BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan disajikan tabel-tabel yang menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR. v. DAFTAR ISI.ix. DAFTAR SKEMA... xii. DAFTAR TABEL xiii. DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya adalah seorang homoseksual. Hal ini karena di Indonesia masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang muncul biasanya pada area sosial, emosi, kognisi, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. struktur nilai dan norma-norma pada masyarakat. Salah satunya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya disebut juga dengan mahluk sosial, karena. membutuhkan keberadaan individu lain untuk mendukung kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. situs ini semua bisa mengakses apapun dan berkomunikasi dengan siapa pun.

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

MANAJEMEN KONFLIK PADA ISTRI YANG MENGALAMI LONG DISTANCE RELATIONSHIP. Nama : Aisyah NPM : Pembimbing : Nurul Qomariyah, Msi.Psi.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

ABSTRAK Studi Kasus mengenai Status Intimacy pada Istri yang Memiliki Anak Autistik di Pondok Terapi X, di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini menjelaskan tentang pembahasan teori yang sudah disinggung pada bab

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan merupakan hubungan yang unik adalah hubungan cinta. Topik mengenai cinta dan kasih sayang pada lawan jenis muncul mulai pada masa remaja dan semakin serius pada masa dewasa awal. Jika pada masa remaja individu memiliki ikatan yang lebih kuat dengan kelompok sebaya dibandingkan dengan pacarnya, namun pada masa dewasa awal ikatan kelompok sudah mulai longgar. Individu dewasa awal sudah mulai selektif dan membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham (Sudrajat, 2008). Dengan kata lain, individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal mereka pada hubungan yang lebih intim dengan pasangannya. Bagi individu dewasa awal hubungan tersebut dianggap menjadi suatu hal yang lebih bermakna terkait dengan tugas perkembangan yang menuntut mereka untuk mampu menjalin intimacy dalam hubungannya dengan lawan jenis. Sullivan menyatakan bahwa keintiman dengan lawan jenis umumnya terjadi dalam konteks pacaran (Sternberg, 1988: 111). 1

Pacaran merupakan salah satu cara individu untuk berbagi cinta pada lawan jenis. Selain itu pacaran merupakan cara untuk dapat menerima dan memahami satu sama lain. Pacaran pada masa dewasa awal terkadang menjadi suatu hal yang sulit dan bukan merupakan suatu hal yang mainmain untuk dijalani, karena hubungan pacaran yang dilakukan oleh individu pada tahap dewasa awal cenderung lebih bersifat serius, intim, dan eksklusif dibandingkan hubungan yang dilakukan pada masa remaja. Keintiman yang ada dalam hubungan berpacaran dewasa awal ditandai dengan komitmen untuk meneruskan hubungan tersebut meski memerlukan pengorbanan dan kompromi. Hal tersebut yang kemudian menjadi penting untuk dilakukan setelah individu dewasa awal mulai menjalin hubungan pacaran adalah mempertahankan kelangsungan hubungan itu sendiri hingga dapat mencapai jenjang pernikahan. Namun, pada kenyataannya hubungan pacaran pada masa dewasa awal tidak selalu mulus, ada kalanya terjadi konflik yang menyebabkan hubungan intim tersebut terganggu atau bahkan hubungan tersebut berakhir. Berdasarkan JPS (Jajak Pendapat dan Survey) 2009, faktor-faktor penyebab berakhirnya hubungan pacaran diakibatkan oleh cemburu melihat temannya lebih mesra dengan pasangan, kurang setia, kurang perhatian, kurang romantis, kurang mensupport pasangan, jenuh, tidak saling percaya, terlalu banyak aktivitas/kesibukan, dan perbedaan sudut pandang atau perbedaan visi (id.answers.yahoo.com).

