PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

Pengertian Metode AHP

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber AlfariaTrijaya Dengan Metode AHP.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PEMBELIAN RUMAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BORDA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MEMILIH SISWA BERPRESTASI DI SMK AL BASYARI SENDANGAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS(AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 21, No.21, Oktober 2014 ISSN :

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK NEGERI 9 SEMARANG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN BANTUAN KHUSUS SISWA MISKIN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan sebelumnya oleh pengambil keputusan. Kualitas dari sebuah keputusan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

BAB III METODE KAJIAN

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK MENENTUKAN LOKASI DISTRIBUSI AIR MINERAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Syarat Guna

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

BAB III METODE PENELITIAN

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN DESTINASI WISATA UNGGULAN DI KOTA PALEMBANG

BAB II MAKALAH. Analytic Hierarchy Process (AHP) Dipresentasikan : Seminar Nasional Matematika yang diselenggarakan oleh.

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

Transkripsi:

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id ABSTRAK Pilihan-pilihan yang ada memaksa kita membuat keputusan, dari beberapa hasil rancangan desain produk kursi santai yang dihasilkan perlu adanya keputusan yang mampu memastikan produk-produk tersebut berguna, memuaskan dan menarik bagi para pemakainya. Dari kelima kriteria performa desain produk kursi santai pihak manajemen dan R&D menginginkan kriteria desain yang memiliki biaya produksi murah/terjangkau dan disusul dengan kriteria desain yang ergonomis dengan bobot yaitu: 0,21 yang jatuh pada pilihan desain 3 dengan total bobot sebesar 0,1. Kata kunci : AHP, Desain, Kriteria 1. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada satu pilihan baik pilihan sederhana sampai yang paling rumit. Adanya pilihan-pilihan tersebut memaksa kita harus membuat keputusan yang terjadi pada saat harus ada hanya satu keputusan dari sekian banyak pilihan yang mungkin terjadi. Pemilihan performa desain produk kursi santai merupakan tindak lanjut dari hasil beberapa rancangan kursi santai yang telah dibuat. Desainer industri harus dapat memastikan bahwa produk-produknya berguna, memuaskan dan menarik bagi para pemakainya. Untuk mendesain produk yang memuaskan, riset kebutuhan pasar harus dilakukan dan spesifikasi teknis yang merefleksikan keinginan dan ketentuan pelanggan harus dikembangkan. Untuk mengatasi problem tersebut, penelitian ini mengusulkan penerapan Analytical Hierarcy Process (AHP) di dalam proses pemilihan performa desain produk kursi santai. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Identifikasi Kriteria Ketentuan Performa Identifikasi merupakan langkah yang digunakan untuk mengumpulkan semua faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan identifikasi kriteria adalah untuk mengetahui kriteria yang berpengaruh dalam pemilihan performa pada spesifikasi desain kursi santai. Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan performa desain produk kursi santai adalah sebagai berikut: 1. Estetika (Penampilan yang menarik) 2. Keandalan (Daya tahan umur desain) 3. Ergonomi (Sesuai karakteristik pemakainya) 4. produk 5. produksi 2.2 Metode AHP (Analytic Hierarcy Process) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik

berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty,1991). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam struktur hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin,2004) 2.3 Penentuan Prioritas Penentuan prioritas dilakukan dengan menghitung bobot relatif dengan membandingkan dua elemen, untuk itu (Saaty,1991) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan faktor yang dibandingkan dengan kebalikannya. Misalnya faktor A sedikit lebih penting dari faktor B dapat dinyatakan bahwa faktor B sebesar skala 3. Apabila terjadi kondisi faktor B yang sedikit lebih penting dari faktor A maka dapat dinyatakan bahwa faktor A terhadap faktor B sebesar 1/3. Skala yang digunakan dalam penentuan bobot dapat ditabulasikan seperti di bawah ini: Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan berpasangan Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya. 5 Elemen yang satu lebih penting dari Pengalaman dan penilaian sangat kuat pada elemen lainnya. menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih mutlak Satu elemen yang kuat disokong dan dominan penting dari pada elemen lainnya. 9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya. 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan terlihat dalam praktek. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan. Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan i 2.4 Pengujian Konsistensi Konsistensi logis yaitu menjamin bahwa semua elemen dikolompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis,diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Konsistensi suatu herarki dapat diukur dengan mengalikan kosistensi dari setiap matriks dengan prioritas kriterianya dan menjumlahkannya. Hasil ini lalu dibandingkan dengan suatu bilangan serupa yang diperoleh untuk matriks-matriks acak ukuran yang sama. Nilai rasio ini adalah 0,1. Ketidakkonsistenan yang lebih besar menunjukkan kekurangan informasi atau kekurangpahaman. Pengukuran konsistensi dinyatakan melalui suatu indeks yang di sebut Consistency Index (CI), adapun rumus CI adalah: CI =

