan non infeksius, misalkan seperti berikut di bawah ini : Pemisahan area klinik dan ruang tunggu pasien menular dengan klinik untuk Kebidanan, Anak dan lansia. Peletakan dan tata ruang laboratorium tidak memungkinkan terjadinya infeksi silang. Melokalisasi area pengambilan sputum pasien tuberkulose, dll. b. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan. area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar puskesmas, misalkan poliklinik, ruang konsultasi/penyuluhan/konsultasi gizi, gawat darurat, apotek, ruang pendaftaran. area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar puskesmas, umumnya merupakan area yang menerima beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, ruang rapat/diskusi. area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung puskesmas, misalnya seperti ruang persalinan dan resusitasi neonatus, ruang sterilisasi, ruang rawat inap, ruang laktasi. c. Zonasi berdasarkan pelayanan. Tata letak ruang-ruang diatur dengan memperhatikan kemudahan pencapaian antar ruang yang saling memiliki hubungan fungsi, misalkan seperti berikut di bawah ini : Letak pos perawat (nurse station) mudah untuk menjangkau ruang rawat pasien. Klinik kebidanan dan anak berdekatan dengan ruang persalinan. Ruang gawat darurat berdekatan dengan ruang tindakan. 10

Pengelompokan area berdasarkan pelayanan antara lain: klinik-klinik, pelayanan tindakan persalinan dan kebidanan, ruang-ruang petugas dan kepala puskesmas, dll. 3. Disarankan pada pelayanan rawat inap antara ibu dengan bayi dilakukan dengan sistem rawat gabung. 4. Penghawaan/ ventilasi yang nyaman untuk semua bagian bangunan merupakan faktor yang penting, khususnya untuk puskesmas yang tidak menggunakan alat pengkondisi udara. 5. Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan khusus dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus. 6. Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit-langit minimal 2,80 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila terdapat perbedaan ketinggian permukaan pijakan, maka dapat menggunakan ramp dengan kemiringannya tidak melebihi 7 0. 2.4.3. Program Ruang Program ruang puskesmas meliputi analisis kebutuhan ruang minimal berdasarkan pelayanan yang diselenggarakan. Program ruang pada Puskesmas adalah : No. Nama Ruangan Puskesmas Puskesmas Rawat Inap 1 Ruang Pendaftaran dan rekam medik + + 2 Ruang Gawat Darurat + + 3 Ruang Pengobatan Umum + + 4 Ruang Kesehatan Ibu dan KB + + 5 Ruang Anak & Vaksinasi + + 6 Ruang Gigi dan Mulut + + 7 Ruang Laktasi + + 8 9 10 Ruang Promosi Kesehatan (Konsultasi/ Konseling, Dietetik, dll) Ruang Pelayanan Penyakit Menular (antara lain: TB, Malaria, DBD, dan HIV/AIDS) Ruang Farmasi (Apotek dan Gudang Obat dan area Penyimpanan Vaksin) + + + + + + 11 Ruang Tunggu pada tiap-tiap Klinik + + 12 Gudang Umum + + 13 Ruang Rawat Inap - Ruang Rawat Inap Pasca Persalinan + + - Ruang Rawat Inap Anak - + - Ruang Rawat Inap Pria - + - Ruang Rawat Inap Wanita - + - Toilet pasien + + 11

Keterangan : 14 Ruang Jaga Perawat (Nurse Station) - + 15 Ruang Tindakan Persalinan dan Resusitasi Bayi (*) + 16 Laboratorium + + 17 Ruang Sterilisasi (**) + 18 Ruang Cuci Linen + + 19 Dapur/pantry (***) + 20 Ruang Rapat/diskusi + + 21 Toilet umum (disediakan juga toilet disabel) + + 22 Toilet Petugas + + 23 Ruang Administrasi Kantor + + 24 Ruang Kepala Puskesmas + + 25 Rumah Dinas Tenaga Kesehatan + + 26 Parkir kendaraan roda 2 dan 4 serta garasi untuk ambulan / pusling darat/ air + + (*) Pelayanan tindakan persalinan normal dan resusitasi bayi pada puskesmas non perawatan dapat dilakukan pada ruang gawat darurat, dengan menyediakan meja obsgyn untuk persalinan. (**) Kegiatan sterilisasi pada puskesmas non perawatan dapat dilakukan di ruang gawat darurat, dengan menyediakan tempat dan fasilitas untuk meletakkan dan mengoperasikan alat sterilisasi sederhana. (***) Dapur/pantry pada puskesmas non perawatan dapat hanya memiliki fungsi sebagai tempat penyajian makanan, jadi tidak diharuskan memiliki ruangan khusus untuk memasak. 2.5. Struktur Bangunan 1. Bangunan Puskesmas, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. 2. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa dan angin. 3. Dalam perencanaan struktur bangunan puskesmas terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan, baik bagian dari sub struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rancangan sesuai dengan zona gempanya. 4. Struktur bangunan puskesmas harus direncanakan secara daktail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan menyelamatkan diri. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku. 12

