HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i3 (83-87)

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MASASE FUNDUS UTERI TERHADAP PENGETAHUAN DAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Jurnal Darul Azhar Vol 1, No.1 Februari-Juli 2016: 30-36

BAB I PENDAHULUAN. Kematian maternal merupakan prioritas utama dalam Millennium. Development Goals (MDG s). Kematian maternal menjadi indikator

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DENGAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM CORRELATION BETWEEN MATERNAL AGE WITH THE UTERINE INVOLUTION ON POSTPARTUM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN SENAM NIFAS DI BPS NY.YENIE IKA SUGIARTI SST

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMULIHAN ORGAN REPRODUKSI PADA MASA NIFAS DI BPM SRI HARINI TOSUTAN KRANGGAN POLANHARJO KLATEN TAHUN 2016 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. 1. dibagi menjadi periode pasca persalinan (immediate postpartum), periode

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD Dr.H.Moch.ANSARI SALEH BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PROSES PENGELUARAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

TINDAKAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL DAN ADAPTASI FISIOLOGI PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 1 Januari 2015

BAB III METODE PENELITIAN. discriptive korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

PENGARUH IMD (INISIASI MENYUSU DINI) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS MENINTING KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN DAN RELAKSASI HYPNOBIRTHING TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWALO PADA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP LAMA PENGELUARAN PLASENTA PADA KALA III PERSALINAN DI RB PATEN REJOWINANGUN UTARA KOTAMADIA MAGELANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM YANG MELAKSANAKAN SENAM NIFAS

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

BAB 1 PENDAHULUAN. partum.dari data WHO menunjukan 25% kematian maternal disebabkan. oleh perdarahan post partum dan di perkirakan 100.

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu merupakan permasalahan global. Tingginya angka kematian ibu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

Dian Azani Dosen Akbid 165 Pekanbaru, Indonesia ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

III TAHUN Disusun Oleh WIWEN INDITA PROGRAM

Transkripsi:

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7 Syelvi 1 Siti Fadma Sami 2 (1,2) Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes YARSI SUMBAR Bukittinggi Bukittinggi, 26136, Indonesia *) e-mail: syelvi888@gmail.com Abstract Uterine involution is the change of uterus after childbirth which slowly starting the original state before pregnancy. The abnormal process of uterine involution may caused subinvolution. Subinvolution is the failure of the uterus to follow the normal pattern of involution and may lead postpartum hemorrhage. Early breastfeeding initiation is one of the factor that influence uterine involution. This study aims to know the relationship of early breastfeeding initiation with uterine involution. This type of study is analitic with cross sectional design. The population in this study are normal baring mother in Adnaan WD Hospital. The sample numbered 36 people with sampling technique is accidental sampling. Data are taken by using the observation sheet for mother who did early breastfeeding initiation and maternal uterine fundus height measurement on the 7 day postpartum. Data were analyzed using chi-square test. The result showed that most respondent did early breastfeeding initiation are 28 respondents (77,8%) and most respondent have normal uterine involution are 26 respondents (92,9%). There is a relationship of early breastfeeding initiation with uterine involution of normal postpartum mother on the 7 day (P=0,003).The conclusion of this study is there is a relationship of early breastfeeding with uterine involution of normal postpartum mother on the 7 day in Adnaan WD Hospital Payakumbuh in 2015. Expected to healthy workers to apply this early breastfeeding intiatiion because it can affect uterus contraction in involution process and prevent hemorrhage postpartum. Keywords : early breastfeeding initiation, uterine involution 1. Pendahuluan Dalam rangka mencapai Indonesia sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan dibidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat bangsa. Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsabangsa yang dimulai September tahun 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. (1) Dari delapan butir tujuan MDGs salah satu target yang ditentukan dalam tujuan ke 5 pembangunan milenium yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga perempat risiko kematian ibu antara 1990 2015. Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu menurut WHO, adalah kematian wanita selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhir kehamilan terlepas dari berapa lama kehamilan berlangsung dan atau dimana lokasinya. WHO mencatat sebanyak 585.000 orang meninggal saaat hamil dan bersalin. Di Asia Tenggara jumlah kelahiran tercatat 37 juta kelahiran dengan total kematian ibu 170.000 dan kematian bayi 1,3 juta pertahun. (1) Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan, angka kematian ibu (AKI) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini masih jauh dari target MDG s yaitu Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Sumatera Barat sebagai kesatuan Indonesia masih memiliki andil besar dalam AKI dan AKB. Berdasarkan survei kedokteran tahun 2012 AKI di Sumatera barat yaitu 212/100.000 kelahiran hidup dan AKB 27/1000 kelahiran hidup. (1) Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan (28%), preeklamsi/eklamsi (24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri (5%) dan lain lain (11%). Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar 26,9%. (Depkes,2011). (2) Perdarahan pasca persalinan atau post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu 45 % terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68 73 % dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82 88 % dalam dua minggu setelah bayi lahir. (2)

