1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)

KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Powered by TCPDF (

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2009 TENTANG BUSANA RESMI DUTA WISATA CAK DAN NING SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SOLO PUTRI SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA SALON RIAS PENGANTIN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

Universitas Sumatera Utara

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 TENTANG

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

DAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Data B. Pembahasan Data... 77

BAB II. KEBAYA DAN ADITY BOUTIQUE HOUSE OF KEBAYA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

NOMOR : 12 TAHUN 2010

Keragaman Kebaya Pengantin Gaya Solo (Studi Deskriptif mengenai Makna Kebaya Gaya Solo Dalam Prosesi Pernikahan di Surabaya)

Kajian Perhiasan Tradisional

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB 2 DATA DAN ANALISA

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

Gambar Cover buku

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

I. PENDAHULUAN. Industri kecil mempunyai peranan penting tidak saja di negara-negara sedang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN. Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB III SURVEY LAPANGAN

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KIAT CANTIK DI HARI RAYA

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN KOREA. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI MAJENE NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

I. PENDAHULUAN. kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya

-29- A. PAKAIAN DINAS UPACARA 1. PAKAIAN DINAS UPACARA-I. a. PDU-I PRIA

Transkripsi:

3.1. Tasikmalaya BAB III SULAMAN PADA KEBAYA PENGANTIN ADAT SUNDA TASIKMALAYA Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten daerah tingkat II. Secara administratif termasuk dalam propinsi daerah tingkat I Jawa Barat. Terbagi atas 25 kecamatan. kabupaten Tasikmalaya mempunyai luas 274.900,30 ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : sebelah Timur berbatasan dengan Kabubaten Ciamis, sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Garut, sebelah Selatan berbatasan dengan samudra Indonesia, dan sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Sumedang dan Majalengka. 3.1.1. Kondisi Sosial Budaya Penduduk Tasikmalaya terdiri dari berbagai suku pendatang dari Iuar daerah, terutama berasal dari Cina. Sebagian besar penduduk menganut agama Islam dan samapai kini masih berpegang teguh pada adat. Pengaruh 'kokolot' (orang tua) cukup mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam upacara adat. Upacara adat biasa diadakan pada bulan-bulan tertentu, misalnya bulan Maulud. Muharam, dan Puasa. Mata pencaharian penduduk Tasikmalaya sebagian besar adalah pertanian. Dalam perkembangannya, daerah Tasikmalaya tidak bisa terlepas dari peristiwaperistiwa sejarah, diantaranya : a. Galunggung menurut prasasti Geger Hanjuang b. Periode pemerintahan di Sukakerta c. Berdirinya Sukapura dan perkembangannya d. Perpindahan Ibukota kabupaten Sukapura dari Sukaraja ke Manonjaya e. Perpindahan Ibukota Sukapura dari Manonjaya ke Tasikmalaya, yang kemudian diikuti perubahan nama kabupaten Sukapura menjadi kabupaten Tasikmalaya. f. Kabupaten Tasikmalaya dalam lingkungan Negara Republik Indonesia. Berikut ini akan diuraikan beberapa dari peristiwa-peristiwa bersejarah, diantaranya Galunggung menurut prasasti Geger Hanjuang, dan perpindahan Ibukota kabupaten Sukapura dari Manonjaya ke Tasikmalaya, yang kemudian diikuti perubahan nama kabupaten Sukapura menjadi kabupaten Tasikmalaya. www.stisitelkom.ac.id 1

