Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DROP OUT KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CABANG BUNGIN KABUPATEN BEKASI TAHUN M.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA USIA 3-5 TAHUN

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Kata Kunci : Posyandu, Kader Posyandu, Keaktifan.

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KADER DENGAN PELAKSANAAN POSYANDU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACITAN KABUPATEN PACITAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Nixen Rachmawati

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Jurnal Kesehatan Kartika 50

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

CORELATION BETWEEN FACTORS WITH MOTHER OF UNDER FIVE YEARS OLD CHILDREN VISIT TO POSYANDU AT JAMBANGAN VILLAGE, PUSKESMAS GEYER I, GROBOGAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

INTISARI. KARYA TULIS ILMIAH. D III KEBIDANAN NGUDI WALUYO. Silva Octariani 1), Ari Andayani, S.SiT,M.Kes 2), Eti Salafas, S.

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

ABSTRAK GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI DESA NGERING KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

Fatma Helna 1, Khoidar Amirus 2, Gunawan Irianto 3 ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU PURNAMA DI WILAYAH PUSKESMAS RINGINARUM KABUPATEN KENDAL

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Kuantitas perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA. Kiftiyah

SISTEM INFORMASI POSYANDU KESEHATAN IBU DAN ANAK. Nabila Sholihah 1*, Sri Kusumadewi 1. Jl. Kaliurang km 14.5 Sleman, Yogyakarta 55584

PENERAPAN SISTEM INFORMASI POSYANDU MAWAR KELURAHAN SIMPANG EMPAT

Transkripsi:

Hubungan Faktor Predisposing Kader (Pengetahuan dan Sikap Kader terhadap Posyandu) dengan Praktik Kader dalam Pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto Rr. Vita Nur Latif Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan ABSTRACT Background & Methode : Related Knowledge and attitude of cadre with the Cadres Practice in Posyandu in Job distric of Puskesmas Wonokerto Pekalongan Regency; based on The number of Mother Mortality Rate (MMR) in Pekalongan district had 161/100.000 birth live, one of the aim Posyandu was to decrees MMR by the cadres practicing posyandu. The aim of this study was to analizy and identify the related knowledge and attitude of cadre with the cadres practice in posyandu in job distric of Puskesmas Wonokerto Pekalongan Regency.This study was an explanatory research using cross sectional approach, using 70 partisipant. Result : The result was showed Knowledge had related with cadres practice had related with cadres practice (p value 0.006). Keywords : Knowledge, attitude of cadre, Cadres Practice in Posyandu. ( p value 0.003) and attitude PENDAHULUAN Survey kesehatan daerah menunjukan bahwa sebaran Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Pekalongan menduduki posisi kedua tertinggi dengan jumlah AKI sebesar 161/100.000 kelahiran hidup. Salah satu tujuan posyandu adalah untuk menurunkan AKI. keberlangsungan posyandu tidak dapat dipisahkan dari peran kader dalam Hasil studi pendahuluan pada tanggal 7 sampai dengan 15 Juni 2010 yang dilakukan oleh peneliti dengan dua orang enumerator, melalui wawancara pada empat orang kader posyandu dan dua orang kepala desa di kecamatan Wonokerto, dan observasi pada posyandu wonokerto dan semonet ditemukan beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan posyandu terkait dengan kader diantaranya adalah kurangnya jumlah kader, banyak terjadi angka putus (drop out) kader, ketrampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), sistem pencatatan buku register tidak atau kurang lengkap, kader posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan atau refreshing sehinga kemampuan teknis gizi kader yang aktif kurang memadai, hal ini mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan utamanya yang dilihat dari kenaikan berat badan balita oleh kader (tampak dalam cakupan N/S masih dibawah standar 80%) tidak dapat dilakukan optimal, apabila kondisi ini terjadi secara terus menerus maka penemuan kasus malnutrisi, seperti balita gizi buruk tidak dapat terlaporkan dan mendapat pendampingan Program Makanan Tambahan (PMT) sejak dini, sehingga penanganannya akan terlambat. Sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui hubungan pengetahuan kader tentang posyandu kader dan sikap kader terhadap pelaksanaan posyandu dengan praktek kader dalam pelaksanaan posyandu (DKK Kab. Pekalongan, 2010).

