dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. jazz, blues, rock, dan lain sebagainya. Diantara sekian banyak aliran musik

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara major label atau indie label. Di Indonesia sendiri musik indie menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kebudayaan dari berbagai macam belahan dunia, musik yang ada di masyarakat seperti musik Pop, Rock, Jazz bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi seorang wirausaha yang sukses dibutuhkan motivasi yang. yang kuat menjadi pendorong mereka menjadi wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

II. METODE PERANCANGAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB V PENUTUP. mungkin kita kenal adalah salah satunya berupa biodata yang berisi tentang nama,

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah. cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Solonesia Record Store

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketiganya merupakan tahap-tahap dari perkembangan media komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMESTER I-2007/2008 STUDIO PERANCANGAN AKHIR A. A. Putra Munchana / BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang kekuatan fashion yang memang bagi sebagian orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH MUSIK KERONCONG. Antonius Natali P

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini perkembangan teknologi sangat berkembang pesat

TUGAS MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS LINGKUNGAN BISNIS PADA PERUSAHAAN LAPTOP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

DKV 5 BUKU KONSEP BAJU MENGEMUDI DENGAN ETIKA SELAMATKAN NYAWA ALBERT JESSE

BAB 1 PENDAHULUAN. Gitar merupakan alat musik berdawai yang banyak digemari masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terlihat dari data AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri telah berkembang secara pesat seiring dengan perkembangan


BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berimpitan, lokasi penduduk padat, dan sarana-prasarana memadai serta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Dapat dilihat dari pagelaran-pagelaran fashion yang kini mulai ramai. memahami bahasa atau istilah yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. a. Pesan visual dalam perancangan buku foto esai ini menggunakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum dan sederhana, masyarakat mengenal dua bentuk karakteristik wilayah, yaitu Desa dan Kota. Desa dianggap sebagai suatu wilayah agraris dengan peri-kehidupan yang cenderung tradisional, dan pengaruh kebudayaan yang cenderung kental. Kota, sebaliknya dianggap sebagai wilayah yang non-agraris dengan peri-kehidupan yang serba modern, dan pengaruh kebudayaan yang sudah tidak begitu lekat dengan masyarakat yang hidup di dalamnya. Bandung, sebagai suatu kota juga mengalami proses urbanisasi. Secara historis, proses urbanisasi wilayah Bandung sudah dimulai sejak pertama kali berdiri, yakni pada abad ke-14 (1488) sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran. Kota Bandung juga mengalami fase-fase mulai dari Geemente (kotamadya), Staadsgemeente (daerah otonom), dan Haminte (kota). Bandung sejak dahulu selalu menjadi daerah pemusatan kegiatan. Urban Culture dan Perubahan Sosial Dinamika perkembangan industri musik, termasuk perkembangan fashion anak muda di Bandung selalu menemui banyak pembaharuan. Sebagai contoh di Kota Bandung keberadaan berbagai distro, studio musik, keberadaan geng motor tua, komunitas sepeda, mods (komunitas vespa), musik elektronik, penggemar musik hip-hop, break dance, hardcore, grindcore, skinhead, sampai dengan komunitas penggemar musik punk yang tersebar di beberapa tempat di sekitar pojokan kota, merupakan hasil dari urban culture. Beberapa

hal detail yang kemudian bermuara pada beragam kecendrungan akan gaya hidup, perilaku, dan berbagai aliran pemikiran. Subkultur remaja dapat di identifikasikan dari sistem simboliknya, yaitu fashion, musik, bahasa, dan penggunaan waktu luang. Subkultur- subkultur ini dikembangkan atas dasar kegemaran pada hal yang sama, seperti otomotif, musik, dan fashion. Fashion saat ini bukan lagi hanya sekedar trend. Fashion dapat juga dilihat sebagai bentuk ekpresi kemandirian politik yang mampu mengakomodasi berbagai aspirasi personal yang mereka miliki. Untuk itu, dalam konteks perbincangan mengenai perkembangan kelompok subkultur di kota Bandung, sebetulnya fashion juga dapat dilihat sebagai instrumen yang mampu menjelaskan berbagai pandangan dan perbedaan yang menyertai keberadaan subkultur-subkultur ini. Dari sekian banyaknya subkultur-subkultur anak muda di kota Bandung, subkultur Mod merupakan salah satu subkultur hasil dari urban culture yang sedang berkembang saat ini. Skuter Itali sedang naik daun lagi seiring dengan trend vintage-retro yang mewabah baik di dunia fashion, juga dunia musik, dan otomotif. Di Indonesia, fenomena kelompok Mod cukup banyak dijumpai, khususnya di beberapa kota besar. Subkultur Mod merupakan subkultur paling tua, hadir di dunia sebelum adanya era flower generation, skinhead, dan punk rock. Merupakan cikal bakal dari subkultur skinhead, rude boys dan trads. Mod adalah satu fenomena sosial yang kompleks yang terjadi di Inggris pada tahun 1960-an (dimulai akhir tahun 1950-an tepatnya pada tahun 1958) di kota London. Dimana para pemuda di London yang saat itu berada pada kondisi ekonomi yang kurang baik, tetapi mereka tetap ingin mempertahankan kesempurnaan dari gaya personal mereka. Mereka terobsesi dengan American rhythm and blues dan Italian motor scooters. Puncak kejayaan era Mod ini terjadi dari tahun 1962 sampai akhir tahun 1970-an dan menyebar luas ke seluruh dunia.