a. Galunggung menurut prasasti Geger Hanjuang Nama Galunggung itu menurut kepercayaan rakyat setempat mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan masyarakat. Nama Galunggung dihati mereka merupakan kebanggaan hati sanubarinya. Sehingga terlontar kata tereuh Galunggung, turunan Galunggung, elmu Galunggung, uga Galunggung. Prasasti Geger Hanjuang, mengemukakan dua pembuktian penting yaitu : peristiwa Ngosuk dan Tokoh Batarihyang. a. Peristiwa Ngusuk Isi prasasti Geger Hanjuang memberitakan, bahwa dalam tahun 1033 Saka, Ruma (n) tak disusu (k) ku Batarihyang. Peristiwa nyusuk diberitakan oleh tiga prasasti dan sebuah kropak 632. Kata ngusuk artinya - marigi membuat parit pada kropak 632 disebutkan : Rahyang Banga Nyusuk Na Pakuwan. Dalam prasasti kawali disebutkan prabu wastu marigi sakililing dayeuh. Dalam negara Kertabumi diartikan amegahing pakuwan. Jelasnya kata nyusuk diartikan membuat parit untuk memperkokoh keraton. b. Tokoh Batari Hyang Ia disebut Batari Hyang karena dirinya seorang wanita. Ia ratu Galunggung yang secara turun temurun berkedudukan sebagai Batara Dangiang guru. Ia juga menyelenggarakan upacara tanggal 21 Agustus 1111 di Geger Hanjuang dan penobatan Batari Hyang sebagai penguasa atau raja. b.ferpindahan Ibukota kabupaten Sukapura dari Sukaraja ke Manonjaya. Lahirnya Sukapura didahului oleh masa bergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung leblh kurang 10 tahun. Perpindahan Ibukota Sukapura dimulai dari jaman cultuur stelsel. Belanda memerintahkan menanam nila. Karena di Sukapura tidak berhasil, maka Bupati Wiradadaha VIII dipecat tahun 1811. Keadaan Sukapura menjadi lemah. Pada tahun 1831 Wiradadaha VIII diangkat kembali menjadi Bupati. Pada laman inilah nama Sukapura diganti menjadi Sukapura Ngadaun Ngora. Tahun 1832 Bupati Wiradadaha VIII memindahkan Ibukota kabupaten dari Sukaraja ke Manonjaya, yang pada waktu itu disebut Harjawihangun. Sukapura pada masa sekarang disebut dengan Tasik- malaya. Di daerah Tasikmalaya, ada satu adat yanq merupakan ciri khas daerah tersebut, yaitu adat pernikahan. Pernikahan ini dikhususkan untuk golongan bangsawan. wawancara dengan Hajjah Momoh dari kantor Kebudayaan Tasikmalaya, tanggal 1 Februari 1998 ). www.stisitelkom.ac.id 2

3.1.2. Sejarah Pernikahan Sukapura Pada masa kerajaan Galunggung yang dipimpin oleh seorang raja perempuan bernama Batari Hyang, ada daerah bernama Sukapura. Daerah ini memegang teguh perbedaan golongan masyarakat, yaitu golongan menak, ada menak dari keturunan Raden atau menak karena jadi pegawai negri yang disebut priyayi, dan golongan cacah. ( wawancara dengan B.J. Soedrajat, salon dan penyewaan pakaian pengantin adat Sunda di jalan Kalertoran 12, Tasikmalaya, tanggal 1 Februari 1998). 3.1.3. Tata Cara Pernikahan Sukapura Tata cara upacara adat Sunda mempunyai tiga tahapan acara, yaitu : a. Upacara Penyambutan Dalam upacara penyambutan biasanya terdiri dari penyambutan kedatangan rombongan mempelai pria serta sambutan dari kedua helah pihak. b. Walimahan Yang dimaksud dengan acara walimahan adalah upacara Ijab antara wali mempelai wanita dengan mempelai pria. Dalam acara walimahan selalu mengikuti Syariat Islam, karena sebagian besar penduduk Sukapura beragama Islam. c. Resepsi Resepsi adalah upacara pernikahan yang dilakukan sebagai cerminan dari rasa syukur setelah melaksanakan walimahan. Dalam acara resepsi ini sebelum melibatkan para undangan ada upacara tersendiri dari keluarga kedua mempelai, seperti sawer, nincak endog, buka pintu, dan huap lingkung, setelah acara - acara tersebut selesai baru acara untuk undangan, seperti parasmanan, dan acara hiburan. ( wawancara dengan Hajjah Enok, pengusaha bordir busana muslim dan busana pengantin adat Sunda, Tasikmalaya tanggal 1 Februari 1998 ). Dalam acara pernikahan Sukapura pada dasarnya mempunyai tata cara yang sama dengan upacara pernikahan adat Sunda yang lainnya. Perbedaan yang nampak kelihatan jelas adalah acara walimahan, walimahan selalu dilakukan di dalam Masjid, juga dalam pemakaian payung digunakan payung cawiri. Payung cawiri tersebut mempunyai bentuk yang khas, diantaranya mempunyai tangkai payung yang panjang serta pada bagian pinggiran payung menggunakan rumbai-rumbai. 3.1.4. Tata Cara Pernikahan Tasikmalaya Sekarang Dalam upacara pernikahan di Tasikmalaya, sekarang Sunda yang lain, seperti : upacara penyambutan, walimahan dan resepsi. Dalam upacara pernikahan Tasikmalaya pada acara walimahan terkadang dilaksanakan di Masjid dan dilakukan di rumah. www.stisitelkom.ac.id 3

