BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Sebagai bahan kajian untuk memperoleh teori dasar yang relevan guna mendukung permasalahan yang diajukan dan bisa mencapai sasaran yang diharapkan. 1. Pengertian Kerajinan Kerajinan menurut Sumintarsih (2001) dalam Isyanti (2003 : 17) kerajinan merupakan bagian dari hasil karya manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan manusia pendukungnya. Kerajinan tersebut membutuhkan modal ketelitian, keuletan, ketekunan dan mengandalkan keterampilan tangan. Chairin Haryati Yoedowinata (1987 : 2-3) berpendapat bahwa kerajinan atau craft diartikan sebagai suatu karya yang dikerjakan memakai alat sederhana dengan mengendalikan kecekatan tangan, dikerjakan oleh pribadi terlatih. Craft biasanya dikerjakan oleh pengrajin-pengrajin daerah terutama dengan dasar industri rumah tangga. Menurut Soepratno dalam Krisnadi (2004 : 7) sebagai berikut seni kria (kerajinan) yaitu sejenis kegiatan atau keterampilan yang dapat menghasilkan barang-barang yang bermutu seni, jadi hasil karya kerajinan tersebut dibuat sesuai dengan rasa keindahan dan ide-ide murni sehingga menjadi bentuk barang yang indah dan menarik. Hasan Shadily (1990 : 19) berpendapat bahwa kerajinan adalah jenis kesenian yang menghasilkan berbagai barang perabotan, hiasan atau barangbarang lain yang artistik, terbuat dari kayu, besi, porselin, emas gading, katun tenunan, dan sebagainya. SP. Gustami (2000 : 6) menyatakan cabang-cabang seni kerajinan diantaranya seni batik, tenun, ukir kayu, topeng, anyam rotan, keramik, wayang kulit, wayang golek, gamelan, keris, perhiasan dan lain sebagainya. Kerajinan merupakan hasil karya yang dihasilkan manusia, biasanya kerajinan berupa barang yang terbuat to user dari bahan yang bermacam-macam 5

2 6 seperti logam, kayu, bambu, tulang, kulit dan masih banyak lagi lainnya. Pada proses pembuatan kerajinan membutuhkan keahlian khusus dari pengrajin. Bahan dan alat yang dibutuhkan juga harus memadai, agar produk yang dihasilkan bagus dan berkualitas. 2. Perhiasan a. Pengertian Perhiasan Husni & Siregar (2000 : 1) kata perhiasan bentuk dasarnya adalah hias. Menurut Buku Kamus Bahasa Indonesia, edisi kedua, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, kata hias adalah kata kerja yang berarti memperelok diri dengan pakaian dan sebagainya yang indah-indah, atau berdandan. Kata hias bila dilekati konfiks per-an menjadi perhiasan statusnya berubah menjadi kata benda yang berarti barang apa yang dipakai untuk berhias. Kamus Bahasa Indonesia (1996 : 348) perhiasan berasal dari kata hias yang artinya indah/cantik. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke II (1995 : 19) perhiasan yaitu barang tambahan yang artinya barang berfungsi sebagai pelengkap dan pemanis busana. Perhiasan adalah sebuah benda yang digunakan untuk merias atau mempercantik diri. Perhiasan biasanya terbuat dari emas ataupun perak dan terdiri dari berbagai macam bentuk mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin dan lain-lain. Biasanya perhiasan diberikan untuk hadiah. Perhiasan mempunyai bentuk beragam mulai dari bulat, hati, kotak dan lain-lain. Perhiasan biasanya berasal dari bahan tambang. ( Perhiasan adalah sebuah hasil karya yang diciptakan oleh manusia. Berbagai macam jenisnya antara lain bros, kalung, anting, gelang, cincin dan lain-lainnya. Perhiasan telah dikenal manusia dari zaman dahulu sampai sekarang. Mulai dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana seperti daun, bunga, kayu, batu, tulang, kulit kerang. Sekarang bahan yang digunakan sudah mengalami perkembangan seperti dari bahan kaca, tembaga, emas, perak to dan user sebagainya.