Perdarahan post partum terbagi 2 yaitu perdarahan post partum primer dan perdarahan post partum sekunder. Perdarahan post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan dengan jumlah 500 cc atau lebih dimana penyebabnya adalah atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, dan lain-lain. Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan setelah 24 jam pertama persalinan dengan jumlah 500 cc atau lebih dimana penyebabnya adalah tertinggalnya sisa plasenta, perlukaan terbuka kembali, infeksi pada tempat implantasi plasenta. (3) Menurut Sarwono pada tahun 2011 perdarahan post partum sekunder memiliki persentase besar yaitu 68-73 % yang terjadi setelah satu minggu kelahiran bayi. Perdarahan post partum sekunder dapat terjadi karena tertinggalnya sisa plasenta yang bisa mengakibatkan subinvolusi atau penurunan fundus uteri yang tidak normal. Apabila subinvolusi tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan perdarahan yang berlanjut. Involusi uterus biasanya terjadi dalam waktu 6 minggu. Dimana akan mengalami penurunan setiap minggunya. Apabila penurunan ini tidak sesuai akan dapat terjadi perdarahan yang berlanjut dan mengakibatkan komplikasi nifas seperti infeksi yang juga menjadi salah satu penyebab AKI. (2) Involusi uterus adalah proses perubahan uterus kembali ke kondisi semula atau sebelum hamil. Involusi uterus terjadi dari mulai plasenta lahir dimana hormon yang berperan disini adlah oksitosin yang dapat merangsang kontraksi uterus. Faktor faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain senam nifas, mobilisasi dini, menyusui dini, gizi, dan lain-lain. Inisiasi Menyusu Dini merupakan faktor pertama yang mempengaruhi involusi uterus karena pada waktu bayi mengisap puting susu ibu terjadi ransangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan oksitosin yang berfungsi meningkatkan kontraksi otot polos disekitar alveoli kelenjar air susu ibu ( ASI ) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi rangsangan pada otot polos rahim sehingga terjadi percepatan involusi uterus. (3) Pada 1 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus dapat berkurang dan teratur. Untuk itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Hormon oksitosin berperan penting dalam proses involusi uterus ini sehingga menyusui sedini mungkin menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembalian uterus ke ukuran semula. Berdasarkan hasil penulusuran studi literatur dimana penelitian yang dilakukan oleh Nurlailis Saadah yang berjudul Hubungan pemberian ASI pertama dengan involusi uterus ibu post partum normal hari ke 7 menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI pertama secara dini dengan jumlah 25 orang memiliki involusi uterus baik. Penelitian yang dilakukan oleh Sandra dan Ahmad pada tahun 2003 menunjukkan bahwa ibu yang memberikan immediate breastfeeding/ pemberian ASI dini besarnya 21,16%. Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun 2010 hanya 29,3 % bayi yang menyusu kurang dari satu jam setelah persalinan. Padahal menyusui dini memiliki peranan penting dalam pengembalian kondisi ibu dan kondisi bayi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di dua Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi dan Rumah Sakit Adnaan WD didapatkan bahwa masih tingginya angka kejadian di dua rumah sakit tersebut. Di Rumah Sakit Ahmad Mohctar terdapat 20 kejadian perdarahan post partum dengan jumlah seluruh persalinan normal selama tahun 2014 yaitu 451 dan pada Rumah Sakit Adnaan WD 26 kejadian perdarahan post partum dengan jumlah persalinan normal 308 persalinan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan involusi uterus ibu post partum normal hari ke 7 di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2015. 2.Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey analitik dengan design cross sectional, yaitu metode penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi yang mana variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Adnaan WD Payakumbuh pada bulan April s/d Mei 2015. Populasi pada penelitian ini adalah ibu bersalin normal yang berada di Rumah Sakit Adnaan WD Tahun 2015. Populasi ibu bersalin normal sebanyak 36 persalinan dalam periode bulan April hingga Mei Tahun 2015. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan Consecutive Sampling dimana responden kebetulan ada pada saat melakukan penelitian dan memenuhi kriteria Inklusi. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 36 orang. Penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi ibu bersalin di Ruang Kebidanan RSUD Adnaan WD Payakumbuh. Setelah bayi lahir dilakukan IMD selama ± 2 jam kemudian dicatat dalam lembar ceklit yang telah dipersiapkan dan selanjutnya mengobservasi penurunan tinggi fundus ibu post partum hari ke 7. Setelah semua sample terpenuhi dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independent dan variabel dependent. Sedangkan analisis bivariat untuk