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan explanatory research yang dilakukan dengan metode survey sample dengan pendekatan cross sectional, populasi kader posyandu diwilayah kerja Wonokerto sejumlah 207 kader, sampel sejumlah 70 orang kader. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Square. Chi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Hasil penelitian didapatkan distribusi kader dengan pengetahuan kurang sebesar 68,6%. Berdasarkan hasil jawaban kader mengenai pengetahuan kader tentang pengertian, tujuan, tugas dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima kegiatan posyandu menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan kader kurang, Sebagian kader belum mampu menjawab dengan benar pengertian posyandu, bagaimana fungsi posyandu, bentuk bentuk kegiatan posyandu (lima meja/lima kegiatan posyandu), dan tugas serta fungsi kader posyandu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan kader diwilayah kerja puskesmas mengenai pengertian posyandu, fungsi posyandu masih kurang sehingga perlu untuk diberikan pelatihan bagi kader baru dan refreshing kader untuk kader yang sudah pernah mengikuti pelatihan. Hasil uji bivariat mendapatkan proporsi kader yang memiliki pengetahuan tentang pengertian, tugas, fungsi, syarat menjadi kader kurang, yang berpraktik kurang sebesar 77,17% kader lebih besar dari kader yang berpraktik sebesar 22,73%, untuk kader yang memiliki pengetahuan yang cukup yang berpraktik sebesar 60,42%, lebih besar dari kader yang berpraktik kurang yaitu sebesar 39,58%. Hasil uji asosiasi chi square didapatkan nilai p value sebesar 0.003 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu diwilayah kerja puskesmas wonokerto kabupaten pekalongan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori L.Green (1991), bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) untuk mempermudah seseorang bersikap dan berperilaku khusus, sejalan dengan Notoatmodjo (2005), yang menyatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng (long lasting), dan apabila perilaku tidak didasari dengan pengetahuan tidak akan berlangsung langgeng. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Edy sucipto mengenai berbagai faktor yang berhubungan dengan praktek kader posyandu dalam penimbangan balita dan cakupan D/S di posyandu di wilayah puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan Tahun 2009,yang menyatakan pengetahuan kader berhubungan dengan praktik penimbangan balita di posyandu karena dengan pengetahuan yang akan memotivasi kader dalam melakukan penimbangan balita dengan. Penelitian ini menunjukkan pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu sehingga upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan kader dalam pelaksanaan posyandu perlu untuk lebih