3 7 Perhiasan digunakan sebagai sarana untuk memperindah diri. Meskipun zaman dahulu banyak digunakan sebagai sarana upacara ritual, penolak bala (jimat), simbol dari status sosial dan melengkapi pakaian penari. Sekarang ini perhiasan lebih istimewa dipakai saat acara pernikahan. Tata rias pengantin yang dilengkapi dengan perhiasan dapat menambah nilai keindahan dari diri pengantin. Gambar-gambar perhiasan : Gambar 2.1. Perhiasan pada pakaian adat pengantin Jawa Tengah. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 24) to user

4 8 Gambar 2.2. Perhiasan kepala Mahkota Kembang Goyang dan Untaian Melati wanita Banjar. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 28) Gambar 2.3. Perhiasan kepala dan telinga merupakan kebanggaan tingkat sosial suku Dayak. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 44) to user

5 9 Gambar 2.4. Perhiasan yang bentuknya emas permata merupakan lambang kemewahan dan kecantikan. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 28) Gambar 2.5. Perhiasan tangan dan jari digunakan untuk menari. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 49) to user

6 10 Gambar 2.6. Perhiasan kepala wanita Bali yang dikenakan untuk menari. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 30) b. Jenis-Jenis Perhiasan 1) Perhiasan Kepala a) Perhiasan Rambut Perhiasan rambut yang dikenakan oleh pengantin perempuan dan laki-laki di setiap daerah lebih berfungsi sebagai pelengkap busana. Perhiasan rambut yang dikenakan dengan cara disisipkan diantara rambut disebut sunting dan bila sunting dipadu dengan sebuah sisir disebut sisir hias/suri. Sedangkan hiasan rambut yang dikenakan dengan cara ditusukkan pada sanggul/ konde disebut tusuk sanggul/tusuk konde. b) Perhiasan Dahi Perhiasan dahi adalah perhiasan yang dikenakan melingkar sepanjang dahi, dikenal dengan istilah jamang. Jamang lazim digunakan sebagai benda aksesori atau perhiasan kepala pengantin perempuan di beberapa daerah Sumatera. Perhiasan yang dipakai to di user dahi disebut patam dhoi, berbentuk

7 11 tiara (mahkota) yang diletakkan di dahi. Perhiasan ini pada umumnya dibuat dari emas atau suasa. Tiara patam dhoi dihiasi juga dengan butir-butir permata yang beraneka warna. c) Perhiasan Telinga Perhiasan telinga adalah perhiasan yang dikenakan pada bagian telinga umumnya oleh perempuan, berfungsi sebagai pelengkap perhiasan untuk mempercantik penampilan si pemakai. Perhiasan telinga yang dikenakan dengan cara digantung pada ujung daun telinga disebut antingan, sedangkan yang dikenakan dengan cara ditusukkan pada ujung daun telinga bagian bawah disebut giwang atau subang, dan yang dikenakan dengan menjepitkan disebut sumping. Pada lempengan ini hanya diberi bentuk ragam hias dengan motif daun-daunan, teknik pembuatannya dengan cara tuangan atau cetakan. (Husni & Siregar, 2000 : 53-55) 2) Perhiasan Badan Perhiasan badan terdiri dari perhiasan leher, dada, pinggang, tangan dari jari. Jenis perhiasan badan antara lain : kalung, bros, selempang, ikat pinggang, gelang lengan, gelang tangan, dan cincin. a) Perhiasan Leher Perhiasan leher pada umumnya berupa perhiasan kalung. Bentuknya ada yang terdiri dari dua komponen yaitu rantai dan liontin, tetapi ada juga yang hanya terdiri dari satu komponen yakni berupa rantai saja. b) Perhiasan Dada Perhiasan ini umumnya berupa bros dan selempang. Bros adalah sejenis perhiasan yang dikenakan dengan memakai peniti pengait disematkan pada busana bagian dada. Selempang adalah sejenis hiasan yang melingkar dari bahu kiri sampai pada bagian pinggang kanan atau to user sebaliknya.