2.6. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material 2.6.1. Atap - Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting beliung, gempa, dll), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan vektor. - Material atap tidak korosif, tidak mudah terbakar. 2.6.2 Langit-langit 2.6.3 Dinding 2.6.4 Lantai - Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan, tanpa profil dan terlihat tanpa sambungan (;seamless) - Ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2.8 m. - Material dinding harus keras, rata, tidak berpori/tidak berserat, tidak menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar mudah dibersihkan. - Dinding toilet harus kedap air, dilapisi keramik setinggi 150 cm. - Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia, mudah dibersihkan, tidak berpori. - Material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, mudah dibersihkan, dan dengan sambungan seminimal mungkin. 2.6.5 Pintu dan Jendela 2.6.6 Toilet - Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm atau dapat dilalui brankar dan pintu-pintu yg bukan akses brankar memiliki lebar bukaan minimal 90 cm. - Pintu khusus untuk toilet di ruang perawatan dan pintu toilet aksesibel, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu minimal 90 cm. - Material pintu untuk toilet harus kedap air. - Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna. - Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh menggenangkan air buangan. - Pintu harus mudah dibuka dan ditutup. - Kunci-kunci toilet dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat - Disarankan disediakan minimal 1 toilet umum untuk disabel, dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol disabel pada bagian luarnya. - Pemilihan tipe kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan pengguna pada daerah setempat. - Pada toilet disabel disarankan dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang disabel lainnya. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda. 13

Gambar 2.6.6 - Ruang gerak dalam Toilet Disabel 14

BAB III PERSYARATAN PRASARANA BANGUNAN 3.1 Sistem ventilasi. Sistem ventilasi di puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) Bangunan Puskesmas harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik / buatan yang optimal apabila diperlukan. (b) Bangunan Puskesmas harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. Bukaan minimal 15% dari luas total lantai. (c) Ventilasi harus dapat mengatur pertukaran udara (;air change) sehingga ruangan tidak terasa panas, Tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding, atau langit-langit. (d) (e) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat. Ruang pelayanan penyakit menular, sistem ventilasi ruangan harus bertekanan negatif, dimana pembuangan udaranya menggunakan ventilasi mekanik, yang harus diarahkan ke luar ke tempat yang tidak membahayakan pasien, pengunjung maupun pekerja puskesmas. 3.2 Sistem Kelistrikan. Sistem kelistrikan dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu dan tidak merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta perancangan dan pelaksanaannya harus memenuhi PUIL/SNI.0225 edisi terakhir tentang persyaratan umum instalasi listrik. 3.2.1 Sumber Daya Listrik Sumber daya listrik dibagi 2 : (1) Sumber Daya Listrik Normal Sumber daya listrik normal bangunan puskesmas diusahakan untuk menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara atau lainnya. (2) Sumber Daya Listrik Darurat 3.2.2 Sistem Distribusi Sumber listrik siaga berupa Genset atau UPS. Sistem distribusi terdiri dari : 1) panel-panel listrik. 2) Instalasi pengkabelan. 3) Instalasi kotak kontak dan sakelar. 15

