BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bovidae didomestikasi dari leluhurnya yang masih liar yaitu Bos javamicus/bibos banteng atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didomestikasi dari leluhurnya yang masih liar yaitu Bos javanicus/bibos banteng

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Banteng (bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Payne dan Rollinson (1973)

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

disusun oleh: Willyan Djaja

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Sapi Brahman Cross (BX)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Pedet Sapi Friesian Holstein Perkembangan Saluran Pencernaan dan Penyapihan Pedet

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Ternak Sapi Potong. Menurut Susiloriniet al., (2008) Sapi termasuk dalam genus Bos, berkaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ternak sapi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos indicus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen. Pembibitan sapi perah dimaksudkan untuk meningkatkan populasi

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Bangsa Sapi

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Pada Induk Sapi Bali Terhadap Ukuran Dimensi Panjang Pedet

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Ternak sapi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos indicus (zebu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karateristik Sapi Bali Bangsa (breed)) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, ternak-ternak tersebut dapat dibedakan dengan ternak lainnya meskipun masih dalam jenis hewan (species) yang sama. Karakteristik yang dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade (1992), Romans et al. (1994) sapi bali mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class Ordo Sub ordo Infra ordo Famili Genus Group : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Theria : Eutheria : Artiodactyla : Ruminantia : Pecora : Bovidae : Bos (cattle) : Taurinae 1

Spesies : Bos sondaicus (banteng/sapi Bali) Sapi bali sangat mudah dikenali dari fenotif warna yang dimiliki, adanya tanduk pada jantan dan betina dengan bentuk yang spesifik, ketahanan terhadap cuaca panas (heat tolerance) yang tinggi, mampu beradaptasi pada situasi pakan yang kurang baik atau kualitas yang rendah (Pusat Kajian Sapi Bali, 2012). Sapi bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemampuan tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi bali. Populasi sapi bali yang meningkat akan membantu mensukseskan program pemerintah untuk swasembada daging tahun 2015 (Ni am et al, 2012). Sapi bali mempunyai ciri-ciri fisik yang seragam, dan hanya mengalami perubahan kecil dibandingkan dengan leluhur liarnya (Banteng). Warna sapi betina dan anak atau muda biasanya coklat muda dengan garis hitam tipis terdapat di sepanjang tengah punggung. Warna sapi jantan adalah coklat ketika muda tetapi kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 12-18 bulan sampai mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi akan tetap berwarna coklat. Pada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada bagian belakang paha (pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white stocking) sampai di atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir atas. (Hardjosubroto dan Astuti, 1993) 2.2 Karakteristik Indukan Sapi Bali Sapi betina berwarna merah bata, di daerah punggung terdapat garis belut berwarna hitam, dan warna hitam terdapat pula pada bagian ekor dan tanduk (Pusat Kajian Sapi Bali, 2012). Sapi bali adalah sapi terbaik di antara sapi-sapi lokal lainnya, karena kemampuan sapi bali beranak setiap tahun (Nuna, 2009). Sesudah seekor sapi betina mencapai estrus, maka untuk pertama 2

kalinya berahi dan memulai suatu siklus berahi yang berulang setiap 21 hari sekali apabila dalam kondisi tidak bunting (tidak dikawinkan) (Pusat Kajian Sapi Bali, 2012). Tanda sapi betina berahi pada umumnya adalah (1) menjelang berahi (pre-estrus) (nonstanding heat) : (a) mencium organ kelamin sapi betina lainnya, (b) berupaya menunggangi sapi betina yang ada disekitarnya namun menjauh atau menolak ketika ditunggangi, dan (c) vulva dalam keadaan basah. (2) saat berahi (estrus) (standing heat) : (a) diam ketika dinaiki pejantan atau sapi-sapi betina di sekitarnya, (b) melengkungkan punggung ketika punggung ditekan, (c) vulva memerah dan membengkak, (d) nafsu makan menurun, dan (e) keluarnya lendir (mukus) dari vagina (Pusat Kajian Sapi Bali, 2012). 2.3 Pedet Sapi Bali Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Pedet yang baru lahir membutuhkan perawatan khusus, ketelitian, kecermatan dan ketekunan dibandingkan dengan pemeliharaan sapi dewasa. Pada saat lahir lambung ruminansia terdiri atas abomasum, sehingga proses pencernaan mendekati hewan monogastrika. Pada pedet yang masih menyusu terdapat 3