8 12 c) Perhiasan Tangan Perhiasan tangan adalah sejenis perhiasan yang dikenakan pada lengan atas, siku, dan pergelangan tangan, jenis perhiasan tangan terdiri dari kelat bahu dan gelang tangan. d) Perhiasan Jari Perhiasan jari pada umumnya berupa cincin, bentuknya lingkaran kecil. Cincin dapat dibuat dari emas, perak, suasa atau tembaga. Untuk memperindah bentuk cincin dapat diletakkan batu permata, dan ada juga cincin yang diberi hiasan huruf yang biasanya huruf awal nama seseorang. Bagi sepasang pengantin yang akan melaksanakan akad nikah, adakalanya melaksanakan tukar cincin yang ini disebut cincin pertunangan. (Husni & Siregar, 2000 : ) 3) Perhiasan Kaki Perhiasan kaki adalah perhiasan yang melingkar pada bagian betis dan pergelangan kaki. Perhiasan ini dapat dibuat dari emas, perak, tembaga sepuh emas. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang jarang sekali memakai perhiasan gelang kaki saat berpergian atau menghadiri upacara-upacara resmi. Perhiasan ini hanya digunakan pada saat membawakan tari adat. Tarian adat yang ditarikan oleh pemuda pemudi yang memakai perhiasan pada betis kakinya untuk menambah semaraknya bunyi irama tari-tarian tersebut. (Husni & Siregar, 2000 : 184) Jenis-jenis perhiasan terdiri dari tiga bagian, yaitu perhiasan kepala, perhiasan badan dan perhiasan kaki. Perhiasan kepala meliputi mahkota, tusuk konde dan anting. Perhiasan badan meliputi kalung, bros, gelang tangan dan cincin. Perhiasan kaki meliputi gelang kaki. Perhiasan mempunyai jenis yang bermacam-macam dan bentuk yang beragam. Bentuk dan motif hiasannya juga berbedabeda disetiap daerah. to user

9 13 3. Bros a. Pengertian Bros Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Daryanto, SS (1998 : 107) bros adalah perhiasan bermata mutiara yang disematkan pada pakaian (bagian atas, baju dan sebagaianya). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 166) bros adalah perhiasan terbuat dari emas, perak, dan sebagainya. Bermata intan (berlian, mutiara, dsb) yang disematkan pada pakaian (biasanya di bagian dada). Menurut Harini Endang (2001 : 9) bros adalah ornamen peniti yang digunakan bersama dengan pakaian biasanya bros ini dipakai untuk memperindah hiasan lain yang telah dipakai. Bros adalah benda perhiasan dekoratif yang dirancang agar dapat terpasang disematkan ke pakaian atau media lain. Pada bagian belakang bros terdapat jarum dan kait seperti peniti untuk menyematkan perhiasan ini pada kain. Selain dikenakan pada pakaian, ada beberapa jenis bros yang berfungsi sebagai ikat atau hiasan rambut. Secara historis, bros pertama kali dikenal pada zaman Perunggu. Awalnya bangsa Romawi, Yunani, dan bangsa Jerman dan suku yang bermigrasi di Eropa dari zaman Perunggu menggunakan gesper hias. Bros berfungsi sebagai perhiasan, namun kadang-kadang juga berfungsi sebagai pengancing pakaian, yaitu sebagai peniti dengan bentuk yang lebih besar dan lebih cantik. (Iva Hardiana, 2013 : 4) Bros adalah perhiasan yang cara memakainya dengan cara disematkan atau dikaitkan pada pakaian (biasanya di bagian dada) atau media lain menggunakan peniti yang terpasang di belakang bros tersebut. Selain itu, bros biasanya dihiasi dengan batu permata seperti intan, berlian, mutiara baik yang asli maupun yang imitasi atau tiruan. b. Jenis-Jenis Bros Bros biasanya terbuat dari logam mulia, seperti emas atau perak, tapi logam lain seperti perunggu, kuningan atau beberapa materi lainnya juga lazim digunakan sebagai bahan. to user Kini bahan pembuat bros sudah