Namun Kekurangan yang datang dari pihak lain, masyarakat tidak mengetahui mengenai subkultur Mod ini. Masyarakat juga masih kurang mengenal/mengetahui mengenai subkultur-subkultur yang dihasilkan dari urban culture sehingga timbul prasangka negatif. Kurang turun tangannya pemerintah untuk menjadikan urban culture sebagai kajian studi, kurikulum yang belum merujuk pada urban culture sebagai kajian alternatif. Dan, belum adanya media pengarsipan yang layak dari komunitas/ pelaku urban culture. Kajian mengenai subkultur- subkultur remaja di perkotaan merupakan sesuatu yang penting untuk dikaji, mengingat mereka dianggap sebagai agen perubahan, penerus bangsa yang mempunyai peranan penting dan berpengaruh besar dalam perkembangan industri kreatif yang mampu memberi kontribusi bagi perekonomian kota Bandung sebagai kota kreatif dalam percaturan ekonomi kreatif dunia. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, diperlukannya upaya pengarsipan/ pendokumentasian terhadap urban culture yang hadir di kota Bandung, khususnya subkultur Mod. Yaitu melalui, perancangan media informasi yang berguna sebagai penyampaian informasi dan pembelajaran mengenai subkultur Mod.

1.2. Identifikasi Masalah - Sedikitnya infomasi dan pengetahuan mengenai subkultur Mod. - Belum adanya media informasi mengenai subkultur Mod di Indonesia, khususnya di kota Bandung. - Belum adanya media pendokumentasian. - Belum adanya media pengarsipan yang layak dari komunitas/ pelaku subkultur. 1.3. Rumusan Masalah Bagaimana merancang media informasi mengenai fashion subkultur Mod?, khususnya fashion skuter untuk kalangan/ anggota di komunitas. 1.4. Batasan Masalah Masalah dibatasi pada perancangan media informasi mengenai fashion subkultur Mod di kota Bandung, dengan target audience sebagai berikut: - Sex: Laki-laki. - Usia: 20 s/d 30 tahun. - Psikografis: Modern, pelaku komunitas (british pop, skinhead dan mod). - Demografis: kota Bandung. - Strata sosial: menengah atas. 1.5. Tujuan Perancangan Tujuan perancangan yaitu sebagai; - Penyampaian informasi mengenai subkultur Mod, khususnya fashion dari subkultur Mod. - Merangsang anggota/pelaku subkultur Mod untuk lebih kreatif, khususnya dalam berpakaian.

1.6. Manfaat Perancangan 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Bertujuan untuk memperkaya Ilmu dalam dunia Desain Komunikasi Visual pada umumnya dengan gaya dan bentuk desain media informasi. 2. Bagi Pihak Terkait Diharapkan dengan perancangan ini dapat menjadi arsip mengenai budaya perkotaan (urban culture), khususnya bagi subkultur mod. 3. Bagi Masyarakat Bertujuan sebagai alternatif dalam penyampaian informasi dan pembelajaran mengenai budaya perkotaan (urban culture), khususnya bagi subkultur mod. 1.7. Metode Perancangan 1.) Studi Kepustakaan, dengan mempelajari data-data yang dikumpulkan dari buku-buku referensi dan media cetak yang berkaitan langsung dengan objek perancangan. 2.) Observasi lapangan. 3.) Wawancara dengan pihak-pihak terkait. 4.) Internet.