sulcus esophagus, yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan susu dari cavum oris ke abomasum. Dengan demikian susu terbebas dari fermentasi di rumen. Seiring dengan pertambahan umur pedet, rumen berkembang pesat, sehingga hewan akan berubah dari monogastrika pada saat lahir menjadi poligastrika pada saat dewasa (Mukhtar, 2006). Kalau dilihat produksi susunya, susu sapi bali rendah antara 0,9-2,8 kg per hari yang memungkinkan pertumbuhan pedet lambat dan angka kematiannya tinggi terutama pada kelahiran musim kering (Soehaji, 1991). Untuk mengurangi tingginya angka kematian pedet sebelum disapih, maka dilakukan penyapihan dini. Pada umumnya pedet sapi Bali disapih pada umur 7 bulan (Bamualim dan Wirdahayati, 2002). Sehingga idealnya pedet sedini mungkin dikenalkan dengan pakan padat selain susu, seperti konsentrat dan pakan hijauan, sehingga pedet dapat disapih umur 6-8 minggu setelah mampu mengkonsumsi pakan starter 500 g/hari (Davis dan Drackley, 1998 dalam Prihantoro, 2012). Kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh (Tilman et al, 1991. dalam Yudith, 2010). 2.4 Tata Cara Pemeliharaan Pedet Sapi Bali Tatalaksana pemeliharaan pedet sapi perah sejak lahir sampai disapih menjadi sangat penting dalam upaya menyediakan bakalan baik sebagai pengganti induk mapun penggemukan sebagai ternak pedaging (Purwanto dan Muslih, 2006). perawatan terhadap pedet yang baru lahir dilakukan dengan membersihkan lendir pada hidung, mulut, dan lendir yang ada diseluruh tubuhnya karena cairan yang menutupi hidung akan mengganggu pernafasan anak sapi. Selanjutnya pedet dipindahkan ke kandang anak yang sudah 4

diberi alas jerami padi/kain kering yang tidak becek/basah. Untuk mencegah terjadinya infeksi dilakukan pemotongan tali pusar (Purwanto dan Muslih, 2006). Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Selama 3-4 hari setelah lahir pedet harus mendapatkan kolostrum dari induknya, karena pedet belum mempunyai antibodi untuk resistensi terhadap penyakit. Setelah dipisahkan dari induk sapi, barulah pedet dilatih mengkonsumsi suplemen makanan sedikit demi sedikit sehingga pertumbuhanya optimal (Sanuri, 2010). Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapih/dara. Penanganan pedet pada saat lahir : semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada pada tubuhnya menggunakan handuk yang bersih. Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodium untuk mencegah infeksi lalu diikat. Berikan jerami kering sebagai alas. Beri kolostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir (Sanuri, 2010). Balai Embrio Ternak (2011) melaporkan bahwa. untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar. Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu : rumen (perut handuk), retikulum (perut jala), omasum (perut buku) dan abomasum (perut sejati). Waktu kecil pedet hanya 5