10 14 sangat beragam, seperti kristal, manik-manik, kayu, keramik, kaca, berbagai jenis kain hingga plastik. Bros seringkali dihiasi dengan intan atau bertatahkan batu permata baik yang asli maupun yang imitasi. (Iva Hardiana, 2013 : 4) Bros mempunyai banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan. Selain dapat dikenakan pada pakaian untuk memperindah diri dalam berpakaian, bros juga dapat dikenakan pada jilbab sebagai pengait dalam memakai jilbab. Bros mempunyai banyak pilihan, mulai berasal dari bahan kain, rajutan, plastik, logam maupun bahan-bahan yang lainnya. Gambar-gambar bros : Gambar 2.7. Bros dari bahan kain. (Sumber : Iva Hardiana, 2013 : 5) Gambar 2.8. Bros dari bahan logam. to user (Sumber : Suryati, 2003 : 104)

11 15 B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dari Dian Cahyadi berjudul Pemberdayaan Potensi Desain Perhiasan Kandawarik Dan Strategi Pengembangannya Di Sulawesi Selatan : Studi kasus pada pengrajin perhiasan emas / perak di Borong, Kota Makassar Tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat disimpulkan : Perhiasan Kandawarik merupakan suatu warisan yang dihasilkan melalui perjalanan panjang dalam sejarahnya, sebagai potensi yang memiliki nilainilai tradisi. Sebagai sebuah produk, perhiasan Kandawarik memiliki potensi besar sebagai aset budaya dan aset ekonomi. Arah pengembangan desain yang dihasilkan diharapkan mampu bersaing di pasar perhiasan dunia. Kekayaan ragam hias dan ragam produk yang dihasilkan memiliki kandungan nilai-nilai dari tradisi lokal dengan bentuk-bentuk yang universal menjadi kekuatan utama untuk mampu berkompetisi dan mengembangkan diri. 2. Penelitian dari Suryati berjudul Perhiasan Produk Sanggar Solo Ayu Surakarta (Sebuah Tinjauan Desain) Tahun Hasil penelitian dapat disimpulkan : Jenis-jenis hasil kerajinan perhiasan sanggar Solo Ayu antara lain : jenis perhiasan kepala dan jenis perhiasan badan. Proses produksi kerajinan logam sanggar Solo Ayu. Langkah-langkah proses produksi barang kerajinan aksesoris logam adalah sebagai berikut : persiapan dan pemilihan bahan baku logam, teknik pemotongan, teknik pembentukan, teknik mematri, teknik merangkai, teknik finishing. Adapun jenis finishing antara lain : teknik lapis perak dan teknik chrom emas. Bentuk hasil kerajinan perhiasan sanggar Solo Ayu. Secara garis besar bentuk/model variasi hasil kerajinan perhiasan logam sanggar Solo Ayu meliputi sebagai berikut : tusuk konde, anting-anting/subang, kalung, bros, gelang, cincin. 3. Penelitian dari Harini Endang Sri Rahayu berjudul Studi Pembuatan Perhiasan Cincin Batu Permata Produksi Slamet Raharjo Surakarta Tahun Hasil penelitian dapat disimpulkan : Bentuk dan jenis motif/ornamen perhiasan cincin batu permata ada beberapa bentuk yaitu bentuk waluan, segi empat, segi enam, segi delapan dan bentuk mangkokan. Jenis motif/ornamen yang diterapkan adalah motif garuda, to user naga, bunga dan daun, singa, garis