3.2.3 Sistem Pembumian Nilai pembumian (;grounding) bangunan tidak boleh kurang impedansinya dari 0.5 ohm. Nilai pembumian (;grounding) alat kesehatan tidak boleh kurang impedansinya dari 0.1 ohm. 3.2.4 Proteksi Petir Suatu instalasi proteksi petir dapat melindungi semua bagian dari bangunan puskesmas, termasuk manusia yang ada di dalamnya, dan instalasi serta peralatan lainnya terhadap bahaya sambaran petir. 3.3 Sistem pencahayaan. (a) Bangunan Puskesmas harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan. (b) Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan. Tabel-3.3. Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan. Ruang administrasi Fungsi ruangan Tingkat pencahayaan min. (lux) 200 Laboratorium, Ruang Tindakan, Ruang Gawat Darurat 300 Ruang pantry/dapur, Koridor 100 3.4 Sistem proteksi kebakaran. Puskesmas menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis ABC untuk ruangan-ruangan dan CO 2 untuk ruangan genset. 3.5 Sistem Komunikasi Komunikasi telepon diperlukan untuk hubungan/ komunikasi keluar puskesmas. 3.6 Gas Medik Gas medis yang digunakan di puskesmas adalah Oksigen (O2) dan Vakum Medik. Sistem gas medik harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya. Persyaratan Teknis : 16

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) Pengelolaan, penggunaan dan penyimpanan gas medis harus sesuai ketentuan berlaku. Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat, diuji, dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak berwenang. Isi Tabung/silinder harus diidentifikasi dengan suatu label/cetakan yang ditempelkan yang menyebutkan isi/pemberian warna pada Tabung/silinder sesuai ketentuan yang berlaku. Sebelum digunakan harus dipastikan isi Tabung/silinder dengan memperhatikan warna tabung, keterangan isi Tabung/silinder yg diemboss pada badan tabung, label. Label tidak boleh dirusak, diubah atau dilepas, dan fiting penyambung tidak boleh dimodifikasi. Larangan penggunaan Tabung/silinder tanpa warna & penandaan yang disyaratkan. Hanya Tabung/silinder gas medik dan perlengkapannya yang boleh disimpan dalam ruangan penyimpanan gas medik. Larangan menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan dengan ruang penyimpanan gas medik. Tabung/silinder Oksigen pada saat digunakan dan dipasang di samping tempat tidur pasien, harus menggunakan troli dan pengaman Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila Tabung/silinder sedang tidak digunakan. Apabila diperlukan, disediakan ruangan khusus penyimpanan silinder gas medik. Tabung/silinder dipasang/diikat erat dengan pengaman/rantai. 3.7. Sistem Sanitasi. Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan. (a) Sistem air bersih. (1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusi pada lokasinya. (2) Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 17

(3) Sistem penyediaan air bersih Sistem sambungan langsung pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air. Sistem tangki atap/ tanki grafitasi Jika sistem sambungan langsung tidak dapat diterapkan karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini didistribusikan ke seluruh bangunan. (b) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah. (1) Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan. (2) Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan saluran minimal 1%. (3) Di dalam sistem penyaluran /pembuangan air kotor dan/atau air limbah dari ruang pantri/dapur disediakan perangkap lemak untuk memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak. (4) Air limbah yang berasal dari laboratorium sebelum dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah harus diencerkan terlebih dahulu dengan rasio perbandingan air bersih dan air limbah adalah 10 : 1. (c) Sistem pembuangan kotoran dan sampah medis dan non medis. (1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah medis dan non medis harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya. (2) Pertimbangan fasilitas penampungan yang terpisah dengan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah medis non medis, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah. (3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah medis dan medis diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya serta tidak mengundang datangnya vektor / binatang penyebar penyakit. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengolahan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 18

3.8 Sistem Pengendalian Terhadap Kebisingan (1) Intensitas kebisingan equivalent (Leq) di luar bangunan puskesmas tidak lebih dari 55 dba, dan di dalam bangunan puskesmas tidak lebih dari 45 dba. (2) Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber. (3) Sumber suara genset dikendalikan dengan memasang peredam dan membuat sekat yang memadai dan sumber suara dari lalu lintas dikurangi dengan cara penanaman pohon dan membuat gundukan tanah yang memadai. 3.9 Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas. Setiap bangunan puskesmas yang bertingkat harus menyediakan sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan puskesmas tersebut berupa tersedianya tangga dan ram. 3.9.1 Tangga. (1) Umum. Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai. (2) Persyaratan tangga (1) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 17 cm, lebar masingmasing pijakan adalah 28 30 cm. (2) Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya bencana. (3) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga. (4) Harus dilengkapi dengan rel pegangan tangan (handrail). (5) Rel pegangan tangan harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm ~ 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang. (6) Rel pegangan tangan harus ditambah panjangnya pada bagian ujungujungnya (puncak dan bagian bawah) sepanjang 30 cm. (7) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya. 19

