Hubungan Faktor Predisposing Kader (Pengetahuan dan Sikap Kader terhadap Posyandu) dengan Praktik Kader dalam Pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto Rr. Vita Nur Latif Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan ABSTRACT Background & Methode : Related Knowledge and attitude of cadre with the Cadres Practice in Posyandu in Job distric of Puskesmas Wonokerto Pekalongan Regency; based on The number of Mother Mortality Rate (MMR) in Pekalongan district had 161/100.000 birth live, one of the aim Posyandu was to decrees MMR by the cadres practicing posyandu. The aim of this study was to analizy and identify the related knowledge and attitude of cadre with the cadres practice in posyandu in job distric of Puskesmas Wonokerto Pekalongan Regency.This study was an explanatory research using cross sectional approach, using 70 partisipant. Result : The result was showed Knowledge had related with cadres practice had related with cadres practice (p value 0.006). Keywords : Knowledge, attitude of cadre, Cadres Practice in Posyandu. ( p value 0.003) and attitude PENDAHULUAN Survey kesehatan daerah menunjukan bahwa sebaran Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Pekalongan menduduki posisi kedua tertinggi dengan jumlah AKI sebesar 161/100.000 kelahiran hidup. Salah satu tujuan posyandu adalah untuk menurunkan AKI. keberlangsungan posyandu tidak dapat dipisahkan dari peran kader dalam Hasil studi pendahuluan pada tanggal 7 sampai dengan 15 Juni 2010 yang dilakukan oleh peneliti dengan dua orang enumerator, melalui wawancara pada empat orang kader posyandu dan dua orang kepala desa di kecamatan Wonokerto, dan observasi pada posyandu wonokerto dan semonet ditemukan beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan posyandu terkait dengan kader diantaranya adalah kurangnya jumlah kader, banyak terjadi angka putus (drop out) kader, ketrampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), sistem pencatatan buku register tidak atau kurang lengkap, kader posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan atau refreshing sehinga kemampuan teknis gizi kader yang aktif kurang memadai, hal ini mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan utamanya yang dilihat dari kenaikan berat badan balita oleh kader (tampak dalam cakupan N/S masih dibawah standar 80%) tidak dapat dilakukan optimal, apabila kondisi ini terjadi secara terus menerus maka penemuan kasus malnutrisi, seperti balita gizi buruk tidak dapat terlaporkan dan mendapat pendampingan Program Makanan Tambahan (PMT) sejak dini, sehingga penanganannya akan terlambat. Sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui hubungan pengetahuan kader tentang posyandu kader dan sikap kader terhadap pelaksanaan posyandu dengan praktek kader dalam pelaksanaan posyandu (DKK Kab. Pekalongan, 2010).
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan explanatory research yang dilakukan dengan metode survey sample dengan pendekatan cross sectional, populasi kader posyandu diwilayah kerja Wonokerto sejumlah 207 kader, sampel sejumlah 70 orang kader. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Square. Chi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Hasil penelitian didapatkan distribusi kader dengan pengetahuan kurang sebesar 68,6%. Berdasarkan hasil jawaban kader mengenai pengetahuan kader tentang pengertian, tujuan, tugas dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima kegiatan posyandu menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan kader kurang, Sebagian kader belum mampu menjawab dengan benar pengertian posyandu, bagaimana fungsi posyandu, bentuk bentuk kegiatan posyandu (lima meja/lima kegiatan posyandu), dan tugas serta fungsi kader posyandu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan kader diwilayah kerja puskesmas mengenai pengertian posyandu, fungsi posyandu masih kurang sehingga perlu untuk diberikan pelatihan bagi kader baru dan refreshing kader untuk kader yang sudah pernah mengikuti pelatihan. Hasil uji bivariat mendapatkan proporsi kader yang memiliki pengetahuan tentang pengertian, tugas, fungsi, syarat menjadi kader kurang, yang berpraktik kurang sebesar 77,17% kader lebih besar dari kader yang berpraktik sebesar 22,73%, untuk kader yang memiliki pengetahuan yang cukup yang berpraktik sebesar 60,42%, lebih besar dari kader yang berpraktik kurang yaitu sebesar 39,58%. Hasil uji asosiasi chi square didapatkan nilai p value sebesar 0.003 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu diwilayah kerja puskesmas wonokerto kabupaten pekalongan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori L.Green (1991), bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) untuk mempermudah seseorang bersikap dan berperilaku khusus, sejalan dengan Notoatmodjo (2005), yang menyatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng (long lasting), dan apabila perilaku tidak didasari dengan pengetahuan tidak akan berlangsung langgeng. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Edy sucipto mengenai berbagai faktor yang berhubungan dengan praktek kader posyandu dalam penimbangan balita dan cakupan D/S di posyandu di wilayah puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan Tahun 2009,yang menyatakan pengetahuan kader berhubungan dengan praktik penimbangan balita di posyandu karena dengan pengetahuan yang akan memotivasi kader dalam melakukan penimbangan balita dengan. Penelitian ini menunjukkan pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu sehingga upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan kader dalam pelaksanaan posyandu perlu untuk lebih
ditingkatkan melalui pelatihan bagi kader baru dan refreshing untuk kader yang sudah mengikuti pelatihan, meskipun pengetahuan merupakan faktor yang terbukti secara signifikan berhubungan dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, dibutuhkan dukungan dari petugas kesehatan dalam pendampingan pelaksanaan posyandu, sehingga tugas administrasi kader terkait dengan pengisian Sistim informasi posyandu (SIP) dapat dilakukan dengan. Berdasarkan jawaban kader,distribusi kader dengan pengetahuan tentang pengertian, tujuan dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima kegiatan posyandu kurang sebesar 68,6% (sejumlah 48 kader), dan kategori tidak sebesar 31,4% (sejumlah 22 kader). Berdasarkan hasil jawaban kader mengenai pengetahuan kader tentang pengertian, tujuan, tugas dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima kegiatan posyandu didapatkan hasil jawaban didapatkan 70% kader belum mengerti pengertian posyandu, 60% kader belum mengerti salah satu kegiatan posyandu adalah penyuluhan 65,7% kader belum mengerti ada lima kegiatan dalam pelaksanaan posyandu 67,1% kader belum mengerti fungsi meja 1, 65,7% kader belum mengerti fungsi meja 2, 67,1% kader belum mengerti fungsi meja 3, 60% kader belum mengerti fungsi meja 4, 64,3% kader belum mengerti fungsi meja 5, 80% kader belum mengerti penilaian strata posyandu menggunakan 35 indikator, 64,3% kader belum mengerti kategori strata posyandu, 65,7% kader belum mengerti tentang pengertian kader, 61,4% kader belum mengerti tentang tugas utama kader posyandu. Berdasarkan jawaban kader pada tiap item pertanyaan pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kader yang kurang meliputi pengertian posyandu, lima kegiatan dalam posyandu, penilaian strata posyandu melalui 35 indikator, dan tugas utama kader. 2. Sikap kader tentang tugas-tugas kader posyandu. Hasil penelitian menunjukkan kader yang bersikap setuju terhadap tugas-tugas kader sebanyak 60% (sejumlah 42 kader), adapun kader yang bersikap tidak setuju terhadap tugas-tugas kader sebesar 40% (sejumlah 28 kader). sebagian besar kader menunjukkan sikap setuju terhadap pelaksanaan tugas-tugas kader, 70 kader (100%) menjawab setuju pada item pernyataan bahwa mereka akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka meskipun tidak dibayar. Dan pada item pernyataan mengenai tugas kader yang meliputi lima meja/lima langkah 65 kader (92,9%) menjawab setuju. Sikap tidak setuju kader ditunjukkan dari hasil penelitian 65,7% kader menjawab tidak setuju pada pernyataan yang menyebutkan bahwa kader merupakan tenaga profesional, oleh karena itu kader harus dibayar. Hal ini terjadi karena menurut mereka kader adalah pekerjaan yang berdasarkan kesukarelaan, sehingga kader tidak dibayar, dan kader bekerja dengan ikhlas. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kader yang bersikap setuju terhadap tugas-tugas kader yang berpraktik 61,91% lebih besar dari yang berpraktek kurang (38,09%) dan untuk kelompok kader yang bersikap tidak setuju yang berpraktek kurang sebesar 71,43% lebih besar dari yang berpraktek (28,57%). Adapun hasil uji chi square didapatkan nilai p
value sebesar = 0.006 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara sikap kader terhadap tugastugas kader dengan praktik kader dalam Hasil ini sesuai dengan teori L.Green (2000), dimana sikap merupakan salah satu predisposing faktor (faktor yang mempermudah) terjadinya perubahan perilaku pada seseorang. Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, -tidak ). Sikap kader yang sudah setuju yang berarti kader dengan sukarela mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap tugas-tugas kader, perlu dipupuk dengan pembinaan dari faktor reinforcing (dalam hal ini adalah dukungan kepala puskesmas, dukungan kepala desa), dan pendampingan dari petugas kesehatan sehingga dapat meningkatkan praktik kader dalam 3. Praktik kader dalam pelaksanaan posyandu Praktik kader dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Wonokerto, sebagian besar berpraktik kurang, ditunjukkan dari 67,1% kader masih kurang dalam praktik Praktik yang kurang pada kegiatan pra posyandu ditunjukkan dari hasil penelitian 60% kader tidak menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas lintas sektor bisa hadir pada posyandu. Praktik kader yang kurang pada hari buka posyandu ditunjukkan dari hasil penelitian 68,6% kader tidak mengisi KMS (Kartu Menuju Sehat) secara lengkap, 74,3% kader tidak mencatat bulan lahir anak, 72,9% kader tidak memberi penyuluhan pada ibu balita, 87,1% kader tidak memberikan penyuluhan pada ibu hamil, 78,6% kader tidak memberi penyuluhan untuk ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, Iodium, dan Vitamin A. Praktik kader yang kurang pada kegiatan paska hari buka posyandu meliputi 77,1% kader tidak memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku bantu kader, 81,4% kader tidak mengunjungi ibu balita yang anak balitanya tidak hadir 2 bulan berturut-turut, 78,6% kader tidak mengunjungi kelompok sasaran posyandu (bayi & balita, ibu hamil, ibu menyusui) yang sakit, 88,6% kader tidak mengunjungi ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapatkan kapsul iodium. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar praktik kader pada pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas wonokerto kurang, adapun praktik yang kurang pada kegiatan pra posyandu adalah tidak menyampaikan rencana kegiatan pada kantor desa dan memastikan apakah petugas lintas sektor bisa datang. Hal ini dilakukan kader karena menurut kader, meskipun sudah disampaikan rencana ke kantor desa, petugas lintas sektor tidak berkunjung rutin pada posyandu dan kader sudah terbiasa melaksanakan posyandu tanpa menyampaikan rencana ke kantor desa. Praktik yang kurang pada hari buka posyandu adalah sebagian besar kader belum mengisi KMS secara lengkap dan kader tidak memberikan penyuluhan kesehatan pada sasaran posyandu. Kader tidak mengisi secara lengkap KMS balita terjadi pada kader baru yang belum mengikuti pelatihan, sehingga ketrampilan pengisian KMS dan SIP (Sistem Informasi Posyandu) masih kurang, sedangkan tidak
memberi penyuluhan pada pengunjung posyandu dikarenakan kader merasa kurang percaya diri karena kurangnya informasi kesehatan yang mereka miliki. Untuk praktik kader yang kurang pada paska kegiatan posyandu diantaranya adalah tidak memindahkan catatan pada KMS ke buku bantu kader dan tidak melakukan kunjungan pada sasaran posyandu. Tidak melakukan kunjungan rumah pada sasaran posyandu dikarenakan keterbatasan sarana alat transportasi sehingga kader tidak bisa melakukan kunjungan rumah pada sasaran posyandu yang harus dikunjungi secara optimal. Berdasarkan analisis multivariat ternyata variabel yang berhubungan bermakna dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu adalah variabel pengetahuan. Hasil analisis didapatkan OR pengetahuan sebesar 3.615, sehingga dapat diartikan bahwa kader posyandu yang memiliki pengetahuan memiliki kemungkinan berpraktik 3x lebih dalam pelaksanaan posyandu dibandingkan dengan kader posyandu yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengertian, sasaran, kegiatan posyandu dan tugas kader. Hasil ini sesuai dengan teori L.Green dalam Notoatmodjo (2005), yang menyatakan perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposing yaitu faktor yang mempermudah seseorang atau masyarakat berperilaku (dalam hal ini adalah pengetahuan kader tentang pengertian, sasaran, kegiatan,tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dan sikap kader terhadap tugas-tugas kader), reinforcing faktor yaitu faktor yang memperkuat dan mendukung seseorang atau masyarakat berperilaku (dalam hal ini adalah dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan). Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa kader yang memiliki pengetahuan tentang pengertian, sasaran, kegiatan,tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dan sikap yang mendukung (dalam arti kader secara ikhlas melaksanakan tugas dan fungsinya), didukung penuh dari petugas kesehatan dalam bentuk pendampingan pelaksanaan posyandu dalam ketrampilan administrasi dan penyuluhan akan berpraktik lebih dalam pelaksanaan posyandu meliputi lima kegiatan, dan akan berpraktik lebih dalam penyuluhan maupun pengisian SIP. 4. Analisa Bivariat a. Hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas,fungsi, syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam Hasil analisis hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian posyandu, tugas-tugas kader, fungsi dan syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas,fungsi, syarat menjadi kader dengan praktik pelaksanaan posyandu No. Pengeta huan kader 1 tidak 2 kurang Praktik pelaksanaan posyandu Kurang Baik Total N % N % N % 17 77, 27 19 39, 58 5 22, 73 29 60, 42 X 2 = 8.579 p value = 0.003 Ho = ditolak 22 100 48 100 Pada tabel 1. diatas, disajikan bahwa proporsi kader yang memiliki pengetahuan tentang pengertian, tugas, fungsi, syarat menjadi kader tidak, yang berpraktik kurang