akan mengkonsumsi air susu melalui oesophageal groove yaitu langsung dari krongkongan (oesophagus) ke abomasum sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput. Pada saat kecil, alat pencernaan berfungsi mirip seperti hewan monogastrik (Sampurna, 2013). Dalam kondisi normal, perkembangan alat pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu. Populasi mikroba rumennya mulai berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan kering dan menjilat-jilat tubuh induknya. Semakin besar pedet maka pedet tersebut akan mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami modifikasi fungsi. Anak sapi/pedet dibuat sedikit lapar, agar cepat terangsang belajar makan padatan (calf starter). Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit cadangan makanan dalam tubuhnya. Bila pemberian pakan sedikit dibatasi (dikurangi), akan memberikan kesempatan pedet menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami cekaman (Sampurna, 2013). 2.5 Pertumbuhan Ternak 2.5.1 Pertumbuhan Prenatalis Pertumbuhan sebelum lahir (prenatal) terjadi saat embrio, meliputi pembelahan sel dan pertambahan jumlah sel tubuh serta terjadi perubahan fungsi sel menjadi sistem-sistem organ tubuh. Embrio juga mengalami perkembangan sel menjadi lebih besar sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang lebih banyak (Field dan Taylor, 2002 dalam Muhibbah, 2007). Bobot lahir 6

ditentukan oleh kondisi pertumbuhan prenatal, yang ditunjang suplai nutrisi dari induk serta kemampuan induk untuk menggunakannya (utomo et al, 2006). Hafez (1993) dalam Utomo et al (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan prenatal dipengaruhi oleh hereditas, paritas, nutrisi induk, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi serta ukuran tubuh. Lebih lanjut Nggobe et al (1994) dalam Utomo et al (2006) dijelaskan bahwa akhir masa kebuntingan terjadi pertumbuhan fetus yang cepat dan mencapai puncak pada dua bulan akhir kebuntingan. Pemberian pakan berkualitas baik selama akhir masa kebuntingan dapat meningkatkan bobot lahir 5 8% dari bobot induk. Menurut Anggorodi (1994) dalam Utomo et al (2006), bahwa pakan dengan kandungan protein yang cukup dapat berfungsi memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme untuk energi dan merupakan penyusun hormon. Salah satu akibat dari pertumbuhan tulang adalah memanjangnya panjang badan. Ransum berkualitas baik yang dikonsumsi ternak terutama protein dapat merangsang sekresi hormon, diantaranya adalah hormon progesteron. Hasrati (2001) dalam Utomo et al (2006), melaporkan bahwa progesteron berfungsi dalam pertumbuhan masa uterus, sehingga dapat menyebabkan peningkatan hormon laktogen plasenta yang berpengaruh terhadap hormon pertumbuhan dan hormon tersebut berperan dalam menginduksi panjang badan serta bobot foetus. 2.5.2 Pertumbuhan Postnatalis Saat pedet baru dilahirkan, pakan pertama yang harus diberikan adalah kolostrum karena pedet hanya mampu memanfaatkan nutrien susu, kemudian meningkat dengan pemberian susu induk atau susu pengganti, pakan padat, dan rumput (Hadziq, 2011). 7

Menurut Salisbury & Van Demark (1985) dalam Hadziq (2011) perkembangan dan pertumbuhan pedet setelah lahir sangat bergantung pada jumlah dan kualitas pakan yang diberikan. Pada saat lahir, perut depan pedet belum berkembang seperti pada ruminan dewasa. Bobot abomasum pedet sekitar setengah berat perut total. Setelah lahir, rumen, retikulum, dan omasum akan terus berkembang hingga berfungsi baik. Pedet memulai tahap transisi pada umur 5 minggu dan berakhir umur 12 minggu. Pada tahap ini, pola metabolisme karbohidrat berubah. Menurut Arora (1989) dalam Hadziq (2011), perkembangan rumen dipengaruhi oleh: (1) pakan kasar yang merupakan stimulus fisik bagi perkembangan kapasitas rumen, (2) produk fermentasi yang merupakan stimulus kimia bagi perkembangan papil-papil rumen. Setelah ternak mengkonsumsi pakan berserat tinggi, maka bobot rumen menjadi lebih berat daripada ternak yang tidak mengkonsumsi hijauan. Penyapihan dini pada pedet dapat dilakukan pada umur 3-4 bulan (Parakkasi, 1999 dalam Hadziq, 2011). Perpanjangan umur sapih dapat menurunkan keuntungan ekonomis, meningkatkan biaya pakan, dan menghambat perkembangan rumen. 8