menghubungkan antara variabel dependent dan independent dengan menggunakan uji Chy-Square dengan tingkat kepercayaan 95%, jika nilai p<0,05 maka dikatakan berhubungan. 3. Hasil Dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusu Dini di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2015 No Kategori Ibu bersalin N % 1 Melakukan IMD 28 77,8 2 Tidak melakukan IMD 8 22,2 TOTAL 36 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 36 orang responden sebagian besar responden melakukan Inisiasi Menyusu Dini yaitu sebanyak 28 responden (77,8 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Diana (2010) yang berjudul Hubungan antara Menyusui Dini dengan Involusi Uteri pada Ibu Post Partum di Ruang Bougenville Rumah Sakit Bakti Wira Tamtama Semarang diperoleh hasil dimana berdasarkan hasil korelasi dengan uji Fisher s exact test didapatkan nilai p sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dini yang dilakukan ibu post partum dengan kondisi involusi hari pertama. Pada pengujian kedua dengan uji Fisher s exact test didapatkan nilai p sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dini yang dilakukan ibu post partum dengan kondisi involusi hari kedua. Pada pengujian ketiga dengan uji Fisher s exact test didapatkan nilai p sebesar 0,005 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dini yang dilakukan ibu post partum dengan kondisi involusi hari ketiga. Menurut asumsi peneliti berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Inisiasi Menyusu Dini ini harus dilaksanakan pada setiap bayi baru lahir yang tidak bermasalah, dikarenakan banyaknya manfaat dari pemberian ASI awal. Dengan diberikannya ASI sedini mungkin kepada bayi banyak memiliki manfaat baik bagi bayi maupun bagi ibu. Perlekatan yang terjadi atau skin to skin pada inisiasi menyusu dini dapat menjadi termoregulator bagi bayi sehingga dapat menjaga kehangatan bayi atau mencegah bayi dari hipotermi. Selain itu bagi ibu dapat merangsang otot-otot payudara berkontraksi dan merangsang pengeluran hormon oksitosin yang nantinya mempengaruhi kontraksi uterus. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Involusi Uterus Ibu Post Partum Hari ke 7 di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2015 No Involusi Uterus N % 1 Normal 29 80,6 2 Tidak Normal 7 19,4 TOTAL 36 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 36 orang responden sebagian besar responden mengalami involusi uterus normal yaitu sebanyak 29 orang (80,6%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Proborini (2008) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi lamanya involusi uterus yaitu dengan dilakukannya Inisiasi Menyusu Dini karena dapat mempengaruhi involusi uterus yang disebabkan oleh adanya hisapan bayi pada payudara ibu sesaaat setelah lahir yang daat merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus, yang ditandai dengan adanya rasa mules karena rahim berkontraksi. (Christian,2010) Involusi uterus adalah masa dimana jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir nifas besarnya seperti semula (Manuaba,2010). Adapun faktor yang mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri dipengaruhi oleh faktor Inisiasi Menyusu Dini, paritas, usia, status gizi, ambulasi, senam nifas, proses laktasi, dan pekerjaan. (Maryunani,2009)] Apabila proses involusi ini tidak berjalan dengan baik maka akan timbul suatu keadaan yang disebut subinvolusi uterus (uterus yang lama kembali ke keadaan sebelum hamil) yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan. Hal ini bisa disebabkan oleh ibu yang tidak mau menyusui, takut mobilisasi atau aktifitas yang kurang.(wiknjosastro,2009). Menurut asumsi peneliti cepat atau lambatnya involusi uterus disebabkan oleh beberapa faktor seperti Inisiasi Menyusu Dini, mobilisasi senam nifas, nutrisi, anastesi, dan pekerjaan ibu. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti bahwa yang mempengaruhi involusi uterus yaitu inisiasi menyusu dini dan pekerjaan ibu. Ada hubungan antara inisiasi menyusu dini terhadap involusi uterus. Tabel 3. Hubungnan Inisiasi Menyusu Dini dengan Involusi Uterus Ibu Post Partum Normal Hari ke 7 di RSUD Adnaan WD Tahun 2015