Pemaparan data-data penyebab berakhirnya hubungan pacaran di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu yang menjadi akar persoalan adalah ketidakmampuan individu dan pasangannya untuk menampilkan tingkah laku yang intim dan hangat dalam hubungannya, sehingga relasi yang terjadi menjadi kurang hangat. Orlofsky (1993) menjelaskan tentang tingkah laku intim dalam suatu hubungan yang akan menentukan kelangsungan hubungan tersebut. Ia menyebutkan ada sembilan bentuk/dimensi tingkah laku intim, yaitu: komitmen, komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman mengenai sifat pasangan, pemahaman terhadap pemikiran dan pembicaraan pasangan, wewenang dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat pribadi, penghormatan integritas individu pasangan dan kemandirian (Maria & Orlofsky, 1993:346). Kesembilan dimensi tersebut membentuk tujuh status intimacy yaitu Intimate, Preintimate, Pseudointimate, Merger, Dependent, Stereotyped dan Isolate. Alasan-alasan faktor penyebab berakhirnya hubungan pacaran diatas, terlihat bahwa individu akan mengalami banyak konflik dan ketidakpuasan terhadap hubungannya jika individu tersebut kurang mampu menampilkan tingkah laku intim yang hangat secara optimal. Konflik dan rasa tidak puas yang tidak terselesaikan ini mungkin saja akan berakhir dengan putusnya hubungan yang intim, dengan kata lain bahwa efek terburuk dari ketidakmampuan bertingkah laku intim adalah kegagalan pencarian hubungan romantis atau berakhirnya hubungan yang intim.

Selain ketidakmampuan bertingkah laku intim, kecemburuan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan gagalnya hubungan yang intim pada dewasa awal. Perasaan cemburu adalah hal yang paling sering melanda para dewasa awal. Cemburu merupakan suatu perasaan yang normal, namun cemburu bisa jadi merupakan ekspresi egoisme dalam berpacaran atau bahkan menjadi sesuatu yang bersifat patologis. Selain itu, cemburu merupakan pengumpulan sistem rasionalitas karena pada saat seseorang dilanda cemburu seluruh sistem rasionalnya tidak bekerja. Maka dari itu terkadang seseorang yang cemburu dapat menjadi tidak rasional bahkan sampai mengarah pada suatu tindakan kriminal (Pfeiffer & Wong, 1989: 185). Salah satu contoh yang terjadi di negara kita tepatnya di Rawa Lele, Jakarta, pada 28 Oktober 2009 seorang mayat perempuan ditemukan bernama Maryatun (27 tahun) yang dijerat lehernya dengan ikat pinggang oleh sang kekasih Dapri (28 tahun) hingga tewas. Pelaku tega menghabisi nyawa pacarnya sendiri hanya karena terbakar api cemburu lantaran menyakini korban menjalin asmara dengan pria lain. Kejadian itu berlangsung pada saat pelaku dan korban tengah memadu kasih di lokasi kejadian, tiba-tiba korban menerima telpon dari pria lain (Jayadi, 2009). Hal ini menandakan bahwa cemburu yang berlebihan tidak hanya mengakibatkan hubungan pacaran mereka hilang bahkan dapat mengakibatkan menghilangnya nyawa seseorang. Banyak sekali faktor yang dapat memunculkan perasaan cemburu, salah satunya adalah kesibukan. Peneliti mewawancarai beberapa orang

mahasiswa FPBS UPI. FPBS merupakan fakultas di UPI yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak yaitu 4974 mahasiswa, yang didalamnya terdapat 9 Jurusan bahasa, dan 3 jurusan seni yang memiliki jadwal praktik yang menghabiskan waktu lebih banyak dibandingkan dengan jurusan lainnya serta memiliki kegiatan apresiasi yang dapat memakan waktu karena butuhnya proses untuk berlatih. Disamping itu, jadwal berkesenian dan kesibukan lainnya diluar jadwal kuliah menambah jadwal kesibukan mereka. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar hubungan mereka kandas karena pasangan merasa terlupakan, dan merasa cemburu dengan aktifitas- aktifitas mereka. Namun disisi lain ternyata masih banyak pasangan yang mampu mempertahankan hubungan intim mereka ke jenjang pernikahan. Peneliti mewawancarai salah satu pasangan 1 (22th & 33th), mereka tidak menyangkal bahwa terkadang terjadi konflik, bahkan perasaan cemburu, tapi mereka selalu berusaha mendiskusikan masalah yang terjadi, serta mencari penyelesaian terbaik yang dapat diterima keduanya. Pasangan yang langgeng ini adalah contoh nyata hubungan yang bahagia karena mampu menampilkan tingkah laku intim (intimacy) dan hangat secara optimal. 1 wanita berusia 22tahun, mahasiswa tingkat 3 dan suaminya berusia 33 tahun yang bekerja sebagai PNS bagian PNPM. Suami bekerja terkadang dipindah dinas ke Bogor atau Purwakarta. Frekuensi bertemu ketika berpacaran paling sedikit 2 kali dalam 1bulan. Sudah berpacaran selama 2 tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah pada bulan Januari 2010.