Nilai CI tidak mempunyai arti jika tidak terdapat suatu patokan untuk menyatakan apakah CI menunjukkan suatu matriks konsisten. Menurut Saaty (1991), suatu matriks yang dihasilkan dari perbandingan yang dilakukan secara random (acak) merupakan suatu matrik mutlak tidak konsisten. Dari matriks random ini dapat diperoleh nilai CInya yang disebut Random Index (RI). Dengan menggunakan besaran CI dan RI maka dapat digunakan suatu patokan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matriks, yang disebut Consistency Ratio (CR). Pengukuran keseluruhan konsistensi penilaian yang dinyatakan dalam Consistency Ratio (CR) dihitung sebagai berikut (Saaty,1991): di mana: CR: Consistency Ratio CI : Consistency Index RI : Random Consistency Index 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Identifikasi Kriteria Ketentuan Performa Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan performa desain produk kursi santai adalah sebagai berikut: Tingkat 1: Tujuan Performa Desain Kursi Santai Tingkat 2: Kriteria Estetika Keandalan Ergonomi si Tingkat 3: Pilihan Desain 1 Desain 2 Desain 3 3.2 Matriks Preferensi / Prioritas Gambar 1: Hirarki Pemilihan Desain Kursi Santai Matriks preferensi diperoleh dari pendapat pihak manajemen dan R&D dengan mempertimbangkan setiap faktor kriteria performa desain produk kursi santai adalah sebagai berikut: Tabel 1: Mensintesis Pertimbangan Performa Desain Estetika Ergonomi Kursi Santai Terpilih si Estetika 1 0,5 0,33 0,5 0,20 2 1 0,33 0,5 0,25 3 3 1 0,5 0,25 Ergonomi 2 2 2 1 0,50 si 5 4 4 2 1 13 10,50 7,67 4,50 2,20

Performa Desain Kursi Santai Terpilih Tabel 2: Matriks Yang Dinormalisasi, Baris dan Prioritas Menyeluruh Estetika Ergonomi si baris Rata-rata Baris Estetika 1/13 0,5/10,50 0,33/7,67 0,5/4,50 0,20/2,20 0,37 0,07 2/13 1/10,50 0,33/7,67 0,5/4,50 0,25/2,20 0,52 0,10 3/13 3/10,50 1/7,67 0,5/4,50 0,25/2,20 0,87 0,17 Ergonomi 2/13 2/10,50 2/7,67 1/4,50 0,50/2,20 1,05 0,21 si 5/13 4/10,50 4/7,67 2/4,50 1/2,20 2,19 0,44 Berdasarkan matriks yang dinormalisasi, jumlah baris dan prioritas, secara grafis dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kriteria performa desain produk kursi santai yang memiliki bobot paling besar adalah biaya produksi dan ergonomi. 3.3 Konsistensi AHP Untuk menghitung CR maka dihitung Consistency Index (CI) terlebih dahulu, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: CI = Tabel 3: Menjumlahkan Entri Performa Desain Kursi Santai Terpilih Estetika (0,07) (0,10) (0,17) roduk (0,21) si (0,44) Performa Desain Kursi Santai Terpilih Estetika (0,07) (0,10) (0,17) Ergonomi Ergonomi (0,21) si (0,44) Estetika 1 0,5 0,33 0,5 0,20 Estetika 0,07 0,05 0,06 0,11 0,09 0,37 2 1 0,33 0,5 0,25 0,14 0,10 0,06 0,11 0,11 0,51 Ergonomi 3 3 1 0,5 0,25 Ergonomi 0,21 0,30 0,17 0,11 0,11 0,90 2 2 2 1 0,50 0,14 0,20 0,34 0,21 0,22 1,11 si 5 4 4 2 1 si 0,35 0,40 0,68 0,42 0,44 2,29 λ maks = : = λ maks, rata rata dari ke lima entri = =5,23 Untuk menghitung Consistency Ratio (CR) adalah sebagai berikut : RI = 1,12