IMD Involusi Uterus total Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 28 orang ibu bersalin yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang mengalami involusi uterus normal yaitu sebanyak 26 responden (92,9%). Sedangkan dari ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini yaitu 8 responden, yang mengalami involusi uterus normal sebanyak 3 responden (37,5%). Jadi ada hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan Involusi Uterus Ibu Post Partum Normal hari ke 7 di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2015 dengan P=0,003 dan OR=21,66 dimana ibu yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini 21 kali lebih beresiko mengalami involusi uterus normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nulailis Saadah dengan judul Hubungan Pemberian ASI pertama dengan involusi uterus ibu post partum normal hari ke 7 di BPS Sri Widajati Kawedanan pada bulan Mei Juni 2008. Populasi penelitian adalah ibu pospartum normal pada hari ke-7 sebanyak 32 orang yang kesemuanya dijadikan subyek penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh dari 32 responden didapatkan hasil ibu yang memberikan ASI pertama secara dini sebanyak 25 orang (78,1%) dan ibu yang memberikan ASI pertama secara tidak dini sebanyak 7 orang (21,9%). Analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI pertama secara dini seluruhnya (25 orang) memiliki involusi uterus baik. Ibu yang memberikan ASI pertama secara tidak dini, yang memiliki involusi uterus baik sebanyak 2 orang (28,6%) dan yang memiliki involusi uterus tidak baik sebanyak 5 orang (71,4%).Hasil Fisher Exact Test menunjukkan adanya hubungan antara waktu pemberian ASI pertama dengan involusi uterus ibu post partum normal hari ke 7. Pada periode setelah persalinan terdapat perubahan-perubahan yang secara fisiologis terjadi didalam tubuh ibu dimana salah satunya organ yang mengalami perubahan sewaktu hamil. Perubahan perubahan itu adalah involusi, lochea, dan laktasi. Dalam involusi ini melibatkan otot-otot rahim, desidua, dan ligamnetum. Segera setelah bayi lahir uterus berkontraksi menjadi keras P val ue N TN N % N % N % YA 26 92,9 2 7,1 28 100 0,0 TIDAK 3 37,5 5 62,5 8 100 03 Jumlah 29 80,6 7 19,4 36 100 sehingga dapat menutp pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Proses involusi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor yang mempengaruhi involusi uterus yaitu menyusui dini, status gizi, pendidikan, usia, paritas, dan mobilisasi. (Cunningham,2007). Menurut asumsi peneliti ada hubungan inisiasi partum normal hari ke 7. Inisiasi menyusu dini dimana bayi mulai menghisap puting ibu yang akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang mengakibatkan kontraksi uterus ibu sehingga proses involusi uterus ibu dapat berjalan normal. 4. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian yang berjudul gambaran faktor risiko kejadian hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2014 yang dimulai tanggal 24 Maret 25 April 2015 dengan jumlah responden 92 orang bayi baru lahir yang diambil dari data Rekam Medik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berkut: Sebagian besar responden yaitu 28 orang (77,8%) ibu bersalin normal melakukan IMD. Sebagian besar responden yaitu 29 orang (80,6%) dengan involusi uterus normal pada hari ke 7.Terdapat hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan involusi uterus ibu post partum normal hari ke 7 (p = 0,003) dengan OR (21,66) di RSUD Adnaan WD Payakumbuh tahun 2015. Saran Berkaitan dengan simpulan diatas, ada beberapa hal yang dapat disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini terhadap faktor risiko yang akan terjadi pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia. Bagi Institusi Kesehatan Sebagai bahan masukan dalam proses peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Harapan peneliti kepada institusi kesehatan agar dapat menerapkan Inisiasi Menyusu Dini ini karena hal ini dapat mencegah kejadian perdarahan post partum yang menjadi penyebab kematian ibu. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti atau menganalisa hubungan inisiasi partum normal hari ke 7 dan dapat dijadikan bahan pembanding penelitian.. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi tentang penelitian inisiasi partum normal hari ke 7 yang digunakan sebagai salah satu panduan dalam memberikan asuhan,selain itu dapat menjadi dokumen dan bahan tambahan sumber bacaan perpustakaan di STIKes YARSI Sumbar Bukittinggi dan dapat menjadi sumber masukan dalam bidang ilmu terkait Daftar Pustaka 1. Departemeni Kesehatan RI. 2002 2. Prawirohardjo,S,2011. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT. Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo 3. Maryunani, 2009. Asuhan Masa Nifas, Yogyakarta : Mitra Cendikia 4. UniversitasSumatera,Utara. Chapter II, www.repository-usu.ac.id 5. WulandariDiah,2009. Asuhan Kebidanan masa nifas,yogyakarta : Mitra Press 6. SalehaSiti,2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika 7. Nannyvivian,2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Jakarta : Salemba Medika 8. Cunningham,2013. Obstetri Williams, Jakarta : EGC