Fenomena intimacy ini menjadi perhatian para peneliti, salah satunya para peneliti di Amerika Serikat. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai intimacy dan jealousy remaja khususnya di Amerika Serikat 2, yang bertujuan memperkaya teori intimacy dan jealousy. Tetapi sayangnya, di Indonesia khususnya di Universitas Pendidikan Indonesia masih sangat minim literatur maupun penelitian mengenai hubungan intimacy dan jealousy pada periode dewasa awal. Akibatnya, pengetahuan kita mengenai intimacy dewasa dan bagaimana hubungan intimacy dan jealousy pada dewasa di Indonesia pun sangat minim. Berdasarkan pemaparan bahwa ketidakmampuan bertingkah laku intim dan kecemburuan dapat mengakibatkan berakhirnya suatu hubungan serta terkadang menjadi efek yang berbeda pada tiap pasangan, fenomena yang terjadi pada mahasiswa FPBS UPI dan masih minimnya penelitian maupun literatur mengenai hubungan intimacy dan jealousy, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan intimacy dan kecemburuan (jealousy) pada mahasiswa dewasa awal FPBS UPI yang berpacaran. 2 Beberapa peneliti yang meneliti jealousy anatara lain Brown (1999), meneliti mengenai Jealousy Comunication, Awkwardness and Agression in Teenage Relationships.Selain itu ada pula penelitian mengenai Jealousy and Self-Esteem (White, 1998; Melamed, 1991), Jealousy and Emotional Dependence (Mathes &Severa 1981; Buunk, 1982; White & Mullen, 1989), Jealosy and Trust (Ellis & Weinstein, 1986, p.352). Sedangkan yang meneliti Intimacy antara lain Korbav & Thorne (2006) mengenai Intimacy and Distancing, Intimacy Status (Orlofsky, 1993), Compliance and Intimacy (Dennis, 2006), Interaction and Intimacy (Orlofsky, 1978; Waterman, Beube, & Waterman, 1970)

1.2 Rumusan Masalah Rumusan permasalahan dari hal yang ingin peneliti kaji adalah sebagai berikut: a. Termasuk dalam kategorisasi apakah intimacy status pada mahasiswa FPBS UPI yang berpacaran? b. Termasuk dalam kategorisasi apakah kecemburuan (jealousy) pada mahasiswa FPBS UPI yang berpacaran? c. Adakah hubungan antara intimacy status dan kecemburuan (jealousy) pada mahasiswa dewasa awal FPBS UPI yang sedang berpacaran? d. Berapa besar kontribusi variabel intimacy terhadap kecemburuan (jealousy)? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui gambaran umum dan kategori intimacy pada mahasiswa dewasa awal FPBS UPI yang berpacaran. b. Mengetahui gambaran umum dan kategori kecemburuan pada mahasiswa dewasa awal FPBS UPI yang berpacaran. c. Mengetahui hubungan antara intimacy dengan kecemburuan (jealousy) pada dewasa awal yang sedang berpacaran. d. Mengetahui seberapa besar sumbangan atau peranan intimacy terhadap kecemburuan (jealousy).