3.9.2 Ram. (1) Umum Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. (2) Persyaratan Ram. (a) Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7 0, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ram (curb ramps/landing). (b) (c) (d) Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 7 0 ) tidak boleh lebih dari 9 m. Lebar minimum dari ram adalah 120 cm dengan tepi pengaman. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran minimum 180 cm. 3.10 Aksesibilitas Disabel dan Lansia. (1) Umum. Setiap bangunan Puskesmas, harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi difabel dan lanjut usia masuk dan keluar ke dan dari bangunan Puskesmas serta beraktivitas dalam bangunan Puskesmas secara mudah, aman, nyaman dan mandiri. (2) Persyaratan Teknis. (a) (b) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum, jalur pemandu, rambu dan marka, tangga, pintu, ram bagi disabel dan lanjut usia. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas, dan ketinggian bangunan Puskesmas. 3.11 Pusling dan Ambulans Ketentuan mengenai ambulans, kendaraan puskesmas keliling mengikuti peraturan/ standar/pedoman teknis yang berlaku. 20

BAB IV PENILAIAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN DAN PRASARANA PUSKESMAS Penilaian persyaratan teknis bangunan dan prasarana puskesmas terinci pada halaman berikutnya, dengan model kerangka kuesioner sebagai berikut : I. DATA AWAL II. I.1. I.2. I.3. I.4. DATA RINCI II.1. II.2. DATA UMUM PERSYARATAN ADMINISTRATIF DATA LUAS BANGUNAN PUSKESMAS KETERANGAN PENGUMPUL DATA DATA BANGUNAN DATA PRASARANA 21

KEMENTERIAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN KUESIONER PENILAIAN BANGUNAN DAN PRASARANA PUSKESMAS Pengisian Kuesioner Harus Ditulis Dengan Huruf Kapital/Besar dan Beri Tanda Checker ( ) bila diperlukan. I. DATA AWAL I.1. DATA UMUM Nama Puskesmas Alamat Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Jenis Puskesmas Non Perawatan Perawatan Nomor telepon Puskesmas/HP Nomor Fax Puskesmas Alamat e-mail / website Puskemas Jumlah TT (Bila Puskesmas Perawatan) TT Mampu PONED Program-program pelayanan yang bersifat spesifik lokal : 1... 2. 3. 22

I.2 PERSYARATAN ADMINISTRATIF Study Kelayakan / Feasibility Study 1. Ada, Tahun.. 2. Tidak Ada 3. Sedang dalam proses Master Plan 1. Ada, Tahun.. 2.Tidak Ada 3. Sedang dalam proses UKL/ UPL 1. Ada, Tahun.. 2. Tidak Ada 3. Sedang dalam proses Ijin Mendirikan Bangunan 1. Ada, Tahun.. 2. Tidak Ada 3. Sedang dalam proses Sertifikat Laik Fungsi (SLF) 1. Ada, Tahun.. 2. Tidak Ada 3. Sedang dalam proses Ijin Operasional 1. Ada, Tahun.. 2.Tidak Ada 3. Sedang dalam proses I.3 DATA LUAS BANGUNAN PUSKESMAS Luas Tanah... m 2 Luas Lantai Dasar... m 2 Luas Total Lantai... m 2 Ketinggian Bangunan... Lantai I.4 KETERANGAN PENGUMPUL DATA 1. Tanggal kunjungan: tanggal/bulan/tahun 2. Nama Pengumpul Data - - s/d - - 3. Nomor HP/ e-mail 4 Tanda tangan Pengumpul Data 23