ditingkatkan melalui pelatihan bagi kader baru dan refreshing untuk kader yang sudah mengikuti pelatihan, meskipun pengetahuan merupakan faktor yang terbukti secara signifikan berhubungan dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, dibutuhkan dukungan dari petugas kesehatan dalam pendampingan pelaksanaan posyandu, sehingga tugas administrasi kader terkait dengan pengisian Sistim informasi posyandu (SIP) dapat dilakukan dengan. Berdasarkan jawaban kader,distribusi kader dengan pengetahuan tentang pengertian, tujuan dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima kegiatan posyandu kurang sebesar 68,6% (sejumlah 48 kader), dan kategori tidak sebesar 31,4% (sejumlah 22 kader). Berdasarkan hasil jawaban kader mengenai pengetahuan kader tentang pengertian, tujuan, tugas dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima kegiatan posyandu didapatkan hasil jawaban didapatkan 70% kader belum mengerti pengertian posyandu, 60% kader belum mengerti salah satu kegiatan posyandu adalah penyuluhan 65,7% kader belum mengerti ada lima kegiatan dalam pelaksanaan posyandu 67,1% kader belum mengerti fungsi meja 1, 65,7% kader belum mengerti fungsi meja 2, 67,1% kader belum mengerti fungsi meja 3, 60% kader belum mengerti fungsi meja 4, 64,3% kader belum mengerti fungsi meja 5, 80% kader belum mengerti penilaian strata posyandu menggunakan 35 indikator, 64,3% kader belum mengerti kategori strata posyandu, 65,7% kader belum mengerti tentang pengertian kader, 61,4% kader belum mengerti tentang tugas utama kader posyandu. Berdasarkan jawaban kader pada tiap item pertanyaan pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kader yang kurang meliputi pengertian posyandu, lima kegiatan dalam posyandu, penilaian strata posyandu melalui 35 indikator, dan tugas utama kader. 2. Sikap kader tentang tugas-tugas kader posyandu. Hasil penelitian menunjukkan kader yang bersikap setuju terhadap tugas-tugas kader sebanyak 60% (sejumlah 42 kader), adapun kader yang bersikap tidak setuju terhadap tugas-tugas kader sebesar 40% (sejumlah 28 kader). sebagian besar kader menunjukkan sikap setuju terhadap pelaksanaan tugas-tugas kader, 70 kader (100%) menjawab setuju pada item pernyataan bahwa mereka akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka meskipun tidak dibayar. Dan pada item pernyataan mengenai tugas kader yang meliputi lima meja/lima langkah 65 kader (92,9%) menjawab setuju. Sikap tidak setuju kader ditunjukkan dari hasil penelitian 65,7% kader menjawab tidak setuju pada pernyataan yang menyebutkan bahwa kader merupakan tenaga profesional, oleh karena itu kader harus dibayar. Hal ini terjadi karena menurut mereka kader adalah pekerjaan yang berdasarkan kesukarelaan, sehingga kader tidak dibayar, dan kader bekerja dengan ikhlas. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kader yang bersikap setuju terhadap tugas-tugas kader yang berpraktik 61,91% lebih besar dari yang berpraktek kurang (38,09%) dan untuk kelompok kader yang bersikap tidak setuju yang berpraktek kurang sebesar 71,43% lebih besar dari yang berpraktek (28,57%). Adapun hasil uji chi square didapatkan nilai p

value sebesar = 0.006 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara sikap kader terhadap tugastugas kader dengan praktik kader dalam Hasil ini sesuai dengan teori L.Green (2000), dimana sikap merupakan salah satu predisposing faktor (faktor yang mempermudah) terjadinya perubahan perilaku pada seseorang. Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, -tidak ). Sikap kader yang sudah setuju yang berarti kader dengan sukarela mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap tugas-tugas kader, perlu dipupuk dengan pembinaan dari faktor reinforcing (dalam hal ini adalah dukungan kepala puskesmas, dukungan kepala desa), dan pendampingan dari petugas kesehatan sehingga dapat meningkatkan praktik kader dalam 3. Praktik kader dalam pelaksanaan posyandu Praktik kader dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Wonokerto, sebagian besar berpraktik kurang, ditunjukkan dari 67,1% kader masih kurang dalam praktik Praktik yang kurang pada kegiatan pra posyandu ditunjukkan dari hasil penelitian 60% kader tidak menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas lintas sektor bisa hadir pada posyandu. Praktik kader yang kurang pada hari buka posyandu ditunjukkan dari hasil penelitian 68,6% kader tidak mengisi KMS (Kartu Menuju Sehat) secara lengkap, 74,3% kader tidak mencatat bulan lahir anak, 72,9% kader tidak memberi penyuluhan pada ibu balita, 87,1% kader tidak memberikan penyuluhan pada ibu hamil, 78,6% kader tidak memberi penyuluhan untuk ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, Iodium, dan Vitamin A. Praktik kader yang kurang pada kegiatan paska hari buka posyandu meliputi 77,1% kader tidak memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku bantu kader, 81,4% kader tidak mengunjungi ibu balita yang anak balitanya tidak hadir 2 bulan berturut-turut, 78,6% kader tidak mengunjungi kelompok sasaran posyandu (bayi & balita, ibu hamil, ibu menyusui) yang sakit, 88,6% kader tidak mengunjungi ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapatkan kapsul iodium. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar praktik kader pada pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas wonokerto kurang, adapun praktik yang kurang pada kegiatan pra posyandu adalah tidak menyampaikan rencana kegiatan pada kantor desa dan memastikan apakah petugas lintas sektor bisa datang. Hal ini dilakukan kader karena menurut kader, meskipun sudah disampaikan rencana ke kantor desa, petugas lintas sektor tidak berkunjung rutin pada posyandu dan kader sudah terbiasa melaksanakan posyandu tanpa menyampaikan rencana ke kantor desa. Praktik yang kurang pada hari buka posyandu adalah sebagian besar kader belum mengisi KMS secara lengkap dan kader tidak memberikan penyuluhan kesehatan pada sasaran posyandu. Kader tidak mengisi secara lengkap KMS balita terjadi pada kader baru yang belum mengikuti pelatihan, sehingga ketrampilan pengisian KMS dan SIP (Sistem Informasi Posyandu) masih kurang, sedangkan tidak