sebesar 77,27% kader lebih besar dari kader yang berpraktik sebesar 22,73%, untuk kader yang memiliki pengetahuan yang kurag yang berpraktik sebesar 60,42%, lebih besar dari kader yang berpraktik kurang yaitu sebesar 39,58%. Hasil uji asosiasi chi square didapatkan nilai p value sebesar 0.003 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu diwilayah kerja puskesmas wonokerto kabupaten pekalongan. b. Hubungan antara sikap kader terhadap tugas kader dengan praktik kader dalam Hasil analisis hubungan antara sikap kader terhadap tugas kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu disajikan pada tabel berikut : No. Tabel 2. Hubungan antara sikap kader terhadap tugas-tugas kader dengan praktik pelaksanaan posyandu Sikap kader 1 Tidak setuj u 2 Setuj u Praktikpelaksanaan posyandu Kurang Baik Total N % N % N % 20 71,43 8 28,5 7 16 38,09 2 6 61,9 1 2 8 4 2 X 2 = 7.473 p value =0.006 Ho = ditolak 100 100 Tabel 2. diatas menunjukkan bahwa kader yang bersikap setuju yang berpraktik 61.91% lebih besar dari yang berpraktik kurang (38,09) untuk kelompok kader yang bersikap tidak setuju yang berpraktik kurang sebesar 71,43% lebih besar dari yang berpraktik (28,57%). Adapun hasil uji chi square didapatkan nilai p value sebesar = 0.006 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara sikap kader terhadap tugastugas kader dengan praktik kader dalam SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan sebanyak 67,1% kader atau sejumlah (47 kader) masih kurang pada praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, hanya 32,9% kader (23 kader) sudah pada praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, praktik kader yang kurang optimal dalam hal penyusunan RTL (rencana tindak lanjut) ketrampilan dalam memberikan penyuluhan, dan kunjungan ke rumah/ wawan muka untuk sasaran posyandu dikarenakan kurangnya pendampingan petugas kesehatan utamanya dalam pembekalan ketrampilan administratif dan penyuluhan, minimnya media suluh yang ada, keterbatasan waktu, dana dan alat transportasi bagi kader untuk melaksanakan kunjungan rumah. DAFTAR PUSTAKA Ismawati, Cahyo. Posyandu & Desa Siaga. Yogyakarta. 2010. Zulkifli. Posyandu dan Kader Kesehatan. Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat-versi HTML. Jenis berkas : PDF/Adobe Acrobat-versi HTML.www.digilib.usu.ac.id/modules.php?op= modload&name=downloads&files=index&req =getit&lid=473 (diakses pada tanggal 10-10- 2010). Muslimpinang. Jurnal Evaluasi Penimbangan Balita di Kota Tanjung Pinang. Tanggal 8 April 2008. Departemen Kesehatan RI. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 1999.
Sucipto, Edy. Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kader Posyandu dalam Penimbangan Balita dan Cakupan D/S di Posyandu di Wilayah Puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan. Tesis. 2009 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu.2007 Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Jawa Tengah, 2008, Panduan Penghitungan Strata Posyandu secara Kuantitatif di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008. SE Menteri Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :411.3/1116/SJ Tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Ridwan, dkk. Revitalisasi Posyandu Pengaruhnya terhadap Kinerja Posyandu di kabupaten Trenggamus. KMKP Universitas Gajah Mada. 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2005 Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta.2007 Green, L dan Marshall Kreuter. Health Promotion Planning An Educational and Environtmental Approach. 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. 2006. Surat Edaran Menteri dalam negeri No. 411.3/536/SJ, tahun 1999 Yunardi. Manajemen Program Revitalisasi Posyandu di puskesmas kabupaten Bungo. Thesis. 2007. Torik. Peranan Kader Posyandu dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Study kasus di kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang). Skripsi. 2005. Pratiknya, Watik. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Raja Grafindo. Jakarta. 2001. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka cipta.2001. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2002. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta. 2002. Kusnanto, Hari. Metode Kualitatif dalam riset Kesehatan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Brockopp, Dorothy young. Dasar-dasar riset keperawatan.ecg. Jakarta. 1999. Karsidi, Ravik. 2000. Pengembangan Instrumen dalam penelitian sosial. Makalah disampaikan dalam Latihan penelitian tingkat dasar / LPTD. Ismawati, Cahyo, dkk. Posyandu & Desa Siaga Panduan Untuk Bidan & Kader. Yogyakarta : Muha Medika. 2010 Gubernur Jawa Tengah. Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 67 tahun 2006 tentang Pedoman Operasional Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Model di Propinsi Jawa Tengah. Semarang.2006