I. DATA RINCI Beri Tanda Checker ( ) II.1. DATA BANGUNAN NO JENIS DATA URAIAN KETERANGAN 1. Lokasi Secara geografis tidak berada pada lokasi area berbahaya. (Ket : tepi lereng; dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor; dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi; di atas/dekat dengan jalur patahan aktif; rawan tsunami; rawan banjir; berada dalam zona topan; rawan badai, dll) Lokasi tidak berada di bekas pembuangan akhir sampah, dan bekas pertambangan di bawah sutet Aksesibilitas untuk jalur transportasi (mudah dijangkau transportasi umum) Kontur tanah rata Fasilitas parkir memadai Tersedia Utilitas publik/ Jaringan kota (Air bersih, saluran pembuangan air kota, listrik, telepon. Memiliki Pagar Pembatas 2. Tata Ruang Kooefisien Dasar Bangunan (KDB) < 60% Koefisien Lantai Bangunan (KLB) < 1,8 Koefisien Daerah Hijau (KDH) > 15% Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP) sesuai ketentuan RTBL /peraturan daerah setempat 3. Desain Ruang Gawat Darurat terletak di bagian depan puskesmas. Akses masuk ke ruang gawat darurat berbeda dengan akses utama. Pengelompokan ruang-ruang diatur/disusun berdasarkan kedekatan fungsi pelayanan. Pemisahan area klinik dan ruang tunggu pasien menular dengan tidak menular. Peletakan dan tata ruang laboratorium tidak memungkinkan terjadinya infeksi silang Melokalisasi area pengambilan specimen dahak pasien tuberkulose. Lebar koridor/ selasar +2,40 m Tidak Tahu 24

4. Program Ruang Kelengkapan Ruangan : Ruang Pendaftaran dan rekam medik Ruang Gawat Darurat Ruang Pengobatan Umum Ruang Kesehatan Ibu dan KB Ruang Anak & Vaksinasi Ruang Gigi dan Mulut Ruang Laktasi Ruang Konsultasi/Konseling Ruang TB/AIDS dan HIV/Malaria Ruang Farmasi (Apotek dan Gudang Obat dan area Penyimpanan Vaksin) Ruang Tunggu pada tiap-tiap Ruang Pelayanan Gudang Umum Ruang Rawat Inap - Ruang Rawat Inap Pasca Persalinan - Ruang Rawat Inap Anak - Ruang Rawat Inap Pria - Ruang Rawat Inap Wanita - Toilet pasien Ruang Jaga Perawat (Nurse Station) Ruang Tindakan Persalinan dan Resusitasi Neonatus Laboratorium Ruang Sterilisasi Ruang Cuci Linen/laundri Dapur/pantri Toilet Pengunjung (disediakan juga toilet penyandang cacat) Toilet Petugas Ruang Administrasi Ruang Rapat/Diskusi Ruang Kepala Puskesmas Rumah Dinas Tenaga Kesehatan Parkir kendaraan roda 2 dan 4 serta garasi untuk ambulan / pusling darat/ air 25

5. Komponen Bangunan 6. Kondisi Struktur Bangunan Atap tidak bocor Langit-langit/plafon kondisinya baik (tidak rontok/ tidak lapuk) Tinggi langit-langit/plafon min. 2,80 m Dinding bersih, tidak berpori Lantai kondisinya baik (bersih, tidak pecahpecah, tidak licin) Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat min. 120 cm atau dapat dilalui brankar Lebar bukaan pintu-pintu yg bukan akses brankar min. 90 cm Pintu toilet membuka keluar. Pintu toilet ruang rawat inap aksesibel untuk penyandang cacat (lebar pintu min. 90 cm) Lantai toilet tidak licin dan tidak ada genangan air buangan. Terdapat toilet aksesibel diantara toilet umum yang dilengkapi tanda penyandang cacat pada bagian luarnya. Kondisi struktur bangunan baik (tidak ada kerusakan) Kondisi bangunan mengalami kerusakan non struktur. Ket. Indikasi : a. Retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plesteran. b. Serpihan plesteran berjatuhan c. Mencakup luas yang terbatas. Kondisi bangunan mengalami kerusakan struktur tingkat ringan. Ket. Indikasi : a. Retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding. b. Plester berjatuhan. c. Mencakup luas yang besar. d. Kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong, lisplang, dsb. e. Kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang. f. Laik fungsi/ huni Kondisi bangunan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang. Ket. Indikasi : a. Retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding; b. Retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding pemikul beban, kolom; cerobong miring; dan runtuh; c. Kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian; d. Laik fungsi/huni. 26