memberi penyuluhan pada pengunjung posyandu dikarenakan kader merasa kurang percaya diri karena kurangnya informasi kesehatan yang mereka miliki. Untuk praktik kader yang kurang pada paska kegiatan posyandu diantaranya adalah tidak memindahkan catatan pada KMS ke buku bantu kader dan tidak melakukan kunjungan pada sasaran posyandu. Tidak melakukan kunjungan rumah pada sasaran posyandu dikarenakan keterbatasan sarana alat transportasi sehingga kader tidak bisa melakukan kunjungan rumah pada sasaran posyandu yang harus dikunjungi secara optimal. Berdasarkan analisis multivariat ternyata variabel yang berhubungan bermakna dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu adalah variabel pengetahuan. Hasil analisis didapatkan OR pengetahuan sebesar 3.615, sehingga dapat diartikan bahwa kader posyandu yang memiliki pengetahuan memiliki kemungkinan berpraktik 3x lebih dalam pelaksanaan posyandu dibandingkan dengan kader posyandu yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengertian, sasaran, kegiatan posyandu dan tugas kader. Hasil ini sesuai dengan teori L.Green dalam Notoatmodjo (2005), yang menyatakan perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposing yaitu faktor yang mempermudah seseorang atau masyarakat berperilaku (dalam hal ini adalah pengetahuan kader tentang pengertian, sasaran, kegiatan,tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dan sikap kader terhadap tugas-tugas kader), reinforcing faktor yaitu faktor yang memperkuat dan mendukung seseorang atau masyarakat berperilaku (dalam hal ini adalah dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan). Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa kader yang memiliki pengetahuan tentang pengertian, sasaran, kegiatan,tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dan sikap yang mendukung (dalam arti kader secara ikhlas melaksanakan tugas dan fungsinya), didukung penuh dari petugas kesehatan dalam bentuk pendampingan pelaksanaan posyandu dalam ketrampilan administrasi dan penyuluhan akan berpraktik lebih dalam pelaksanaan posyandu meliputi lima kegiatan, dan akan berpraktik lebih dalam penyuluhan maupun pengisian SIP. 4. Analisa Bivariat a. Hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas,fungsi, syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam Hasil analisis hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian posyandu, tugas-tugas kader, fungsi dan syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas,fungsi, syarat menjadi kader dengan praktik pelaksanaan posyandu No. Pengeta huan kader 1 tidak 2 kurang Praktik pelaksanaan posyandu Kurang Baik Total N % N % N % 17 77, 27 19 39, 58 5 22, 73 29 60, 42 X 2 = 8.579 p value = 0.003 Ho = ditolak 22 100 48 100 Pada tabel 1. diatas, disajikan bahwa proporsi kader yang memiliki pengetahuan tentang pengertian, tugas, fungsi, syarat menjadi kader tidak, yang berpraktik kurang