Busana yang digunakan dalam upacara pernikahan di Tasikmalaya sekarang tidak menggunakan busana yang khusus seperti halnya dalam acara pernikahan Sukapura. Dimana busana yang digunakan tidak mempunyai ciri tersendiri. 3.2. Busana Pengantin Adat Sunda Pada sub bab sebelumnya menerangkan, bahwa busana adalah segala sesutu yang dikenakan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Busana selain bersifat pokok misalnya : sarung, kain, dan kebaya, juga bersifat melengkapi misalnya : tas, sepatu, dan selendang, serta bersifat menambah keindahan misainya : kalung, cincin, dan pita rambut. Begitu juga dengan busana yang dikenakan oleh pengantin adat Sunda. Busana pengantin adat Sunda secara umum terdiri dari: a. Busana yang bersifat pokok adalah : kebaya dan kain panjang. b. Busana yang bersifat melengkapi adalah : alas kaki, berupa selop, dan ikat pinggang, atau benten. c. Busana yang bersifat menambah keindahan, diantaranya gelang, bros, kembang goyang, dan siger. Khusus pada busana yang bersifat pokok maka busana pengantin adat Sunda mempunyai bentuk tersendiri, yaitu bentuk busana kebaya. Busana kebaya merupakan busana asli suku Sunda. Busana ini dipakai selain untuk acara-acara tertentu, juga dipakai sebagai busana sehari-hari. Perbedaannya hanya terdapat pada, bahan, motif, dan teknik pembuatannya. 3.2.1. Kebaya Sunda Kebaya Sunda terdiri dari dua jenis, yaitu kebaya cowak berupa kebaya dengan model kerah yang dicowak, dan Kartini atau kebaya Sartika berupa kebaya dengan kerah berbentuk V. Bahan yang bisa digunakan untuk kebaya diantaranya : katun, sutra, brokat, sateen, dan beludru. Kebaya yang digunakan untuk busana sehari-hari suku Sunda berbeda dengan kebaya yang digunakan untuk busana pengantin. Kebaya untuk busana sehari-hari terkesan lebih sederhana dibanding dengan kebaya untuk busana pengantin. Kebaya untuk sehari-hari biasanya terbuat dari bahan katun, tetapi kebaya untuk pengantin terbuat dari bahan satin, sutra, dan brokat. Pada kebaya pengantin akan lebih terkesan mewah, untuk menampilkan kesan tersebut, salah satu cara yang digunakan adalah dengan penambahan hiasan pada kebaya. Penambahan hiasan bisa dilakukan dengan teknik sulman, baik berupa sulaman benang emas dan sulaman dengan manik-manik payet. www.stisitelkom.ac.id 4