1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan digunakan: a. Dalam konteks teoritis (kegunaan ilmiah): sebagai rintisan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat memperkaya pengetahuan psikologi dalam ranah psikologi perkembangan maupun sosial. b. Dalam konteks praktis: (1) Bagi para praktisi di bidang psikologi: diharapkan dapat digunakan sebagai pembelajaran bagi konselor dalam memberikan masukan bagi para pasangan ataupun suami istri serta dalam penanganan masalah yang terjadi pada hubungan dekat (intimacy relationship) pada masa dewasa awal agar dapat mempertahankan kelangsungan hubungan hingga dapat mencapai hubungan yang bahagia dengan berupaya menampilkan tingkah laku intim (intimacy) yang hangat secara optimal. (2) Bagi semua pasangan khususnya pasangan mahasiswa di FPBS UPI: diharapkan dengan diadakannya penelitian ini, mahasiswa yang memiliki pasangan dapat mencegah perasaan cemburu yang berlebihan pada pasangan ataupun diri sendiri dengan memelihara hubungan yang intim secara optimal disela-sela

kesibukan mereka, agar terciptanya hubungan yang harmonis dan berlanjut pada jenjang pernikahan. 1.4 Asumsi a. Intimacy yang terdapat pada dewasa awal banyak diwujudkan sebagai relasi yang lebih dekat dan serius dengan lawan jenis, salah satunya adalah berpacaran. b. Intimacy pada seseorang yang berpacaran merupakan kedekatan dan kehangatan pada pasangan yang telah ada sebelumnya. c. Beberapa mahasiswa FPBS UPI sudah memiliki hubungan berpacaran. d. Kecemburuan merupakan bumbu dari proses jalinan dua insan yang berlawan jenis yang intim. Namun, terkadang cemburu dapat menjadi badai yang dapat menghancurkan jalinan yang intim. 1.5 Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian a. Hipotesis penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara intimacy dengan kecemburuan (jealousy) pada mahasiswa dewasa awal di FPBS UPI yang sedang berpacaran. Hipotesis ini dapat dituangkan dalam hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho: tidak adanya hubungan yang negatif antara intimacy dengan jealousy pada mahasiswa dewasa awal FPBS UPI yang berpacaran (Ho: ρ = 0). Ha : adanya hubungan yang negatif antara intimacy dengan jealousy pada pada mahasiswa dewasa awal FPBS UPI yang berpacaran (Ha :ρ < 0). Hipotesis penelitian ini akan diuji pada α = 0,05 b. Pertanyaan penelitian Pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut: (1) Termasuk dalam kategorisasi apakah intimacy status pada mahasiswa FPBS UPI yang berpacaran? (2) Termasuk dalam kategorisasi apakah kecemburuan (jealousy) pada mahasiswa FPBS UPI yang berpacaran? (3) Berapa besar kontribusi variabel intimacy terhadap kecemburuan (jealousy)? 1.6 Metode Penelitian Penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan korelasi (Azwar, 1997: 9).

1.7 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini bertempat di Fakultas Bahasa dan Seni (FPBS) UPI Bandung. Hal ini didasari oleh alasan bahwa FPBS merupakan Fakultas di UPI yang didalamnya terdapat 12 Jurusan, 3 jurusan diantaranya termasuk jurusan seni (Musik, Tari dan Rupa) yang memiliki jadwal praktik yang menghabiskan waktu lebih banyak dibandingkan dengan jurusan lainnya. Selain itu hal ini didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang di FPBS yang mengutarakan bahwa hubungan mereka kandas karena pasangan merasa terlupakan dan merasa cemburu dengan aktifitasaktifitas mereka. Dalam penelitian ini akan digunakan populasi yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Individu Dewasa Awal Individu masuk dalam kategori masa dewasa awal. Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan 20-an sampai usia 30-an (Santrock, 2003: 26). b. Individu Berpacaran Populasi pada penelitian ini memiliki karakteristik berpacaran dengan lawan jenis. Pada penelitian ini yang diteliti adalah tingkah laku intim yang ditampilkan individu dalam hubungan berpacarannya. Peneliti tidak mempersoalkan apakah individu tersebut laki-laki atau perempuan. Teknik penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2008: 82). Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel mahasiswa FPBS UPI dengan jumlah sampel sebanyak 96 responden.