sebesar 77,27% kader lebih besar dari kader yang berpraktik sebesar 22,73%, untuk kader yang memiliki pengetahuan yang kurag yang berpraktik sebesar 60,42%, lebih besar dari kader yang berpraktik kurang yaitu sebesar 39,58%. Hasil uji asosiasi chi square didapatkan nilai p value sebesar 0.003 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu diwilayah kerja puskesmas wonokerto kabupaten pekalongan. b. Hubungan antara sikap kader terhadap tugas kader dengan praktik kader dalam Hasil analisis hubungan antara sikap kader terhadap tugas kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu disajikan pada tabel berikut : No. Tabel 2. Hubungan antara sikap kader terhadap tugas-tugas kader dengan praktik pelaksanaan posyandu Sikap kader 1 Tidak setuj u 2 Setuj u Praktikpelaksanaan posyandu Kurang Baik Total N % N % N % 20 71,43 8 28,5 7 16 38,09 2 6 61,9 1 2 8 4 2 X 2 = 7.473 p value =0.006 Ho = ditolak 100 100 Tabel 2. diatas menunjukkan bahwa kader yang bersikap setuju yang berpraktik 61.91% lebih besar dari yang berpraktik kurang (38,09) untuk kelompok kader yang bersikap tidak setuju yang berpraktik kurang sebesar 71,43% lebih besar dari yang berpraktik (28,57%). Adapun hasil uji chi square didapatkan nilai p value sebesar = 0.006 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara sikap kader terhadap tugastugas kader dengan praktik kader dalam SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan sebanyak 67,1% kader atau sejumlah (47 kader) masih kurang pada praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, hanya 32,9% kader (23 kader) sudah pada praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, praktik kader yang kurang optimal dalam hal penyusunan RTL (rencana tindak lanjut) ketrampilan dalam memberikan penyuluhan, dan kunjungan ke rumah/ wawan muka untuk sasaran posyandu dikarenakan kurangnya pendampingan petugas kesehatan utamanya dalam pembekalan ketrampilan administratif dan penyuluhan, minimnya media suluh yang ada, keterbatasan waktu, dana dan alat transportasi bagi kader untuk melaksanakan kunjungan rumah. DAFTAR PUSTAKA Ismawati, Cahyo. Posyandu & Desa Siaga. Yogyakarta. 2010. Zulkifli. Posyandu dan Kader Kesehatan. Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat-versi HTML. Jenis berkas : PDF/Adobe Acrobat-versi HTML.www.digilib.usu.ac.id/modules.php?op= modload&name=downloads&files=index&req =getit&lid=473 (diakses pada tanggal 10-10- 2010). Muslimpinang. Jurnal Evaluasi Penimbangan Balita di Kota Tanjung Pinang. Tanggal 8 April 2008. Departemen Kesehatan RI. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 1999.

Sucipto, Edy. Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kader Posyandu dalam Penimbangan Balita dan Cakupan D/S di Posyandu di Wilayah Puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan. Tesis. 2009 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu.2007 Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Jawa Tengah, 2008, Panduan Penghitungan Strata Posyandu secara Kuantitatif di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008. SE Menteri Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :411.3/1116/SJ Tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Ridwan, dkk. Revitalisasi Posyandu Pengaruhnya terhadap Kinerja Posyandu di kabupaten Trenggamus. KMKP Universitas Gajah Mada. 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2005 Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta.2007 Green, L dan Marshall Kreuter. Health Promotion Planning An Educational and Environtmental Approach. 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. 2006. Surat Edaran Menteri dalam negeri No. 411.3/536/SJ, tahun 1999 Yunardi. Manajemen Program Revitalisasi Posyandu di puskesmas kabupaten Bungo. Thesis. 2007. Torik. Peranan Kader Posyandu dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Study kasus di kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang). Skripsi. 2005. Pratiknya, Watik. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Raja Grafindo. Jakarta. 2001. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka cipta.2001. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2002. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta. 2002. Kusnanto, Hari. Metode Kualitatif dalam riset Kesehatan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Brockopp, Dorothy young. Dasar-dasar riset keperawatan.ecg. Jakarta. 1999. Karsidi, Ravik. 2000. Pengembangan Instrumen dalam penelitian sosial. Makalah disampaikan dalam Latihan penelitian tingkat dasar / LPTD. Ismawati, Cahyo, dkk. Posyandu & Desa Siaga Panduan Untuk Bidan & Kader. Yogyakarta : Muha Medika. 2010 Gubernur Jawa Tengah. Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 67 tahun 2006 tentang Pedoman Operasional Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Model di Propinsi Jawa Tengah. Semarang.2006