Karena CR 0,1 maka data dianggap konsisten Setelah pembobotan untuk masing-masing kriteria dilakukan, maka proses selanjutnya adalah melakukan penilaian dengan membandingkan kelima kriteria tersebut. Proses pemilihan alternatif dilakukan dengan membandingkan setiap alternatif berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Penilaian dilakukan dengan datadata yang diperoleh untuk setiap alternatif. Setiap alternatif (desain 1, desain 2, desain 3) dibandingkan, dipilih ada 5 kriteria estetika, keandalan, kualitas produk, ergonomi, biaya ex-works. Perbandingan dilakukan untuk alternatif dengan kondisi kriteria yang berbeda antara satu alternatif dengan alternatif yang lainnya. Angka yang digunakan untuk perbandingan berpasangan pada matriks tersebut adalah sama dengan angka yang digunakan untuk perbandingan berpasangan pada level kriteria yaitu angka 1 sampai dengan 9 seperti pada Table 1. 3.4 Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif dilakukan dengan menghitung skor seluruh alternatif berdasarkan bobot kriteria. Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang memiliki skor paling tinggi. Total skor diperoleh dengan menjumlahkan seluruh subtotal skor alternatif. Tabel 4: Skor Total Ketiga Alternatif Desain Kursi Santai No Kriteria Bobot Skor Desain 1 Desain 2 Desain 3 1 Estetika 0,07 0,14 0,21 0,66 Sub total skor alternatif 0,01 0,01 0,05 2 0,10 0,32 0,24 0,44 Sub total skor alternatif 0,03 0,02 0,04 3 0,17 0,13 0,51 0,36 Sub total skor alternatif 0,02 0,09 0,06 4 Ergonomi 0,21 0,26 0,66 0,08 Sub total skor alternatif 0,05 0,14 0,38 5 si 0,44 0,37 0,43 0,21 Sub total skor alternatif 0,16 0,19 0,09 Skor Total 0,06 0,09 0,12 Dari table 4 terlihat biaya produksi memiliki bobot yang paling tinggi yaitu: 0,44. Hal ini menujukkan bahwa kriteria ini merupakan kriteria yang paling mempengaruhi alternatif keputusan. Dari sini dapat diketahui bahwa pihak manajemen dan R&D menginginkan desain yang memiliki biaya produksi murah/terjangkau dan disusul dengan kriteria desain yang ergonomis dengan bobot yaitu: 0,21. 4. SIMPULAN Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang dilakukan disimpulkan bahwa: 1. Kriteria yang paling berpengaruh dalam pemilihan desain produk kursi santai adalah biaya produksi dan kriteria yang kedua adalah ergonomi, dengan bobot biaya produksi sebesar 0,44 dan berikutnya ergonomi dengan besar bobot 0,21. 2. Alternatif terpilih desain produk kursi santai ini adalah desain 3 total bobot sebesar 0,12, alternatif kedua desain 2 total bobot sebesar 0,09, dan alternatif ketiga desain 3 total bobot sebesar 0,06. DAFTAR PUSTAKA [1] Insanul Kamil, Elita Amrina, Dani Zuwindra,Pemilihan Operator Selular Menggunakan Analytical Hierarcy Proses, Prosiding INSAHP5, 2008 [2] Marimin, Teknik Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Jakarta, PT Grassindo,2004 [3] Thomas L Saaty, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Komplek, PTPustaka Binaman Pressindo,1991.