12 16 lurus/diagonal. Proses pembuatan emban cincin untuk batu permata terdiri dari beberapa tahap yaitu : tahap awal meliputi persiapan pembuatan desain; persiapan proses desain. Tahap pembuatan meliputi persiapan bahan dan alat, proses pengecoran bahan logam, penempatan bahan logam, pembentukan dasar perhiasan, proses penyempurnaan bentuk, proses pembuatan motif/ornamen pada perhiasan, tahap akhir finishing dan proses pembuatan batu permata. Bentuk visualisasi cincin karya Slamet Raharjo antara lain : cincin dengan motif kepala singa, naga, bunga, garuda, motif garis lurus/diagonal dan sebagainya. Hasil penelitian relevan yang telah dipaparkan mempunyai hubungan terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian kerajinan perhiasan bros ini. Ketiga penelitian relevan tersebut sama-sama meneliti tentang perhiasan. Mulai yang pertama penelitian ini berjudul Pemberdayaan Potensi Desain Perhiasan Kandawarik Dan Strategi Pengembangannya Di Sulawesi Selatan : Studi kasus pada pengrajin perhiasan emas / perak di Borong, Kota Makassar Tahun Penelitian ini memaparkan mengenai sejarah perhiasan dan pengembangan desain. Kedua berjudul Perhiasan Produk Sanggar Solo Ayu Surakarta (Sebuah Tinjauan Desain) Tahun Penelitian ini memaparkan jenis dan bentuk perhiasan yang dihasilkan serta langkah-langkah proses pembuatan. Ketiga berjudul Studi Pembuatan Perhiasan Cincin Batu Permata Produksi Slamet Raharjo Surakarta Tahun Penelitian ini sama dengan penelitian kedua yaitu memaparkan jenis dan bentuk perhiasan serta proses pembuatannya. Penelitian mengenai kerajinan perhiasan bros ini tidak jauh berbeda dengan penelitianpenelitian yang telah dipaparkan tersebut. Rumusan masalahnya juga meliputi sejarah perhiasan yang dibuat, alat dan bahan serta proses pembuatan perhiasan, yang terakhir adalah bentuk perhiasan yang dihasilkan pengrajin. Berbagai paparan yang dihasilkan dapat membantu dalam penelitian kerajinan perhiasan bros ini. Dapat digunakan sebagai kajian yang tepat untuk penelitian ini. to user

13 17 C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan gambaran alur penalaran yang didasarkan pada masalah-masalah dalam penelitian. Kerangka berpikir berguna untuk mempermudah alur penalaran yang didasarkan pada masalah penelitian. Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil suatu pemikiran bahwa pada setiap pembuatan kerajinan perhiasan bros, pengrajin tentu mempunyai latar belakang dalam membuatnya. Pembuatan kerajinan perhiasan bros dapat dilakukan pengrajin menggunakan bahan dan peralatan yang memadai, serta desain. Selain itu, juga diperlukan manajemen dan teknik produksi dalam pembuatannya. Saat pembuatan kerajinan perhiasan bros dimulai, pengrajin melalui beberapa tahap dalam proses produksinya. Setelah proses produksi selesai, maka dapat dihasilkan kerajinan berupa perhiasan bros. Skema kerangka berpikir yang digambarkan sebagai berikut : Pengrajin Perhiasan Bros di Dukuh Kendel Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Latar Belakang Pembuatan Kerajinan Perhiasan Bros Bahan Manajemen Produksi Peralatan Desain Teknik Produksi Proses Produksi Produk Gambar 2.9. Skema to kerangka user berpikir.

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK Karakteristik busana etnik setiap daerah berbeda-beda. Karakterstik tersebut ditinjau dari model busananya, jenis dan corak kain yang dipergunakan, warna busana dan perlengkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.

Lebih terperinci

Pakaian tradisonal Iban

Pakaian tradisonal Iban Pakaian tradisonal Iban Tidak salah untuk kita mengenali serba banyak tentang warisan kepelbagaian budaya di negara kita yang tercinta. Saya berpeluang untuk mempelajari berkaitan dengan budaya masyarakat

Lebih terperinci

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Secara Umum, Pengertian Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu hasil produksi Indonesia yang termasuk ke dalam komoditi non

I. PENDAHULUAN. Salah satu hasil produksi Indonesia yang termasuk ke dalam komoditi non I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu hasil produksi Indonesia yang termasuk ke dalam komoditi non minyak dan gas bumi (migas) adalah kerajinan tangan. Produk kerajinan tangan terdiri dari bermacam-macam

Lebih terperinci

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG Kegiatan menenun merupakan warisan ketrampilan turun temurun serta garis penghubung antar generasi yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan dan tersebar