3.3. Sulaman pada Busana Kebaya Pengantin Adat Sunda di Sukapura Busana pengantin wanita Sunda di. Sukapura dibagi menjadi tiga sifatnya yaitu : a. Busana yang bersifat melengkapi Pada bagian ini, pengantin wanita memakai selop yang berselop yang bertumit tinggi kira-kira sepuluh sentimeter. Ada yang mengenakan selop berwarna hitam, dan ada pula yang berwarna gading. Bagian atas selop tersebut biasanya disulam dengan benang emas. Pengantin wanita juga memakai ikat pinggang yang biasa yang disebut benten. Pemakaian benten mempunyai fungsi praktis dan estetis. Dengan menggunakan benten ini maka kain yang dikenakan pengantin akan terikat menjadi kencang, kemudian secara tidak langsung akan membentuk pinggang menjadi ramping. b. Busana yang bersifat menambah keindahan Pada bagian ini, pengantin wanita antara lain mengenakan : 1. Kembang goyang yang ditancapkan pada sanggul pengantin sebanyak tujuh tangkai. Bagian atasnya yang berbentuk bunqa dan berhiaskan batubatuan berkilau menghadap ke depan. 2. Pemakaian kalung Ada dua untai kalung yang dikenakannya, yaitu kalung permata dan kalung panjang. Kalung permata biasanya pendek melingkari leher agak ke bawah, dan bandulnya berhiaskan batu-batuan mulia yang berkilauan. Sedangkan kalung panjang terjuntai melewati baglan bawah pusat, dan bertemu dengan ujung bawah lidah kebaya. 3. Pemakaian Siger merupakan perhiasan kepala terbuat dari logam mulia bermatakan batu-batuan. Siger dipasang kemudian berturut-turut melingkari samping dan belakang kepala Siger pengantin Sukapura ada dua jenis, yaitu Siger Subadra dan Srikandi. Siger Subadra melambangkan sifat wanita yang setia kepada seorang pria sejak masa tunangan sampai hidup rumah tangga. Siger Srikandi bermakna agar pengantin perempuan mempunyai keberanian dan bertanggung jawab atas keselamatan keluarga dan dapat membantu suami dengan sebaik-baiknya. c. Busana yang Bersifat Pokok Pada bagian ini, pengantin wanita mengenakan busana kebaya, busan ini selain berfungsi estetis juga berfungsi simbolis. Fungsi estetis dimaksudkan agar dengan memakai kebaya ini penampilan pengantin wanita lebih feminin. Fungsi simbolis pada pemakaian busana kebaya selalu dikaitkan dengan warnanya. Warna putih mempunyai makna suci sebagai setelan busana kebaya putih, pengantin wanita Sukapura biasa mengenakan kain dengan motif rereng eneng, rereng famor, atau garutan. Pada perkembangan selanjutnyapengantin biasa www.stisitelkom.ac.id 5

mengenakan kain sidomukti. Pemakaian kain sidomukti mengandung fungsi simbolis, yaitu sido berarti terus menerus, mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. Jadikain sidomukti melambangkan harapan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan yang kekal untuk kedua mempelai. Busana kebaya yang dipakai oleh pengantin wanita Sukapura, biasanya menggunakan hiasan sulaman. Hiasan sulaman pada kebaya tersebut mempunyai jenis, teknik sulaman, dan motif sulaman yang khusus. 3.3.1. Teknik dan Motif Sulaman Pada kebaya pengantin Sukapura, teknik dan motif sulaman yang di pakai mempunyai ciri kh as tersendiri. Teknik sulaman yang dipakai adalah menyulam dengan tangan dengan alat bantuan midangan, pemakaian tusuk sulam yang digunakan adalah tusuk satin, tusuk rantai, dan tusuk jelujur. Benang yang digunakan adalah benang warna emas. Motif yang digunakan adalah bunga sekar tanjung dan bunga sedap malam. Bahan, motif, dan teknik sulam pada kebaya pengantin Sukapura adalah sebagai berikut : BAHAN MOTIF TEKNIK - Bunga sekar - Sulam tanjung menggunakan - Bunga sedap malam tangan,dengan - Katun polos warna putih - Sutra polos warna putih benang warna emas bantuan sulam midangan Keterangan : Bagan mengenai teknik dan motif sulaman kebaya pengantin sukapura jarum dan 3.3.2. Arti dan Motif Sulaman Pemakaian motif sulaman pada kebaya pengantin Sukapura, pada dasarnya tidak mempunyai arti khusus. Alasan pemakaian motif bunga sedap malam dan bunga tanjung adalah, karena ratu Batari Hyang raja kerajaan Sukapura sangat menyukai bunga tersebut. ( wawancara dengan B.J. Soedrajat, salon dan penyewa pakaian pengantin adat Sunda, Tasikmalaya tanggal 1 Februari 1998 ).3.3.3. Sulaman pada Busana Kebaya Pengantin Adat Sunda Tasikmalaya Sekarang : Busana yang dipakai oleh pengantin wanita Tasikmalaya pada umumnya adalah www.stisitelkom.ac.id 6

a. Kebaya berwarna putih dan bahannya dari brokat. b. Kain yang bercorak rereng. c. Selop atau sandal yang umumnya berwarna hitam. Khusus pada kebaya pengantin wanita ada penambahan hiasan dengan menggunakan teknik : sulam, hiasan sulaman pada kebaya tersebut baik dari segi teknik dan motif tidak akan sama dengan kebaya pengantin Sukapura. 3.3.4. Jenis, Teknik, dan Motif Sulaman Pada kebaya pengantin Tasikmalaya teknik dan motif sulaman yang digunakan lebih bervariasi lagi. Dalam segi teknik tidak hanya menggunakan sulaman tangan tetapi juga menggunakan sulaman mesin. Dalam penggunaan tusuk sulam, tusuk sulaman yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan diantaranya : tusuk satin, tusuk rantai, tusuk tangkai, dan masih banyak lagi. Dalam segi motif, diqunakan beberapa masam motif bunga, misalnya melati, mawar, anggrek, dan rose. Selain motif bunga, motif juga disesuaikan dengan pihak yang menggunakan kebaya tersebut. ( wawancara dengan Hajjah Haryati, pengusaha bordir untuk keperluan busana muslim dan busana pengantin adat Sunda. Tasikmalaya, tanggal 1 Februari 1998 ). Bahan, motif, dan teknik sulaman kebaya pengantin Tasikmalaya adalah sebagai berikut : Bahan Motif Teknik - Kartun Polos warna bebas - Sutra polos warna bebas - Sutra corak - Crepe warna bebas - Sifon warna bebas - Tule warna bebas - Brokat warna bebas - Benang emas,perak, dan warna - Manic-manik dan payet Hampir semua jenis kain, kecuali yang bersifat elastis tidak - Mawar - Melati - Ros - Anggrek - Motif yang terdapat pada brokat - Motif disesuaikan dengan keinginan konsumen - Menyulam dengan tangan - Menyulam dengan menggunakan mesin www.stisitelkom.ac.id 7

dapat dipakai Keteran gan : Bagan mengenai baban, motif, dan teknik sulaman kebaya Pengantin Tasikmalaya 3. 3. 5. Ar t i M o tif Sulama n Motif sulaman pada busana pengantin Tasikmalaya sekarang, tidak mempunyai makna-makna yang khusus. Penerapan motif sulaman hanya berfungsi sebagai keindahan saja. Salah satu alasannya adalah kebaya pengantin Tasikmalaya sekarang lebih bersifat okonomis, karena motif sulaman disesuaikan dengan keinginan konsumen. www.stisitelkom.ac.id 8