Kondisi bangunan mengalami kerusakan struktur tingkat berat. Ket. Indikasi : a. Dinding pemikul beban terbelah dan runtuh; b. Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat; c. Kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan; d. Tidak laik fungsi/huni Kondisi bangunan mengalami kerusakan total. Ket. Indikasi : a. Bangunan roboh seluruhnya ( > 65%) b. Sebagian besar komponen utama struktur rusak c. Tidak laik fungsi/ huni II.2. DATA PRASARANA NO JENIS DATA URAIAN KETERANGAN 1. Ambulans Jumlah total ambulan :... unit Jumlah yang berfungsi :. unit Jumlah yang berusia 10 th :. unit 2. Sistem Kelistrikan Terdapat sumber listrik utama Daya listrik mencukupi Apakah tersedia listrik 24 jam Dilengkapi dengan sumber listrik pengganti (cth. Genset,UPS,Solar Cell,dll) ya Tidak ya Tidak ya Tidak 3. Sistem Penangkal Petir Terdapat sistem penangkal petir Pernah dilakukan pengukuran oleh inst.terkait 4. Sistem Ventilasi Ada pertukaran udara dengan baik di Rawat Inap Ada pertukaran udara dengan baik di Laboratorium Ada pertukaran udara dengan baik di Poliklinik Ada pertukaran udara dengan baik di Ruang Tunggu pada ruang-ruang pelayanan 6. Sistem Gas Medis Terdapat sumber gas medis (oksigen dan vacum) Gas medis mencukupi kebutuhan Gas medis tersedia 24 jam 7. Sistem Pencahayaan Pencahayaan alami di siang hari baik Pencahayaan lampu di malam hari cukup 27

8. Sistem Komunikasi Tersedia sistem komunikasi melalui telepon,hp, dll 9. Sistem Sanitasi Sumber Air bersih a. Tersedia air bersih dalam jumlah cukup b. Kualitas air bersih memenuhi persyaratan c. Tersedia air bersih 24 jam Pengelolaan Limbah Cair a. Memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah yang tertutup,kedap air dan tahan pecah b. Memiliki Instalasi pengolahan air limbah c. Kualitas air hasil olahan IPAL memenuhi baku mutu Penanganan Limbah Padat a. Terdapat tempat sampah pada tiap-tiap ruangan pelayanan b. Adanya pemisahan sampah medis dan non medis pada setiap ruangan pelayanan c. Penanganan sampah medis mengikuti ketetuan yang berlaku Kualitas Sistem Sanitasi a. Kondisi peralatan sanitasi (washtafel, kloset, dll) baik/ bersih b. Keran-keran air bersih berfungsi c. Saluran air kotor berfungsi 10. Tangga Tidak Licin Tidak Curam Dilengkapi pegangan tangan (hand guard) 11. Ramp Tidak Licin Tidak Curam (kemiringan < 7 0 ) Dilengkapi pegangan tangan (hand guard) 12. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 13. Lain-lain Kebersihan a. Kondisi ruang-ruang terawat, bersih b. Kondisi ruang luar/taman terawat. Mengetahui Kepala Puskesmas ( ) 28

BAB VI PENUTUP (1) Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola puskesmas, perencana bangunan puskesmas, penyedia jasa konstruksi, dan instansi yang terkait dengan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan fasilitas pelayanan kesehatan dalam mendesain atau mengembangkan puskesmas sesuai dengan ketentuan. (2) Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian pedoman teknis bangunan puskesmas oleh masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah. (3) Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait dan pedoman-pedoman teknis lainnya. 29

LAMPIRAN GAMBAR No. Nama Ruangan Gambar 1 Ruang Pendaftaran dan Rekam Medik 2 Ruang Gawat Darurat 30

3 Ruang Pengobatan Umum Klinik Kesehatan Ibu & KB 4 Ruang Kesehatan Ibu dan KB 31

5 Ruang Anak & Vaksinasi 6 Ruang Gigi dan Mulut 7 Ruang Laktasi 32

8 Ruang Promosi Kesehatan (Konsultasi/ Konseling, Dietetik, dll) 9 Ruang Farmasi (Apotek dan Gudang Obat dan area Penyimpanan Vaksin) 33

Ruang Rawat Inap 10 - Ruang Perawatan Pasca Persalinan - Ruang Perawatan Anak - Ruang Perawatan Pria - Ruang Perawatan Wanita - Ruang Perawatan Isolasi - Toilet pasien 34

11 Pos Perawat (; Nurse Station) 12 Laboratorium 13 Ruang Sterilisasi 14 Dapur/pantri 35

Contoh Model Layout Puskesmas 36

Contoh Model Layout Puskesmas Perawatan 37