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI I. PRINSIP DASAR BUSANA

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan tahapan penting dan sakral dalam kehidupan seseorang. Dalam tradisi budaya Jawa, perkawinan selalu diwarnai dengan serangkaian upacara

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 1 LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN TARI NUSANTARA BAGI GURU SENI TARI SMP DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA DISELENGGARAKAN DI KAMPUS JURUSAN PENDDIKAN SENI TARI PADA TANGGAL

Lebih terperinci

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... B. Fokus Penelitian... C. Tujuan

Lebih terperinci

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI) BAB III ARTI SIMBOL PADA ATRIBUT PERNIKAHAN ADAT SUNDA Pada pernikahan adat Sunda, baik pengantin Sunda Putri maupun Sunda Siger, jenis simbol yang ada adalah jenis simbol presentasional. Dimana simbolsimbol

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

Gambar 6 Gelungan Telek dari Banjar Kawan Foto: Ayu Herliana, 20011

Gambar 6 Gelungan Telek dari Banjar Kawan Foto: Ayu Herliana, 20011 Tata Rias dan Busana Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar Kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalan tari Bali. Busana merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa: 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tudung Kepala Dalam kamus bahasa Indonesia Partanto dan Yuwono (1994:495) tudung merupakan sesuatu yang dipakai untuk menutup bagian sebelah atas (kepala atau lubang).

Lebih terperinci

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia 2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s

Lebih terperinci

BAB II TARI SIGEH PENGUTEN LAMPUNG

BAB II TARI SIGEH PENGUTEN LAMPUNG BAB II TARI SIGEH PENGUTEN LAMPUNG II.1 Tari Sigeh Penguten Lampung Sebagai Tari Penyambut Tamu Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan. Hal 1 dari 6 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan Mahasiswa dapat : Melakukan diagnosa wajah a. Melakukan aplikasi make up dasar b. Melakukan aplikasi make up decorative c. Melakukan pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan peniti saat ini semakin pesat. Bisa dikatakan kerajinan yang sudah ada sejak dulu ini

Lebih terperinci

CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU

CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SEPRIYESTY NIM : 04 2203 081 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di wilayah Angkola Tapanuli Selatan. Suku ini berdiam dan tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,

Lebih terperinci

RIAS PENGANTIN MUSLIM

RIAS PENGANTIN MUSLIM RIAS PENGANTIN MUSLIM TATA UPACARA PENGANTIN MUSLIM TATA UPACARA PENGANTIN MUSLIM MELIPUTI : SUNGKEMAN PEMBACAAN AYAT SUCI AL QUR AN PELAKSANAAN IJAB KABUL SERAH TERIMA MAS KAWIN TUKAR CINCIN BERSANDING

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KRIYA LOGAM Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PERALATAN DAN BAHAN BAHAN 1. Aluminium 2. Baja 3. Besi 4. Emas 5. Kuningan/Loyang 6. Monel

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Konsep Dasar Penataan Display Penataan berasal dari kata bahasa Inggris display yang artinya mempertunjukkan, memamerkan, atau memperagakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Sunda atau Tanah Pasundan yang penuh dengan budaya dan tradisi, mulai dari sistem pernikahan, musik tradisional, wayang kulit, wayang golek, permainan tradisional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

TINJAUAN PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN (Studi Komparatif Baju Bodo Suku Bugis-Makassar- Mandar)

TINJAUAN PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN (Studi Komparatif Baju Bodo Suku Bugis-Makassar- Mandar) TINJAUAN PAKAIAN ADAT SULAWESI SELATAN (Studi Komparatif Baju Bodo Suku Bugis-Makassar- Mandar) Hariana (Dosen Jurusan Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo) Abstract One of the assets of various Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

Tali Satin RANGKAIAN BUNGA OLGA JUSUF. dari

Tali Satin RANGKAIAN BUNGA OLGA JUSUF. dari RANGKAIAN BUNGA dari Tali Satin OLGA JUSUF RANGKAIAN BUNGA dari Tali Satin Penerbit PT Gramedia pustaka Utama Jakarta oleh: OLGA JUSUF GM 210 01100049 Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan dirasakan dengan rabaan. Seni rupa memiliki dua fungsi antara lain seni rupa murni (fine art) dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA A. Busana Tradisional Indonesia Ditinjau dari Bentuk Dasar Busana Asli Indonesia sudah dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di wilayah propinsi Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang memiliki kualitas baik

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI

Lebih terperinci

Aksesoris dari batu alam

Aksesoris dari batu alam Aksesoris dari batu alam Oleh: Nama : Siti nur supatmi Nim :10.01.2753 Kelas :D3TI2B STMIK Amikom Yogyakarta Jln. Ring Road Utara Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta. 2010 / 2011 BAB I Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

KEPALA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Pasca Perang Dunia II, industri kerajinan tangan dengan berbagai keunggulan seni dan budayanya menjadi perhatian serius dari berbagai negara. 10 Juni 1964,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu sarana untuk mencurahkan rasa yang ada di dalam diri sehingga menghasilkan suatu karya yang bernilai sesuai dengan ungkapan yang dituangkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan dengan segala macam kekayaan alam yang melimpah. Tidak hanya sumber daya alam yang melimpah, tetapi bangsa Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etika Profesi 2.1.1 Definisi Etika Etika menurut Rini dan Intan (2015:3), berasal dari kata Yunani Ethos (Ta Etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini

Lebih terperinci

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2014, No.313 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung untuk menikmati

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam

Lebih terperinci

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN 3.1 Pengertian Pakaian Adat Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG - 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah SuryoArt Craft Agus Suryono dulu adalah seorang desain interior dan properti kemudian menjadi karyawan perbankan, pada tahun 2011 pak Suryono memutuskan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA A. HARI PERTAMA WANITA TAMPAK DEPAN WANITA TAMPAK SAMPING 13 1 6 11 & 12 7 5 3 10 2 8 4 9 1. Menggunakan baju batik berkerah, warna cerah dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

KETERKAITAN KARAKTER SANGGUL BERBAGAI DAERAH DENGAN NILAI-NILAI BUDAYA. Asi Tritanti dan Eni Juniastuti

KETERKAITAN KARAKTER SANGGUL BERBAGAI DAERAH DENGAN NILAI-NILAI BUDAYA. Asi Tritanti dan Eni Juniastuti KETERKAITAN KARAKTER SANGGUL BERBAGAI DAERAH DENGAN NILAI-NILAI BUDAYA Asi Tritanti dan Eni Juniastuti Program studi Tata Rias dan Kecantikan Jurusan PTBB Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI DAN PEMASARAN AKSESORIS JILBAB DARI KAIN PERCA DI DESA TAMBON BARU KABUPATEN ACEH UTARA

OPTIMALISASI PRODUKSI DAN PEMASARAN AKSESORIS JILBAB DARI KAIN PERCA DI DESA TAMBON BARU KABUPATEN ACEH UTARA ISSN : 0852-2715 e-issn : 2502-7220 Volume 22 No. 3 Juli - Desember 2016 (121-125) OPTIMALISASI PRODUKSI DAN PEMASARAN AKSESORIS JILBAB DARI KAIN PERCA DI DESA TAMBON BARU KABUPATEN ACEH UTARA Yeni Irawan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS BUPATI, WAKIL BUPATI, DAN KEPALA DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 0 TENTANG PAKAIAN DINAS WALIKOTA, WAKIL WALIKOTA DAN APARATUR SIPIL NEGARA DI PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS BAGI APARATUR PEMERINTAH DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NSI DAERAHISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 173 TAHUN 2014 TA TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS TRADISIONAL GAGRAK NGAYOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan disiplin

Lebih terperinci

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kriya merupakan seni kerajinan tangan yang menghasilkan sebuah karya yang memiliki manfaat dan kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Kriya sebagai media ekspresi,

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER MATA PELAJARAN : SBK Standar Kompetensi : 9. Mengapresiasi seni rupa SENI RUPA 9.1. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN. Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 6,nomor 5494);

SALINAN. Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 6,nomor 5494); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci